NovelToon NovelToon
Identity Of Mistress : GAIRAH PEREMPUAN SIMPANAN

Identity Of Mistress : GAIRAH PEREMPUAN SIMPANAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pengantin Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Pelakor
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: anyaaang

Kanaya terdiam terpaku melihat pemandangan yang ada di seberang dia. Galan - lelaki yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan dirinya tengah menggandeng mesra seorang perempuan. Galan Farrabi Altezza, dia adalah lelaki yang sama sekali tidak memiliki cacat dalam mengkhianati kepercayaan apalagi dia selalu menghargai perasaan yang dimiliki oleh Kanaya.

"Kita nikah tahun depan ya setelah kamu lulus kuliah." ucapan Galan masih terngiang jelas dalam pikiran Kanaya.

Masa depan yang selalu dia ungkapkan hanya untuk membahagiakan dirinya dan impian memiliki anak-anak yang lucu. Tapi rasanya semua itu menjadi petaka mimpi buruk untuk seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anyaaang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meresahkan

Kanaya masih melayangkan pikirannya. Memikirkan penjelasan Lasya dan juga keyakinan Galan kemarin. Penglihatan yang sudah dia yakini sebuah halusinasi ternyata memang bukan halusinasi atau fiktif belaka. Tapi memang begitu adanya. Lantas apa Galan memang berbohong pada dia? Dan perempuan itu...

Tinnnn! Suara klakson mobil menyadarkan lamunan Kanaya yang berdiri di dekat pintu masuk utama. Dilihatnya mobil Galan yang sudah menjemput dia karena Galan tadi memberitahu Kanaya untuk menunggu di lobby utama aja. Kanaya melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil. Membawa beribu pertanyaan dan rasa ragu yang menyelimuti dia.

"Mikirin apa sih sayang sampe bengong gitu?" tanya Galan yang tertawa kecil saat melihat Kanaya sudah masuk dan duduk di dalam mobil. Dia mengecup pipi kanan dan juga bibir Kanaya seperti biasa.

"Nggak." Kanaya berusaha tersenyum melihat Galan. Tapi Galan memperhatikan raut Kanaya yang tidak biasanya dengan cermat. Bahkan Galan mampu membaca reaksi wajah Kanaya yang berusaha tersenyum di depan dia. Kepura-puraan Kanaya yang tidak akan berhasil membuat Galan percaya kalau dia baik-baik aja.

Galan langsung menjalankan mobilnya tapi dia menghentikan di sudut kanan halaman kampus Kanaya.

"Kok berhenti disini bukannya pulang?" tanya Kanaya yang seketika menoleh ke arah Galan. Mobil yang dikemudikan Galan seperti sengaja diparkirkan. aApalagi Galan langsung mematikan mesin mobilnya.

"Kenapa kamu? Cerita!" nada Galan terdengar menuntut. Dia duduk menghadap Kanaya yang langsung terdiam. Galan memang mudah banget mengenal hati Kanaya secara menyeluruh.

Kanaya terdiam sejenak. Dia memang tidak pandai dalam berbohong apalagi menutupi di depan Galan yang sudah sangat mengenalnya. Bahkan Kanaya merasa kalau Galan jauh lebih mengenal dia dari pada yang Dafandra lakukan dulu. Kalau dulu Dafandra hanya suka menuduh-nuduh dia aja dan udah gitu tuduhannya semua hanya ngasal tanpa bukti.

"Aku nggak..."

"Jangan bilang nggak apa-apa." potong Galan yang tahu Kanaya akan mengucapkan apa. Nada dia menjadi tegas. Galan tidak pernah mau kalau Kanaya menyembunyikan apapun dari dia.

"Reaksi kamu itu nggak biasanya dan nggak pernah kayak gini. Kamu bengong tadi waktu nunggu aku dan pas masuk kamu juga nggak ceria. Malah kamu diam dan murung. Kenapa, Nay? Kamu ada masalah di kampus? Biasanya kamu apa-apa cerita loh sama aku." Galan menambahkan sambil terus mengamati Kanaya dari tempat duduknya.

Kanaya melihat Galan dengan perasaan yang... dia sendiri nggak tahu bagaimana mendeskripsikannya. Perempuan yang dia lihat bersama Galan kembali merasuki pikirannya. Bahkan ini bukan sekedar halusinasi. Karena Lasya juga melihat Galan berada di tempat yang sama dengan dirinya.

"Gal... apa kamu bener nggak ada di Lippo Garden Village kemaren?" tanya Kanaya ragu.

