kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 34. ketakutan
"Apa ini Maureen,mengapa nilai kamu bisa menurun. Bukankah saya sudah menyuruh kamu untuk belajar dan mempelajari materi ini sebelum ujian,kenapa kamu malah mendapatkan nilai yang kecil."marah Aidan sembari memperlihatkan nilai ujian Maureen yang menurun.
Tepat dua hari lalu Aidan mengadakan ujian di kelas Maureen,dan setelah sholat subuh tadi Aidan mengecek hasil ujian para mahasiswa nya. Dan mendapati nilai Maureen yang menurut nya sangat tak memuaskan.
Maureen sempat terjingkrak kaget mendengar ucapan Aidan yang terlihat marah dan kesal.
"Maaf waktu itu aku gak mempelajari lebih matang."ucap Maureen dengan kepala tertunduk.
"Lalu apa yang kamu lakukan, bukankah kamu mempunyai banyak waktu. Kenapa belajar sebentar saja untuk memahami materi saja tak mampu,ingat Maureen disiplin dan kompeten jangan jadi pemalas kamu ini mau jadi apa."sentak Aidan.
Mendengar nada ucapan Aidan yang berubah serta formal,dan juga ucapan Aidan yang lumayan menusuk ke dalam hatinya membuat Maureen semakin tertunduk sembari menyembunyikan air matanya.
Ini pertama kalinya dia mendengar Aidan meninggikan suara pada dirinya.
"Maaf lain kali aku bakal lebih giat lagi belajar nya."
"Ya,contoh tuh Shafa dia selalu disiplin, konsisten dan kompeten. Karena itu dia bisa kuliah di luar negeri dan bisa mendapatkan cumlaude,hingga bisa menjadi dosen di usia muda. Contoh dia jangan malas,pulang kuliah main hp nonton film kapan pinter nya."ucap Aidan lalu meninggalkan Maureen di kamarnya.
Setelah Aidan keluar dari kamar,air mata Maureen langsung menetes begitu saja. Sakit rasanya mendengar ucapan Aidan itu.
Ini pertama kalinya Aidan berucap seperti itu padanya.
"Huh Maureen kenapa Lo malah nangis sih,kan udah biasa Lo di bandingin sama kak Shafa udah lah cengeng banget Lo."Maureen mebcoba menyemangati dirinya sendiri sembari menghapus air matanya.
"Kenapa yah mas Aidan bisa sampai bicara seperti itu,apa memang itu sikap asli mas Aidan."Maureen berpikir tentang perubahan sikap Aidan yang mendadak itu.
Maureen tak keluar dari dalam kamar,di dalam kamar Maureen terus melihat ke arah jam. Setiap waktu bertambah Maureen semakin merasakan keresahan dan kegelisahan.
Keringat sudah mulai sedikit sedikit dia rasakan, tangannya sudah mulai mendingin.
Hingga tiba jam setengah tujuh pagi, Maureen di panggil oleh art untuk sarapan bersama. Sebelum turun Maureen menyempatkan untuk meminum obat penenang satu tablet.
"Mas sini aku ambilin makanan nya."tawar Maureen ingin mengambil piring Aidan.
"Gak papa biar sama Shafa aja."Aidan menyerahkan piring nya pada Shafa.
Dan di sambut oleh Shafa kemudian mengisi piring Aidan dengan berbagai macam lauk.
"Silahkan mas,semoga suka sama masakan aku."ucap Shafa.
"Pasti masakan kamu itu memang ter-enak."
Maureen hanya bisa melihat interaksi keduanya saja,ada rasa sakit dan cemburu melihat kedekatan Aidan dan Shafa.
Serta sikap Aidan yang berubah semenjak subuh tadi.
"Tuh kamu itu harus belajar masak Maureen biar bisa masakin suami kamu,kayak Shafa dong subuh subuh udah bantuin mama masak bukannya malah ngerem di kamar."tumpak mama Hana namun tak di hiraukan oleh Maureen.
"Iya kamu itu sebenarnya keturunan siapa Maureen, mendiang bunda kamu dulu rajin suka masak, bahkan masakan nya enak enak,pintar,rajin, disiplin. Jauh beda dengan bunda kamu,ayah pun gak ada tuh sikap pemalas nya entah dari siapa sikap pemalas kamu itu."lanjut pak Latif.
Namun tetap Maureen hiraukan ucapan kedua orang tuanya itu,masa bodo kuping Maureen sudah kebal mendengar ucapan mereka.
"Iya,semua keluarga kamu rajin disiplin Maureen. Mereka semua pintar dan cerdas, bahkan kata kakek ayah bunda mama dan Shafa selalu mendapatkan nilai A+ setiap sekolah,kamu hanya mentok di A saja. Bahkan ulangan sekarang saja nilai kamu B-."ucap Aidan membuat Maureen kaget.
