Kisah cinta dua sejoli, yang kembali terjalin setelah beberapa tahun terpisah, kini diuji kembali. Sosok dari masa lalu yang mencoba menghancurkan hubungan mereka, hingga membuat keduanya berada dalam pilihan yang sulit, bahkan hampir meregang nyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Setelah menyelesaikan urusannya di kantor polisi, mereka pun memutuskan untuk pulang. Papi sempat meminta Al untuk kembali pulang ke rumahnya sementara waktu hingga tangannya pulih. Namun Al menolak.
Papi dan pak Gunawan pergi terlebih dulu meninggalkan mereka. Al mengatakan kepada Reza dan Anton bahwa ia akan mengantar Raisya pulang.
Diantar oleh sang supir, mobil Alvian pun melaju meninggalkan mobil yang ditumpangi Reza dan Anton.
Ketika sang supir bertanya kemana tujuannya, Raisya pun menjawab lokasi apartement yang ternyata Al juga tinggal di apartemen itu juga.
Sungguh suatu kebetulan, mereka tinggal diapartemen yang sama, dan kamar mereka hanya terhalang beberapa unit saja.
Sampai akhirnya mobil yang ditumpangi Al dan Reza Anton pun tiba. Keduanya terkejut, melihat Al ada di basement apartemen yang sama.
"Al bukannya lu mau anterin Raisya pulang, kok malah lu balik ke apartement?" tanya Anton.
"Iya tau lu mau balik mah tadi kita bareng saja!" timpal Reza.
"Gw juga baru tahu pas tadi dijalan, kalo dia tinggal di apartement yang sama dengan kita."
"Wah sungguh suatu kebetulan!" ucap Anton.
"Apakah ini yang dinamakan Jodoh gak akan kemana?" sambung Reza terkekeh.
Raisya hanya tersenyum melihat kekocakan mereka. Al pamit kepada supir dan menyuruhnya untuk pulang membawa mobil itu.
Sang supir memang tinggal dirumah papi, jadi agar sekalian saja mobil yang ia tumpangi tadi dibawa pulang.
"Eh mobil kamu bagaimana?"
"Mobil aku masih dikantor, tapi aman kok, kadang kalo aku lagi males nyetir aku selalu tinggal disana saja." tutur Raisya.
Mereka memasuki lift menuju unit masing-masing. Malam itu rencananya Alvian akan menyelesaikan masalahnya denga Raisya.
"Al, lu mau kemana? Kan unit kita disini!" tanya Anton.
"Gw mau ad urusan dulu sama Raisya, kalian duluan saja!"
"Cie.. Cie.. Kalian pacaran ya?" tanya Reza polos.
"Stt.. Belum! Eh.." jawab Alvian yang langsung menengok ke arah Raisya.
Raisya hanya tersenyum melihat Alvian yang tadinya keceplosan jadi kikuk.
"Sudah sana masuk, ganggu saja!" usir Al yang jadi salah tingkah melihat Raisya tersenyum.
"Iya iya pak Bos, yuk Ton kita masuk!" ajak Reza sambil melambaikan tangan kepada Al dan Raisya.
************************
"Ayo masuk, silahkan duduk!"
"Ok, makasih! Kamu sudah lama tinggal disini? Aku pikir masih di apartement yang lama." Tanya Al yang langsung duduk di sofa empuk milik Raisya.
"Sudah lumayan lama, semenjak terakhir kamu memberi chat itu, aku putuskan untuk pindah." Jawab Raisya sambil memberikan minuman kepada Al.
"Kenapa pindah?" tanya nya lagi sambil meneguk minuman yang diberikan Raisya.
"Karena disana terlalu banyak kenangan dengan Vian, dan itu cukup membuatku terganggu!" tutur Raisya sambil duduk disebelah Al dengan raut wajah sendu.
"Apa aku begitu menyakitimu kala itu Sya?"
Raisya hanya terdiam, mencoba menahan air mata yang hampir menetes, kala mengingat kembali kejadian kala itu.
"Sya, apakah kamu mau mendengar alasanku yang sebenarnya, aku akan menceritakan semuanya, ini bukan pembelaanku, hanya saja kala itu sulit bagiku untuk memberitahukannya kepadamu." jelas Al mencoba meyakinkan Raisya sambil memegang tangan dan menatapnya dalam.
Raisya mengangguk, dengan mata yang masih berkaca-kaca. Alvian memeluknya, mendekapnya dengan sebelah tangan.