Takut juga Galan akan kembali marah karena sudah yakin pasti Galan akan marah melihat dia yang kembali curiga. Tapi Kanaya bingung harus bagaimana. Dia ingin memastikan apa yang akan dilontarkan oleh Galan meski dia yakin kalau Galan akan tetap mengelaknya. Tapi siapa sosok yang sangat mirip dengan dia waktu itu? Bahkan pakaian yang Galan kenakan sempat Kanaya lihat waktu dia video call sebelum Kanaya pergi tugas kelompok bersama Argesta.

"Serius kamu, Kanaya masih ngebahas ini lagi??!" Galan terlihat tidak percaya dengan tingkah Kanaya yang hanya pura-pura mempercayai dia dari kemarin.

"Aku nanya karena ternyata Lasya juga liat kamu kemaren di Lippo Garden Village."

"Lasya yang aku kenal dan dia juga kenal sama aku kan?"

"Iya makanya itu yang bikin aku nanya sama kamu. Kalo aku lihat dan Lasya juga lihat artinya aku bukan halusinasi aja, Gal."

"Terus kenapa dia nggak manggil aku? Kenapa sama kayak kamu yang nggak manggil aku kalo ternyata itu emang beneran aku?!"

"Karena Lasya bilang dia lagi buru-buru makanya..."

"Terus kamu yakin itu juga aku?!"

"Jujur aja iya, Galan. Aku lihat kamu dengan pakaian yang sama waktu kita video call. Kenapa kamu nggak bilang aja kalo kamu emang disana?"

"Karena aku nggak disana, Kanaya! Aku itu meeting di tempat kerja aku dan udah berapa kali aku bilang sama kamu. Dan kamu juga udah percaya kemarin. Tapi liat kamu sekarang, kamu yang malah bohong sama aku!"

"Aku bohong apaaaaa??!"

"Kamu bohong dengan bilang kamu percaya sama aku padahal nggak sama sekali! Kamu cuma pura-pura percaya aku dan sekarang kamu nuduh aku dengan segala asumsi kamu sama Lasya!" tatap Galan tajam. Tidak bisa dipungkiri kalau da jadi marah melihat Kanaya yang tidak mempercayai dirinya. Kanaya benar-benar berubah pikir Galan di dalam hati dia.

"Itu bukan asumsi, Galan tapi..."

"TAPI APA?!" Galan menaikkan volumenya membuat Kanaya jadi berkaca-kaca. "Kalo aku liat kamu udah pasti aku akan manggil kamu. Apalagi kalo aku liatnya sama cowok lain, udah pasti aku bakalan samperin kamu langsung! Tapi kenapa kamu nggak lakuin itu? Kenapa kamu diem aja?! Apa semua ini manipulasi kamu buat nutupin kedekatan kamu lagi sama Dafandra?!" nada Galan terdengar geram.

Apa yang dilakukan Kanaya begitu berubah drastis. Kanaya yang tidak mudah mempercayai dia dan semua itu terjadi sejak Galan tahu kalau Dafandra menghubungi Kanaya lagi.

"Nggak pernah ada hubungannya sama dia! Sedikit pun! Aku nanya karena aku emang liat sendiri... kamu sama perempuan lain disana, Galan!" Kanaya mulai meneteskan air matanya. Tapi Kanaya langsung menghapusnya.

Galan yang melihat Kanaya menangis malah jadi semakin marah. Apalagi yang dia dengar tentang perempuan lain. Dari mana perempuan yang bisa-bisanya disebut oleh Kanaya. Sudah jelas sekali kalau dua tahun ini hanya seorang Kanaya yang mengisi hidup dia. Apalagi hari-hari Galan selalu bersama Kanaya terus.

"Aku nggak tau harus ngomong apa lagi. Karena akan percuma apapun jawaban yang aku ucapin, kamu cuma pura-pura percaya aja sama aku. Kamu udah bukan Kanaya yang aku kenal. Dan maaf aja, Nay aku emang ngerasa kamu kayak gini semenjak aku tahu Dafandra chat lagi sama kamu." Galan tersenyum kecil. Tapi terlihat jelas dia meratapi dirinya karena mendapatkan Kanaya yang mungkin bisa berpaling dari dia.

"Galan ini nggak ada hubungannya..."

"Ayo kita pulang!" Galan menghentikan ucapan Kanaya. Tidak mau mendengar penjelasan apapun yang Kanaya lontarkan lagi karena dia yakin itu akan membuat dirinya sakit juga. Dafandra memang memiliki pengaruh besar buat hidup Kanaya apalagi dia pernah menjalin hubungan yang sangat lama.