Biasanya Aidan akan membelanya,lah kok sekarang malah membela orang tuanya.
"Benarkah itu Aidan?"tanya pak Latif.
"Iya ayah."
"Benar benar kamu Maureen,nanti setelah dari makam mendiang bunda kamu datang ke ruangan di raftop."ucap pak Latif dengan nada nya yang tegas menyiratkan kemarahan.
Mendengar ucapan ayah nya tiba tiba saja,tubuh Maureen langsung kembali menegang,keringat langsung bercucuran. Wajahnya langsung panik menyiratkan kegelisahan dan ketakutan,namun tak terlihat dengan jelas.
"Kamu kenapa dek?"tanya Shafa.
"A-ah enggak, Maureen udah selesai makan nya."Maureen langsung meninggalkan area ruang makan itu.
Sesampainya di kamar Maureen langsung menutup pintu kamar dan disana mulailah Maureen memperlihatkan ketakutan nya.
Wajahnya sudah panik,memerah, tubuhnya bergetar hebat,keringat dingin langsung mengucur ke seluruh tubuhnya. Dia sudah tak tenang berjalan ke kiri dan kekanan.
Maureen menggeram tertahan sembari meremas rambutnya, "enggak gue gak mau di pukul lagi,gak jangan pukul gue sakit."lirih Maureen sudah seperti orang gila.
Maureen berjalan dengan tergesa kebarah kaci lalu membuka laci itu, setelah mendapatkan obat penenang Maureen meminum nya kembali,tidak satu tablet melainkan langsung dua tablet.
Beberapa saat kemudian tak ada reaksi, Maureen masih tetap seperti awal malah semakin parah. Maureen mengacak acak rambut serta benda di sekitar nya.
Dengan sedikit kesadaran nya, Maureen mengambil ponsel nya lalu menghubungi seseorang.
"N-nay t-tolong g-ue takut,g-gue gak gak mau di p-pukul."ucap Maureen dengan ketakutan.
(Reen Lo gak papa kan reenn jangan bikin gue khawatir,reen jangan ngelakuin hal gila yah. Gue kesana sekarang sadar reen jangan makan obat itu banyak banyak buang reen,gue kesana sekarang)
Panggilan itupun terputus. Maureen terduduk di atas lantai lalu meringkuk sembari menangis memeluk tubuhnya sendiri.
"Jangan,jangan pukul aku. Aku gak salah. Ayah jangan pukul Maureen.... Sakit ..... Bunda tolong Maureen,jangan pukul Maureen."Maureen terus meracau seperti itu sembari menangis.
Tak ada yang mendengar tangisannya karena memang kamarnya kedap suara, Maureen berpindah ke kamar mandi lalu menyalakan shower sembari terus menangis dan meracaukan kata kata bahwa dia tak salah.
"Jangan-jangan pukul Maureen,bundaa...tolong Maureen di pukul,sakittt....."tangis Maureen begitu Piku dan menyesakan dada.
"Apakah tadi tak keterlaluan ayah? Shafa takut Maureen sakit hati sana perkataan dan perlakuan kita tadi."ucap Shafa.
"insyaallah enggak,kan ini bagian dari suprise buat Maureen. Gak papa kalau nanti ada apa apa sama Maureen itu tanggung jawab Aidan."ucap Aidan.
Ya, mereka sengaja mengerjai Maureen dengan memperlakukan Maureen seperti itu. Dan semua ini adalah ide dari Aidan, karena Aidan ingin memberikan kejutan yang sangat spesial untuk Maureen nanti malam.
Saat mereka sedang asik asik mengobrol,dan sembari melihat persiapan untuk acara dia bersama yang akan di adakan nanti setelah mereka ber-ziarah ke makam bunda Maureen.
Tiba tiba Kanaya masuk ke dalam rumah dengan wajah panik.
"Maureen mana?"tanya Kanaya dengan panik.
"Ada di kamar,kenapa Kanaya?"tanya Aidan namun tak di hiraukan oleh Kanaya yang malah berlari ke arah lantai dua.
Melihat Kanaya yang panik dan berlari ke kamar Maureen, membuat hati Aidan tak tenang lalu ikut menyusul Kanaya.
"Reen buka pintunya,ini gue. Jangan buat hal bodoh Maureen."Kanaya mencoba membuka pintu kamar Maureen yang ternyata terkunci dari dalam.
Karena panik dan khawatir dengan Maureen,Kanaya pun mengambil ancang ancang lalu mendobrak pintu itu menggunakan kakinya.
Bruk
mewek, emosi, gregetan pokoknya jd satu.