Azalea Margarita seorang artis cantik papan atas yang begitu membenci Adiknya sendiri karena sakit lumpuh, Azalea tidak pernah tersenyum sekalipun terhadap Adiknya, bahkan Azalea lebih memilih tinggal di hotel milik Ayah nya karena begitu tidak ingin melihat Adik nya yang lumpuh.
Sifat dan karakter Azalea yang begitu keras, hingga begitu sulit untuk bisa jatuh cinta terhadap laki-laki manapun, hingga akhirnya Azalea di jadikan bahan taruhan oleh Fauzan Harkas sesama artis pemeran utama, dan CEO muda yang royal gemar berpesta demi mencari ke senangan ya itu Ronald Jensen.
Apey pemuda dari desa mencoba mencari ke beruntungan mengadu nasib ke kota, dengan bekal ilmu bela diri dan ke ahlian bisa menyetir, Apey mencoba adu nasib mencari rejeki ke kota demi bisa membahagiakan ke dua orang tuanya, yang ingin mempunyai ladang atau sawah sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saksi pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Style pakaian baru.
"Iya tuan Boss?" sapa Bagas di telpon.
"Keruangan saya dulu sebentar," titah Pak Wiguna.
"Siap tuan Boss," Bagas di ruangannya langsung pergi keluar.
Apey terdiam melihat sekitar ruangan yang mewah sejuk dan bersih, membuat Apey decak kagum dalam hatinya.
"Mana ponsel kamu," pinta Pak Wiguna.
"Ada Pak," Apey langsung merogok ponsel di seragamnya langsung menyodorkannya.
"Ini serius ponsel kamu?" tanya Pak Wiguna kaget.
"Iya Pak, beli dari temen di kampung," jawab Apey mengangguk.
"Maaf Apey, bukan saya tidak percaya sama kamu, tapi nanti saya butuh foto dari kamu tiap jam sama Randika," terang Pak Wiguna.
"Aduh, gimana ya Pak, ponsel saya buram Pak, bisa foto paling tidak terlalu jelas," terang Apey senyum jadi ingat saat ingin selfi pertama datang ke kota.
Pak Wiguna jadi ikut senyum melihat kejujuran Apey apa adanya.
"Ya sudah, nanti saya belikan kamu ponsel baru," sambung Pak Wiguna.
"Alhamdulilah, Bapak serius?" Apey senyum lebar begitu sumringah.
"Iya saya serius, nanti saya akan minta Bagas siapkan keperluan kamu berikut belikan ponsel baru buat kamu," jawab Pak Wiguna.
"Alhamdulilah ya Allah, terima kasih Pak, terima kasih banyak," sumringah Apey sampai mencium tangan Pak Wiguna.
"Iya Apey sama sama,"
Bagas datang langsung mengetuk pintu, dan langsung masuk.
"Permisi Pak, apa ada yang di butuhkan?" tanya Bagas setelah masuk menghampiri.
"Iya Bagas, hari ini Apey mau kerja jadi supir Randika sekaligus untuk menjaga Randika, tolong siapkan satu style jas lima style kemeja yang bagus, dan jangan lupa belikan ponsel juga," titah Pak Wiguna.
"Siap tuan Boss, kalau begitu saya bawa dulu Apey untuk memilih warna yang cocok dan sama ukuran badannya," balas Bagas.
"Iya silahkan," balas Pak Wiguna.
"Permisi tuan Boss,"
"Ayo Apey," ajak Bagas.
"Pak saya ikut Pak Bagas dulu," pamit Apey.
"Iya Apey silahkan," Pag Wiguna sedikit mengangguk.
Apey langsung melangkah ikut Bagas keluar ruangan, Bagas langsung membawa Apey sesuai apa yang Pak Wiguna perintahkan.
Di tempat lain, Azalea hari itu yang sudah berada di tempat syuting, merasa frustasi kesal marah setelah marah terhadap Ayahnya di hotel, di campur Azalea teringat Apey yang baru pertama kali di lihatnya, bertanya tanya dalam hatinya siapa Apey dan kenapa berada di ruangan Ayahnya.
Hingga beberapa adegan syuting berulang kali Azalea tidak fokus tidak menjiwai, hingga sutradara merasa kecewa melihat Azalea selalu salah dan tidak fokus dalam mengambil syuting adegannya.
"Cut, cut!" seru sutradara langsung menghampiri.
Azalea tertunduk memegang keningnya merasakan benar benar dirinya tidak fokus.
"Ada apa Azalea? ada apa sampai berulang ulang tidak ada adegan satupun yang berhasil?" tanya sutradara dengan kecewanya.
