"Pergilah sejauh mungkin dan lupakan bahwa kau pernah melahirkan anak untuk suamiku!"
Arumi tidak pernah menyangka bahwa saudara kembarnya sendiri tega menjebaknya. Dia dipaksa menggantikan Yuna di malam pertama pernikahan dan menjalani perannya selama satu tahun demi memberi pewaris untuk keluarga Alvaro.
Malang, setelah melahirkan seorang pewaris, dia malah diusir dan diasingkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meskipun Terlahir Dari Wanita Yang Kau Benci!
"Cinta akan selalu tahu di mana rumahnya, dan ke hati mana dia akan pulang"
.
.
Jangan mudah mempercayai orang lain!
Seharusnya kalimat itu selalu ditanamkan Yuna dalam prinsip hidupnya.
Tetapi hari ini ia telah melakukan kebodohan besar dengan melanggar prinsip itu hanya karena sebuah janji yang tak pasti. Dengan mudahnya ia mempercayai janji manis yang diucapkan Osman. Kenyataannya, laki-laki itu berhasil menipunya dengan sangat licik dan sayangnya, penyesalan selalu datang terlambat.
"Lepaskan aku! Kalian semua sudah menipuku!" teriak Yuna kala dua pria bertubuh tegap menyeretnya keluar dari rumah.
Yuna terus memberontak. Namun, tenaganya kalah oleh dua pria tersebut. Sekarang yang terlintas di pikiran nya hanya penjara, dan itu sama saja dengan kematian baginya.
"Tolong lepaskan aku! Kalian sudah berjanji untuk membebaskanku dan tidak akan mengirimku ke penjara, kan?" Sekali lagi Yuna berteriak. Namun, tak ada seorang pun yang mendengar jeritannya.
"Jangan macam-macam atau Anda akan tahu akibatnya!" ancam salah satu dari mereka, sambil memaksa Yuna naik ke mobil.
Yuna pun pasrah. Otaknya berusaha memikirkan cara untuk melarikan diri dari keadaan ini.
*
*
*
Seperti hati yang selalu tahu siapa pemiliknya, seperti itu lah ikatan antara Rafli dan Arumi. Meskipun Arumi tampil dalam wujud lain, tetapi hati Rafli selalu menariknya. Membuatnya selalu merasa hangat saat berdekatan dengan wanita asing itu.
Perjalanan ke rumah pun terasa sangat lama bagi Rafli. Sudah berulang-ulang ia mendesak Osman untuk melajukan mobil lebih cepat. Hal yang membuat Osman terkadang kehilangan konsentrasi. Bahkan ia hampir saja menabrak kendaraan lain.
"Lebih cepat, Osman!" desak Rafli.
Laki-laki itu hanya mengangguk tanpa kata. Kondisi jalan siang ini cukup padat. Jika menuruti keinginan tuannya, mereka bisa saja celaka di jalan.
"Bersabarlah, Tuan. Lagi pula belum tentu Alesha benar-benar Nona Arumi yang sedang menyamar. Bisa saja Nona Yuna tadi mengarang cerita untuk bisa bebas, kan?"
Meskipun tak menampik bahwa kemungkinan ifu memang ada, tetapi entah mengapa Rafli setuju dengan dugaan Yuna. Sejak awal bertemu Alesha ia memang merasakan sesuatu yang lain. Seolah telah mengenalnya sejak lama.
"Aku sangat yakin dia Arumi!"
"Semoga saja, Tuan!"
"Kalau begitu cepat!"
Tak ada lagi balasan kata dari Osman. Saat membelokkan mobil di persimpangan jalan, ia menginjak pedal gas dalam, yang membuat mobil melesat cepat.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka tiba di rumah. Rafli tergesa-gesa turun dan memasuki rumah. Kedatangannya pun disambut oleh Bibi Lisa.
"Di mana Arumi?" tanya Rafli tanpa basa-basi.
Tentu saja pertanyaan itu membuat Bibi Lisa kebingungan. Bagaimana mungkin tuannya menanyakan di mana Arumi, sementara ia sendiri tahu Arumi sudah diusir dari rumah itu empat tahun lalu.
"Arumi?" tanya Bibi Lisa.
"Maksudku Alesha! Ke mana dia?" ulang Rafli.
"Alesha baru saja pergi bersama Nona Aika, Tuan. Katanya mau menyusul ke rumah sakit." Jawaban yang diberikan Bibi Lisa menciptakan kerutan dalam di dahi Rafli.
"Menyusul? Tapi hari ini aku tidak ada jadwal ke rumah sakit dan Alesha tahu itu!" Tadi sebelum berangkat untuk menemui Osman, Rafli memang memberitahu sang pengasuh putrinya itu bahwa ia tidak akan ke rumah sakit hari ini, sebab ada urusan penting.
"Mungkin Alesha lupa, karena tadi Nona Kecil sempat merengek mau menyusul Tuan ke rumah sakit?"
"Oh ... baiklah, tidak apa-apa. Aku akan menyusul ke sana."
Rafli menghembuskan napas panjang. Sebelum menyusul Alesha, ia ingin memastikan sesuatu. Tanpa menunggu lagi, ia segera beranjak menuju kamar belakang.
Rafli mengedarkan pandangannya di kamar sempit itu. Ini adalah kesempatan baginya untuk mencari tahu siapa Alesha dengan memeriksa barang pribadinya. Jika Alesha memang adalah Arumi, pasti ada petunjuk di sana. Begitu pikir Rafli.
Baru akan membuka pintu lemari, sesuatu menarik perhatian Rafli. Secarik kertas berada di atas meja nakas dengan sebuah cincin di atasnya.
Rafli masih ingat, cincin itu adalah hadiah yang pernah ia berikan kepada Arumi.
Ia memejamkan mata, lega sekaligus bahagia. Sekarang ia yakin bahwa Alesha memang Arumi yang menyamar.
Tetapi, surat apa yang ditinggalkan Arumi di meja. Rafli berdebar saat membukanya.
_____
Maafkan aku,
Untuk kedua kalinya aku masuk ke rumahmu dengan menyamar.
Kau pasti sangat marah.
Aku tahu aku sudah melakukan kesalahan fatal di masa lalu, dan karena itu kau tidak mau mendengar apapun penjelasanku.
Kau tahu, itu sangat menyakitkan.
Kau sudah mengusir dan mengasingkanku tanpa mendengar penjelasan apapun.
Apa kau tahu, rasanya aku sangat membencimu.
Tetapi di balik semua itu aku tetap berterima kasih karena kau tidak membenci Aika.
Meskipun dia terlahir dari wanita yang sangat kau benci.
Kali ini izinkan aku yang menjaga anakku. Aku ingin memiliki kesempatan untuk memberikan semua waktu yang kumiliki untuknya.
Maaf, aku pergi dan membawa Aika bersamaku.
Selamat tinggal,
Arumi.
_____
Rafli merasakan tubuhnya lemas saat itu juga. Berbagai pikiran buruk sudah memenuhi kepalanya.
"Arumi, Aika ...."
...****...