NovelToon NovelToon
Between Hate And Love

Between Hate And Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen School/College / Diam-Diam Cinta
Popularitas:19.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Dira Namari, gadis manja pembuat masalah, terpaksa harus meninggalkan kehidupannya di Bandung dan pindah ke Jakarta. Ibunya menitipkan Dira di rumah sahabat lamanya, Tante Maya, agar Dira bisa melanjutkan sekolah di sebuah sekolah internasional bergengsi. Di sana, Dira bertemu Levin Kivandra, anak pertama Tante Maya yang jenius namun sangat menyebalkan. Perbedaan karakter mereka yang mencolok kerap menimbulkan konflik.

Kini, Dira harus beradaptasi di sekolah yang jauh berbeda dari yang sebelumnya, menghadapi lingkungan baru, teman-teman yang asing, bahkan musuh-musuh yang tidak pernah ia duga. Mampukah Dira bertahan dan melewati semua tantangan yang menghadang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekolah Baru

Dira bergegas mandi dan bersiap-siap untuk sekolah. Saat mengenakan seragam barunya, ia berhenti sejenak di depan cermin "keren juga nih seragam" gumamnya sambil tersenyum kecil, kagum dengan penampilannya sendiri. Tiba-tiba, suara tante Maya terdengar dari lantai bawah "Dira, cepetan! sudah jam tujuh lebih" panggilnya dengan nada mendesak. Dengan panik, Dira segera turun dari kamarnya dan berlari ke lantai satu, ia langsung menuju mobil yang ditunjukkan oleh tante Maya. Saat baru saja memasuki mobil, ia disambut oleh suara tajam Levin.

"Besok lo berangkat sendiri aja deh. Bikin orang telat aja," omel Levin dengan nada dingin, ekspresi wajahnya terlihat jelas kesal karena mereka sekarang terlambat. Dira menunduk, merasa bersalah. "Vanya mana ya? Kok nggak bareng kita?" tanya Dira, berusaha mengalihkan topik, menyadari bahwa Vanya tidak ada di mobil. Levin menjawab singkat tanpa menoleh. "Vanya udah berangkat duluan. Kelamaan nungguin lo. Dia jadi petugas upacara hari ini.

Dira semakin merasa tidak nyaman. Duduk di mobil yang sama dengan Levin terasa seperti duduk di atas bara. Levin jelas tidak menyukainya "ya, sorry... Ini kan hari pertama gue sekolah," jawab Dira pelan, merasa tidak enak, tanpa menanggapi lebih lanjut, Levin mulai melajukan mobilnya, kecepatannya cukup tinggi, membuat Dira merasa tidak nyaman, ia berusaha menahan rasa takut yang mulai merayap. Namun, ketika kecepatan mobil semakin kencang, ia tak bisa lagi diam.

"Eh, jangan ngebut-ngebut dong! nanti kecelakaan gimana?" seru Dira panik, tapi Levin tidak menggubris teriakannya, tatapannya tetap fokus pada jalan di depan, penuh dengan niat untuk tiba di sekolah tepat waktu. Dira bisa merasakan ketegangan di dalam mobil, dan semakin tak enak hati. Namun sialnya, perjalanan mereka terhambat ketika tiba-tiba mereka mendapati jalanan macet, ternyata ada kecelakaan di depan, mobil-mobil di sekitarnya berhenti dan kemacetan mulai merayap panjang. Levin mengumpat kesal "sial, hari ini apes banget" gumamnya dengan nada penuh frustrasi. Dira menunduk merasa bersalah, ia tahu semua ini gara-gara dirinya. Jika saja dia tidak terlambat bersiap tadi pagi mungkin mereka sudah sampai di sekolah tepat

waktu.

Sesampainya di sekolah, firasat buruk Levin terbukti benar, gerbang sekolah sudah tertutup rapat, dan upacara Senin pagi sudah dimulai. Levin memandang gerbang yang tertutup dengan tatapan tajam, wajahnya terlihat sangat kesal. Ini adalah kali pertama ia terlambat ke sekolah, dan jelas itu membuatnya semakin frustrasi.

Setelah upacara selesai, baik Levin maupun Dira dipanggil ke tengah lapangan, mereka dijatuhi hukuman untuk berdiri tegak dan memberi hormat selama satu jam di bawah teriknya matahari yang sudah menggantung tepat di atas kepala mereka, sementara itu, para siswa yang melihat hukuman tersebut mulai memperhatikan Dira dengan rasa penasaran, sosok Dira yang baru pertama kali muncul di sekolah menarik perhatian semua orang.

"Eh, itu siapa ya? Kayaknya anak baru deh" bisik salah satu siswa "iya kok bisa sih bareng Levin? Itu pacarnya Levin, atau saudaranya?" sahut yang lain dengan penuh keingintahuan. Spekulasi dan bisikan mulai menyebar di antara para siswa, menciptakan suasana heboh di sekitar mereka. Setelah menyelesaikan hukuman, Dira segera pergi ke ruang administrasi untuk menyelesaikan berkas kepindahannya. Di sana, ia bertemu dengan Miss Morin, wali kelasnya yang sudah menunggunya.

"Oke, kamu Dira, ya? Pindahan dari SMA Negeri 24 Bandung?" tanya Miss Morin dengan nada tegas. "Iya, Bu," jawab Dira sopan, namun cepat-cepat menyadari kesalahannya. Miss Morin langsung memotong "eh, eh, jangan

panggil saya 'Ibu'. Emangnya saya kelihatan kayak ibu-ibu? panggil saya Miss Morin, ngerti?" "Ya, Miss" jawab Dira, sedikit kikuk.