Kanaya kembali meneteskan air matanya melihat Galan yang langsung menjalankan mobilnya.

***

Galan menghentikan mobilnya di lobby tulip apartemen Kanaya yang ada di daerah Jakarta Selatan. Lobby? Kanaya menoleh ke arah Galan yang hanya memandang lurus ke luar jalan dari kursi pengemudinya. Sama sekali tidak pernah Galan menghentikan mobil dia di lobby atau sekedar menurunkan Kanaya saja. Selama ini dia pasti memarkirkan mobilnya di basement dan akan selalu ikut turun bersama Kanaya. Tapi sekarang?

"Kamu istirahat ya. Aku langsung pulang." ucap Galan yang membuka kunci pintu mobil untuk Kanaya. Tapi pandangan dia tetap lurus ke arah jalan tanpa mau menoleh ke arah Kanaya.

Kanaya menariknya napasnya dalam-dalam. Dia menahan air mata yang sudah sangat ingin tumpah tapi berusaha dia tahan sekuat mungkin. Galan benar-benar marah dan dia juga jadi terlihat kecewa dengan sikap Kanaya yang ternyata pura-pura mempercayai dia kemarin. Padahal jujur saja kalau Kanaya snagat mempercayai Galan. Tapi penjelasan Lasya begitu mempengaruhi dia. Membuat ingatan dia kembali pada perempuan yang sempat dia lihat bersama Galan. Meski perempuan yang Kanaya lihat tidak begitu jelas karena hanya dari punggung saja tapi Kanaya tetap mengingat sosok perempuan itu.

Perempuan berambut panjang dengan warna rambut hitam. Tingginya diatas bahu Galan sedikit. Dan mereka memang mesra.

"Kamu nggak mau turun dulu?" Kanaya menawarkan Galan yang biasa beristirahat di tempat dia setiap mengantarkan Kanaya pulang. Biasanya Kanaya nanti akan masak makanan kesukaan Galan dan mereka makan bersama-sama.

"Aku pulang aja, Nay. Aku capek banget." Galan berusaha tersenyum tapi dia kembali menghadap lurus ke arah jalan. Membuang muka.

Kanaya terdiam sejenak. Dia memang melihat Galan yang terlihat lelah sekali tadi waktu menjemput Kanaya di kampus. Pasti Galan lagi banyak meeting dan bertemu dengan tamu-tamu yang biasa dia sapa saat berada di restaurant tempat hotelnya. Kasihan sekali Galan yang sangat kelelahan tapi Kanaya malah bikin dia marah. Tidak pernah juga Galan membiarkan dia pulang sendirian secapek apapun dia. Kanaya jadi merasa bersalah dan juga sedih.

"Yaudah aku turun ya, Galan." Kanaya mengecup pipi Galan yang masih diam saja di tempat duduknya. Dia tidak membalas sama sekali. Galan hanya diam seperti yang dia lakukan sepanjang jalan pulang tadi. Bahkan Galan tidak menoleh ke arah Kanaya sampai dia turun dari mobilnya. 

Galan tetap pergi melesat jauh meninggalkan Kanaya yang masih memandang mobil dengan air matanya.

***

Kanaya keluar dari kamar mandi setelah membersihkan badan dia. Merasakan lapar karena baru sadar tadi waktu pulang dia belum sempat makan apa-apa. Kanaya mengambil hp dia dan mengecek apakah Galan sudah sampai rumah apa belum. Belum ada chat apapun yang dikirimkan oleh Galan sampai sekarang. Kanaya menghela nafas. Matanya kembali berkaca-kaca.

Sudah dua puluh menit dari Galan pulang tapi sampai sekarang belum ada chat apapun dari Galan. Biasanya dia hanya menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit setelah mengantarkan Kanaya untuk sampai rumah dan Galan langsung mengabarkan Kanaya kalau dia udah di rumah. Kanaya menghapus air matanya yang seketika menetes tanpa di sengaja. Sejak kejadian dia melihat Galan di mall, Kanaya merasa hubungannya menjadi sedikit renggang.

Padahal Galan udah bersikap biasa saja setelah Kanaya melemparkan kecurigaan dia. Tapi karena Kanaya membahas lagi jadi membuat Galan semakin kecewa melihat sikap Kanaya yang hanya punya para-pura percaya di mata dia.

"Aku bingung..." Kanaya semakin meneteskan air matanya. Dia duduk di tempat tidur sambil menangis.

Kenapa susah sekali membawa pikirannya bahwa semua baik-baik aja sesuai yang Galan pernah ungkapkan. Tapi justru sekarang terasa menyakitkan apalagi dia membuat Galan merasakan kekecewaan pertama kali.