Alvian lalu menceritakan semua tanpa ada satupun yang ia tutupi lagi darinya. Raisya yang mendengar cerita Alvian tak kuasa lagi menahan air matanya.
ia pun nangis sesegukan, ternyata ia sudah salah paham terhadap Alvian, selama ini ia masih memendam kesal dan kecewa pada pria itu.
Kini ia tahu apa alasannya Vian, pria yang sempat mengisi hatinya kala itu, menghilang tanpa jejak dan meninggalkannya begitu saja tanpa sebuah kepastian.
"Sya, boleh aku mengatakan sesuatu?"
Raisya mengangguk sebagai jawaban, sambil menghapus air mata yang membasahi pipinya.
"Tapi aku mohon, tolong jawab jujur!"
"Ya, katakan apa yang ingin kamu tanyakan?" tanya Raisya yang kini sudah lebih bisa mengontrol emosinya.
"Apa dulu pernah ada aku di hatimu?" tanya Al dengan serius.
"Iya pernah!"
"Kalau sekarang?"
Raisya hanya terdiam mencoba berpikir kemana arah pembicaraan Alvian.
"Aku mencintai kamu Sya, sedari dulu! Aku sempat ingin menyerah untuk mempertahankan rasa ini, mengingat kamu pasti kecewa dan sakit hati karena aku pergi begitu saja, namun saat melihatmu lagi diperusahaan, aku sudah tidak bisa menahannya, aku tidak bisa membendung lagi rasa rinduku padamu Sya, hanya saja begitu sulit bagiku untuk mengungkapkan kepadamu siapa Aku, karena kamu pasti tidak akan percaya jika aku mengatakan begitu saja bahwa aku adalah Vian yang dulu pernah membuatmu terluka. Operasi itu membuat perubahan hampir 80% diwajahku, sehingga jika kamu perhatikan, hanya mata dan senyumku saja yang masih sama!" Jelas Alvian panjang lebar.
"Aku tau!" jawab Raisya singkat sambil tersenyum.
"Apa yang kamu tau?"
"Aku tau mata dan senyumu tidak pernah berubah, dan gara-gara hal itu aku kembali teringat dengan Vian, pria yang selama bertahun-tahun ini coba untuk aku lupakan, namun kehadiranmu dengan wajah baru itu justru malah membuat aku semakin teringat dengannya." Raisya menjawab sambil menatap Alvian dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya.
Alvian yang terpesona, menatap dalam wajah itu, dan tanpa sadar keduanya saling menatap dalam, dan mereka semakin mendekatkan wajah masing-masing.
Raisya memejamkan matanya saat Alvian semakin mendekatkan wajahnya dan memiringkannya ke kanan.
Mereka berciuman untuk pertama kalinya semenjak mereka kenal beberapa tahun lalu. Rasanya membuat jantung mereka berdebar dengan kencang.
Ciuman pertama bagi Raisya, sekaligus pertama pula bagi Alvian. Setelah bertahun-tahun lamanya, mereka memendam rasa kepada satu sama lain. Kini dengan ciuman manis itu, mampu menjawab pertanyaan mengenai isi hati mereka.
Ciuman hangat itu benar-benar tanpa embel-embel nafsu. Alvian mengecup bibir Raisya dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Raisya pun bisa merasakan cinta yang begitu tulus dari kecupan Alvian. Sambil mengelus rambut Raisya, Alvian menghentikan ciuman dibibir, lalu mencium kening Raisya.
Mereka berpelukan, seolah sudah mendapatkan jawaban dari semua rasa yang menggantung selama ini.
Benar saja terkadang rasa cinta itu tidak melulu harus diucapkan dengan kata-kata mesra. Dengan perbuatan manis dan hangat pun cinta itu bisa ditunjukan, bahkan lebih mendalam rasanya.
Akhirnya mereka saling mengakui bahwa mereka sudah saling memiliki satu sama lain. Ya dengan bahasa anak muda, artinya mereka sudah resmi berpacaran.
Al lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jasnya, yaitu sebuah kalung yang sangat cantik. Sebenarnya kalung itu akan dia berikan dulu saat mereka janjian di cafe. Namun Tuhan baru menghendakinya saat ini.
Raisya begitu terharu saat Alvian mencoba memasangkan kalung itu dileher Raisya. Dengan menggunakan satu tangannya dan dengan bantuan Raisya, akhirnya kalung cantik itu berhasil melekat dileher Raisya dan membuat leher putih itu semakin terlihat cantik.