Miss Morin menghela napas, lalu menatap Dira dengan serius. "Kamu akan ditempatkan di kelas 11D. Nilai kamu nggak cukup bagus, jadi kamu harus lebih berusaha belajar. Kalau kamu mau naik kelas 12 nanti, kamu harus buktikan kalau kamu bisa meningkatkan prestasimu. Dan menurut surat kepindahan kamu, alasan kamu pindah ke sekolah ini adalah karena kamu bikin banyak pelanggaran di sekolah sebelumnya "mata Miss Morin menajam, mengawasi Dira dengan cermat. "saya harap di sini kamu bisa lebih baik. Di sekolah ini, kita nggak ada toleransi untuk satu kali pun pelanggaran, ngerti Dira? "Dira mengangguk perlahan, merasa sedikit tertekan dengan peringatan keras dari Miss Morin "ya, Miss, saya ngerti," jawabnya, meski dalam hatinya ada sedikit rasa cemas tentang bagaimana ia akan menyesuaikan diri di sekolah barunya iniDira melangkah menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Saat ia berjalan melewati koridor yang sepi, tiba-tiba dua orang siswi menghadangnya. "wait, wait, tunggu dulu!" salah satu dari mereka menegur dengan nada tajam. Mereka berdiri di hadapan Dira, matanya memandang tajam seolah mencari masalah.

Dira menatap mereka bingung"siapa kalian?" tanyanya penasaran. Ia tak mengenal kedua siswi ini, tapi kehadiran mereka yang tiba-tiba membuatnya waspada. Salah satu dari mereka melipat tangan di dada dan memperkenalkan diri "nama gue Naomi, kelas 11 A," katanya dengan nada angkuh. "Gue nggak tahu lo siapa, murid baru ya? Dan gue juga nggak peduli lo dari mana, tapi gue mau kasih lo peringatan jangan dekat-dekat Levin" Dira mengerutkan kening, merasa semakin bingung.

Naomi melanjutkan dengan nada dingin, "Gara-gara lo, Levin kena hukuman untuk pertama kalinya, dan itu bikin citra baik dia tercoreng. Jadi, gue ingetin sekarang, jauh-jauh dari dia." Seakan belum puas, Naomi melirik Dira dari ujung rambut hingga ujung kaki, tatapannya penuh cibiran "Dan satu lagi," sambungnya sambil memiringkan kepala, "rok lo tuh kependekan banget, lo pikir siapa yang mau lihat? Kalau lo mau bergaya kayak gitu, jangan di sekolah ini deh" Dira terdiam, hatinya bergemuruh, namun ia menahan diri untuk tidak membalas. Setelah

melontarkan kata-kata tajamnya, Naomi dan temannya berbalik dan meninggalkan Dira. Dira berdiri di tempatnya, berusaha menahan emosi yang mendidih di dalam dadanya. Ia mengepalkan tangan, menghirup napas dalam-dalam. Bukan sekarang, Bukan di hari pertama di sekolah baru ini, Dira tidak ingin terlibat masalah lagi, apalagi sampai harus masuk ke ruang BK.

"Anjing, kenapa di mana-mana gue disalahin?" Dira bergumam kesal, suaranya hampir tak terdengar di koridor yang lengang. "Siapa juga yang kecentilan? Ini kan rok yang dikasih sekolah sendiri. Kalau kependekan, emangnya salah gue?" Rasa frustrasinya semakin memuncak. Rok yang diberikan sekolah memang terlihat

pendek di tubuh Dira, namun bukan karena ia sengaja memakainya begitu. Tubuhnya

yang tinggi membuat rok itu terkesan lebih pendek dari biasanya.

Tanpa ingin memikirkan masalah itu lebih lama, Dira mempercepat langkah menuju kelasnya. Setibanya di pintu kelas, ia melihat seorang guru sudah berdiri di depan kelas, tengah mengajar. Dira mengetuk pintu dengan ragu. "Tok, tok, tok. "Selamat siang, Pak. Saya murid baru di kelas ini," sapa Dira dengan sopan. Sang guru, yang dikenal sebagai Pak Anton, menatap Dira sejenak sebelum tersenyum ramah. "Iya, silakan masuk. Perkenalkan dirimu, ya. Dari mana asalnya?" Dira melangkah masuk ke dalam kelas, menatap seluruh siswa yang kini memperhatikannya dengan penasaran.

"Perkenalkan, nama saya Nadira Namari. Saya pindahan dari Bandung," katanya dengan suara tegas, meski di dalam hatinya sedikit gugup. Belum selesai Dira memperkenalkan diri, suara seorang siswa laki-laki dari bangku belakang tiba-tiba terdengar, "Wiiih, dari Bandung! Neng, kumaha damang?" Sontak tawa kecil meledak dari beberapa siswa. Dira tersenyum tipis, namun sebelum suasana semakin riuh, Pak Anton menegur, "Eh, kamu, Gerry! Yang sopan ya sama murid baru. Awas kalau bikin dia nggak nyaman."

1
merry jen
jgn slhinn dri mu dirr dsnii kmu knn ngebelaiin dr kmu perbuatan Naomi jg ke terlaluan wjr lhh kmu blss
merry jen
Dira berushh sndrii ajj ,,kmu gk bs MTK tp kn kmu pyn kelbhnn yg lainn ,semngtt
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓 menuju Hiatus
pocipan mampir
yu follow untuk ikut gabung ke Gc Bcm thx
Iind
halooo kak,.iklan meluncuuurrr ✈️✈️
merry jen
knp lgg tuu Dinda ,,
and_waeyo
Semangatt nulisnya kak, jan sampai kendor❤️‍🔥
Lucky One: makasih udah mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!