Amara harus iklas di nikahi seorang CEO berhati dingin yang tak pernah dia cintai. dua ke pribadian yang berbeda harus tinggal seatap dan berperan sebagai suami istri. Masa lalu yang telah lama terlupakan kini datang kembali ke tengah tengah mereka.
Apakah akan ada cinta di antara mereka dan bagaimana mereka mengatasi masa lalu yang belum usai.
Ayo ikuti kelanjutan ceritannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ndo'Uus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Kali ini Amara hanya beruntung polisi datang tepat waktu kalo tidak entahlah apa yang terjadi kepadanya.
Amara segera bangkit dan menghampiri bapak itu." Apa Bapak baik baik saja? Apa mereka sempat mengambil barang bapak?" Ucap Amara.
"Iya bapak gak apa apa.Tidak nak ,mereka belum sempat mengambil apa pun.Terimakasih ya nak kamu sudah sangat berani menolong bapak."Ucap bapak itu sambil meraih tangan Amara.
"Syukurlah." Amara bernafas lega."Iya sama sama pak.Saya juga sebenarnya takut sih pak.Saya hanya modal nekat saja." Amara menggaruk kepalanya yang tak gatal dan tersenyum.
"Saya sangat berhutang budi sama kamu nak.Siapa nama kamu? " Sambil mengulurkan tangan.
Amara menyambut tangan bapak itu."Saya Amara pak. "
"Oh nak Amara.Nama bapak Richard Adkerson panggil saja Richard" Ucap bapak paru baya itu yang umurnya sekitaran 50 tahunan.
"Kakimu terluka nak ,bapak antar ke rumah sakit ya. "
" Gak usah pak saya gak papa,ini hanya luka kecil." Amara menutup luka di lututnya.
Richard mengeluarkan beberapa lembar uang."Ini ucapan terimakasih saya untuk nak Amara. Saya beruntung bisa bertemu nak Amara." Richard memberikan sejumlah uang.
"Tidak usah pak Richard saya iklas membantu bapak.Sungguh saya tidak menginginkan imbalan." Ucap Amara sambil menolak uang yang di berikan kepadanya.
"Ya sudah kalo begitu.Ini kartu nama saya hubungi saya jika nak Amara membutuhkan sesuatu ,Atau apapun itu.Saya sangat senang jika nak Amara nanti menghubungi saya.Ya nak."
Amara mengambil kartu namanya." Iya pak, kalo saya butuh sesuatu saya tidak akan sungkan." Amara tersenyum.
Richard terkekeh." Mau saya antar pulang?"
"Gak perlu pak ,rumah saya sudah dekat dari sini."
Richard sangat suka dengan sikap Amara yang berterus terang tanpa rasa malu malu.
"Kalo begitu saya pamit pergi dulu." Ucapnya sambil membuka pintu mobil.Richard menghidupkan mesin mobil dan berlalu dari sana.
Amara menatap nanar kepergian mobil mewah berwarna silver itu. Amara berlajan tertatih sebab kakinya kini terasa sakit.Hari mulai gelap Amara mempercepat langkah kakinya.Kejadian yang baru saja dia alami membuat dirinya merasa ngeri berjalan di tempat sepi sendirian.
Sekelilingnya begitu sepi untung saja ada mobil taxi yang tengah melintas.Amara memutuskan untuk menaiki taxi itu.Di lambaikan tanggan ke arah jalan, mobil itu segera berhenti tepat di hadapannya.Di bukanya pintu mobil dan dia masuk ke dalam mobil.Mobil melaju ke arah yang di tunjukan Amara.
Mobil berhenti tepat di depan gerbang mewah.Amara membayarnya dan segera turun.Di bukanya pintu mobil .Darah terlihat mengalir dari lutut Amara.Amara hanya menggunakan rok pendek hingga darah yang keluar bisa terlihat.
Hari sudah cukup gelap. Waktu menunjukan pukul 18:30 .Terlihat mobil Radit memasuki pintu gerbang yang di bukakan oleh satpam.Radit segera menghentikan mobilnya saat melihat Amara jalan tertatih.Dibukanya pintu mobil .Radit langsung menghampiri Amara.
"Apa yang terjadi? Kenapa kakimu sampai berdarah sayang." Ucap Radit khawatir.
"Maaf mas, ceritanya panjang gak akan kelar kalo aku cerita di sini. " Amara meringis kesakitan.
Tanpa aba aba Radit langsung saja mengangkat badan istrinya itu.Amara yang terkejut mencengkram bahu Radit.
Radit menatap wajah Amara intens." Kamu ini selalu saja membuatku khawatir." Radit berjalan menuju rumah.
Amara hanya menatap wajah suaminya itu.Dia merasa senang suaminya begitu menghawatirkannya.Dia sangat beruntung bisa di cintai oleh Radit.
Di bukanya pintu rumah Radit berjalan menuju ruang santai.Di letakkannya tubuh Amara di atas sofa yang berwarna merah maron itu.Radit segera pergi ke arah dapur dia mengambil peralatan P3K yang ada di sana dan semangkuk air hangat.
Di basuhnya luka Amara dengan air hangat. Muka Radit terlihat panik melihat luka Amara yang terlihat goresannya cukup dalam.Radit dengan hati hati mengusap darah di lutut Amara.
"Ahh..Sakit mas." Erang Amara.
"Sabar, tahan sebentar lagi.Kamu sih, kenapa setiap pergi sendiri ada aja masalahnya.Mas jadi gak tega biarin kamu kemana mana sendiri."Ucap Radit dengan suara serak
"Maaf masku sayang." Rayu Amara." Tadi aku melihat ada bapak bapak mau di rampok orang mas, jadi aku tolongin kan kasian kalo nanti dia di luka in sama para perampok itu." Ungkap Amara.
Seketika radit mendongak dan matanya bulan sempurna." Apa? jadi kamu melawan para perampok sampai kakimu seperti ini!" Ucap Radit marah.
Dukung Author dengan Like, Koment dan Vote.
mampir dikaryaku jugaa yaa