"Maaf om, saya lagi banyak pikiran," jawab Azalea dengan wajah kusutnya.
Ririn buru buru langsung menghampiri menyodorkan air minum.
"Lo kenapa Lea? kalau ada masalah bilang sama gue?" tanya Ririn lalu menyodorkan tisu wajah.
"Saya minta break dulu om!" Azalea langsung berdiri melangkah menuju tempat istirahat.
"Ayo ayo, siapkan lagi semua dari awal buat adegannya!" seru sutradara kesemua Crew.
Ririn duduk di samping Azalea menatap Azalea yang terlihat banyak pikiran.
"Bilang ada apa?" tanya kembali Ririn.
"Gua tadi di hotel marah sama Papa gua, tidak tahu kenapa rasanya gue selalu ingin marah," jawab Azalea.
"Apa? Jadi loe keluar kamar untuk marah marah sama Papa loe? apa salah Papa lo Lea?" tanya Ririn begitu kaget mendengarnya.
"Gue juga tidak tahu, kenapa selalu ingin marah rasanya," jawab Azalea.
"Sudah, tunda dulu masalah Papa lo, sekarang lo harus bisa fokus ke adegan, tidak enak sama sutradara, dan lo harus tetap bisa profesional dengan kontrak yang sudah kita sepakati," bujuk Ririn memegang tangan Azalea.
Azalea mengangguk menarik nafas berusaha untuk bisa fokus, namun pikirannya teringat Apey kenapa ada di ruangan Ayahnya.
"Arghh! siapa lagi laki-laki yang di ruangan Papa!" ketus Azalea bicara sendiri.
"Lea, ayo fokus, nanti keburu siang tidak akan selesai selesai," bujuk Ririn mengangguk menyemangati.
Artis laki-laki pemeran utama bernama Fauzan Harkas menghampiri, berwajah tampan kulit putih perawakan tinggi tidak berotot sedikit kurus karena menjaga pola makannya.
"Ada apa Lea? jika kamu butuh teman bicara, aku siap jadi teman bicara kamu?" tanya Fauzan.
"Tidak apa apa, gue baik baik saja, ayo gue sudah siap!" Azalea langsung berdiri melangkah pergi.
Fauzan menoleh ke Ririn yang merasa heran.
"Kenapa Azalea?" tanya Fauzan.
"Gue juga tidak tahu," jawab Ririn enggan memberitahukan.
"Azalea masih sendirikan tidak punya pacar?" tanya Fauzan ke masalah pribadi.
"Jangan deket Azalea deh, lo tidak akan sanggup," jawab Ririn.
"Memangnya kenapa? masa sekelas aku tidak sanggup?" tanya kembali Fauzan.
"Iya terserah, gue cuma ngingetin doang, udah sana Azalea udah nunggu," balas Ririn.
"Ok, aku ke sana dulu!" Fauzan langsung melangkah pergi.
Adegan syuting pun di mulai, dimana adegan saat itu tepat Azalea harus menampar Fauzan yang dalam alur ceritanya, Azalea cemburu buta harus menampar wajah Fauzan.
"Kamera, rolling, action!" seru sutradara.
Azalea langsung menghampiri Fauzan dengan emosinya, dan plak sebuah tamparan keras mendarat di wajah Fauzan.
"Dasar laki-laki brengsek, siapa perempuan bersamamu saat itu hah? ayo jawab, siapa?" bentak Azalea dengan wajah penuh emosi.
Fauzan memegang pipinya yang terasa sakit di tampar keras beneran, hingga sedikit meringis menahannya.
"Cut, cut cut, haduh Fauzan, kenapa malah meringis kaya anak kecil, dan kamu juga Azalea kenapa nampar beneran?" seru sutradara serasa stres yang sudah berulang mengambil adegan salah terus.
"Maaf om, saya minta tunda dulu syuting hari ini!" Azalea benar benar tidak fokus terbawa suasana hatinya langsung melangkah pergi.
Fauzan langsung mengejar Azalea merasa penasaran apa yang sedang Azalea pikirkan, hingga benar benar mengambil adegan menampar dirinya sangat keras.
"Azalea ada apa? bicara sama aku kenapa kamu seperti ini?" tanya Fauzan mengejar.
"Gue pusing banyak pikiran, gue mau pulang!" Azalea terus melangkah menuju mobil.
Ririn buru buru menuju tenda makeup mengambil tas Azalea dan makeup khusus Azalea, dan langsung menuju mobil melihat Azalea yang benar benar sudah tidak bisa fokus.