Aku bingung atas perasaan yang aku rasakan. Betapa sangat mempercayainya aku terhadap seorang Galan Farrabi Altezza. Tapi aku pun hanya ingin bertanya tentang apa yang memang sempat aku lihat. Apakah aku berlebihan jika aku pun merasa sakit? ~Kanaya

***

Galan menyandarkan kepala dia di kursi mobil setelah menghentikan mobilnya di rumah dia sejak lima belas menit lalu. Belum turun dari mobil karena merasakan kepala dia yang begitu penuh akhir-akhir ini. Galan membuka dua kancing kemejanya dengan setengah kasar. Dia menghela nafas sambil tetap menyandarkan kepala dia.

Pikiran dia kembali memutar tentang sosok Dafandra yang pernah berhubungan dengan Kanaya selama tiga tahun. Ingat sekali bagaimana dia berusaha menyembuhkan hati Kanaya untuk sembuh dari luka yang pernah dia dapatkan dari seorang Dafandra. Dan sekarang sosok itu seperti muncul lagi tanpa aba-aba. Membuat posisi Galan bisa tersingkirkan walau Galan tahu Kanaya tidak akan mungkin meninggalkan dirinya.

Tapi perubahan demi perubahan Galan bisa lihat sendiri. Semenjak dia mengetahui Dafandra yang mengirimkan chat lagi pada Kanaya, membuat Kanaya semakin banyak mengalihkan pikirannya. Apalagi dia tahu kalau Dafandra sudah kembali ke Jakarta. Umur Dafandra dan Kanaya tidak jauh beda. Mereka hanya beda sekitar dua tahun. Sedangkan dengan Galan memang sedikit cukup jauh. Galan dan Kanaya memiliki perbedaan umur enam tahun. Tapi meski begitu Galan bisa sangat mengimbangi pola pikir Kanaya yang masih berumur dua puluh stau tahun. Lagian Kanaya perempuan yang dewasa dan juga bisa kekanak-kanakan di mata Galan.

Galan melayangkan ingatannya pada Kanaya yang kembali curiga. Padahal jelas dia tidak pernah melakukan apapun di belakang Kanaya selama ini. Betapa sangat menyayanginya Galan terhadap Kanaya dan juga keluarganya. Keluarga Kanaya layaknya keluarga kedua bagi Galan selama dua tahun ini. Kadang dia suka menghubungi mama Kanaya tanpa Kanaya perlu tahu. Menanyakan kabar atau sekedar mengirimkan makanan buat di rumah. Begitu pun mama Kanaya yang suka mengirimkan chat pada Galan dan menanyakan kabar.

Galan menghembuskan nafasnya yang terasa berat. Air mata yang berada di wajah Kanaya benar-benar sangat dia benci. Tapi hati dia juga tidak bisa dibohongi kalau dia memang kecewa karena Kanaya yang kembali curiga. Kenapa Kanaya tidak memanggil dirinya jika dia melihat Galan berada di lokasi sama? Kenapa Kanaya tidak mengejarnya? Kenapa Kanaya tidak mau mengecek sesuai yang Galan perintahkan?

Seharusnya Kanaya bisa melakukan seperti yang Galan akan lakukan jika dia dihadapkan dengan situasi yang sama. Sudah pasti dia akan mengejarnya jika melihat Kanaya bersama cowok lain. Tapi semua seakan hanya untuk menyalahkan dirinya demi menutupi perasaan Kanaya yang menjadi bingung karena kehadiran Dafandra yang telah kembali.

Galan merogoh saku celananya dan mengeluarkan hp dia. Dilihatnya layar hp dia yang terpasang foto dirinya bersama Kanaya. Foto itu diambil saat dia sudah pacaran sama Kanaya selama satu bulan. Tangan Kanaya merangkul leher Galan dan dia sambil mengecup pipi Galan dengan ekspresi gemasnya. Banyak sekali foto dia bersama Kanaya di hp dia apalagi dia sudah berhubungan selama dua tahun. Bahkan di laptop dia pun banyak foto-foto Kanaya bersama Galan dan juga hasil candid yang dilakukan oleh Galan setiap dia jalan berdua sama Kanaya. Banyak juga foto Kanaya yang sering dia kirim di dalam chatnya setiap dia mau melakukan kegiatan. Foto-foto cantik Kanaya yang tidak pernah dia hapus satu pun.

Galan mengetik sesuatu di dalam hpnya.

Aku udah di rumah ya.

Terkirim. Kanaya.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!