"Nanti malam aku kerumah kamu!" seru Fauzan yang tidak di gubris Azalea yang langsung menutup pintu mobilnya.
"Permisi!" Ririn dengan gestur wajah ke Fauzan yang ngeyel langsung menuju kemudi mobil setelah masuk langsung melajukan mobilnya.
Fauzan menatap laju mobil Azalea merasa semakin tertantang dengan sikap Azalea yang selalu dingin terhadapnya, Fauzan merasa penuh percaya diri bahwa akan bisa mendekati Azalea dan akan bisa menaklukan Azalea.
Ririn yang mengemudi mobil langsung membawa Azalea ke hotel, Azalea yang menangis di dalam mobil bersandar di jok mobil, terdiam dengan air matanya yang mengalir.
"Lea, kalau lo terus terusan membenci Adik lo dan tidak mau pulang ke rumah, lo harus siap dan bisa menerima kenyataan seperti ini, ke adaan di hotel itu tidak seluas dan tidak setenang seperti ada di rumah," bujuk Ririn sambil mengemudi.
"Gue akan bicara sama Papa gue, pilih gue apa si Randika anak cacat itu," tandas Azalea.
"Kalau misalkan Papa lo milih Randika bagaimana?" tanya Ririn sedikit menoleh.
"Gue akan beli rumah sendiri, gue mampu hidup sendiri, jika Papa gue pilih gue, si anak cacat itu harus tinggal di panti yayasan," jawab Azalea.
Ririn terdiam tidak bisa berkata apa apa lagi mendengar keputusan Azalea yang benar benar membenci Adiknya.
Di tempat lain, Apey yang sudah di pangkas rambutnya rapi klimis berdiri di depan cermin ruang ganti pakaian butik kusus style peria, Apey mengenakan kemeja warna biru langit dan celana jeans levis yang cocok dengan ukuran badannya yang tinggi tegap.
"Wah, saya keren juga ternyata kalau pakai pakaian bagus dan mahal!" puji sendiri Apey sambil menatap dirinya depan cermin.
Bagas menunggu di ruangan tunggu di atas meja beberapa style pakaian sudah di beli berikut satu style jas, Bagas melakukan semua tugasnya dengan baik atas sesuai perintah Pak Wiguna, berikut sudah membeli satu ponsel baru untuk Apey.
"Mengapa Pak Wiguna memperlakukan Apey seperti special begini, perasaan supir supir yang sebelumnya tidak seperti ini!" gumam Bagas dalam hatinya sambil menatap pakaian sudah di beli di atas meja.
Apey datang langsung menghampiri Bagas yang menunggu.
"Maaf Pak Bagas," ucap Apey merasa tidak enak karena Bagas harus menunggu.
"Tidak apa apa Apey, saya hanya ingin melakukan tugas saya dengan baik, ini ponsel baru buat kamu, sesuai perintah Pak Wiguna, nanti kamu harus mengirim foto tiap satu jam sekali sama Randika, sebagai bukti kalau kamu bekerja dengan baik menjaga Randika" terang Bagas menatap Apey yang jauh terlihat lebih keren mengenakan kemeja.
"Alhamdulilah, terima kasih banyak Pak, insya Allah saya siap melaksanakan kerja dengan baik," ucap Apey sumringah melihat ponsel baru.
"Iya Apey sama sama, saya ingin memberitahukan sama kamu, Pak Wiguna itu selain kaya raya, hatinya juga sangat baik, saya dan semua yang bekerja di hotelnya, sangat begitu menghormati beliau,"
"Namun sekarang ke adaan beliau sedang sangat terpukul atas prilaku Azalea anak pertamanya, yang begitu membenci Randika Adiknya sendiri,"
"Tolong jaga Randika dengan baik, dan tolong jangan kecewakan beliau yang begitu sudah baik sama kamu dan sama kami semua yang bekerja di hotelnya," papar Bagas memberi pesan.
"Baik Pak, insya Allah saya akan menjaga semua amanah yang Bapak sampaikan, balas Apey mengangguk.
"Ayo kita kembali ke hotel!" ajak Bagas berdiri.
"Iya Pak!" Apey mengangguk mengambil pakaian yang baru di belinya di atas meja.
Bagas dan Apey kembali meluncur ke hotel di mana hari itu, Apey akan memulai kerja di rumah Pak Wiguna, sebagai supir pribadi Randika sekaligus tugas untuk menjaga Randika, Apey begitu penuh semangatnya karena selain gaji cukup besar juga tidak perlu harus ngontrak.
semoga aja hbs ini gak terjadi kesalahpahaman