NovelToon NovelToon
Aku Bukan Wanita Simpanan

Aku Bukan Wanita Simpanan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Poligami / Ibu Pengganti / POV Pelakor / Menikah Karena Anak
Popularitas:4.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Vey Vii

WARNING ***
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN!!!

Menjadi istri kedua bukanlah cita-cita seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun bernama Anastasia.

Ia rela menggadaikan harga diri dan rahimnya pada seorang wanita mandul demi membiayai pengobatan ayahnya.

Paras tampan menawan penuh pesona seorang Benedict Albert membuat Ana sering kali tergoda. Akankah Anastasia bertahan dalam tekanan dan sikap egois istri pertama suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang

Sejak mengetahui Ana sedang menstruasi, Rosalie seperti tidak peduli pada Ana. Wanita itu pergi bekerja setiap pagi dan pulang larut malam.

Pagi-pagi sekali Ana meminta izin pada Rosalie untuk pulang ke rumahnya, gadis itu ingin membersihkan rumahnya dengan rutin agar saat ayahnya sudah menyelesaikan pengobatan, rumah itu tetap nyaman untuk ditempati.

"Pergilah," jawab Rosalie. Ia tidak keberatan sama sekali, bahkan sikap wanita itu menunjukkan ketidakpedulian.

"Terima kasih, Kak." Ana tersenyum senang, akhirnya ia punya ruang untuk bernapas dengan bebas.

"Kau bisa menginap jika kau mau," sela Ben. Rosalie mendongak, menatap suaminya.

"Benarkah? Aku boleh menginap?" Ana begitu bersemangat.

"Tidak apa, Sayang. Biarkan dia menginap di rumahnya sesekali," ucap Ben pada Rosalie. Laki-laki itu paham jika istri pertamanya kurang sependapat dengan usulannya.

"Terserah!" gumam Rosalie sambil menarik napas panjang. Ia tidak begitu khawatir, karena saat ini Ana sedang datang bulan dan Ben tidak akan melakukan apapun bersama gadis itu.

Mungkin sikap Rosalie ini sebagai tanda bahwa wanita itu sangat kecewa. Rosalie ingin Ana segera hamil setelah bersama Ben dalam beberapa malam, dengan begitu mereka tidak perlu bersama lagi di bulan-bulan berikutnya. Sayangnya, semua yang terjadi tidak sesuai dengan harapan dan rencana.

Tanpa pamit, Rosalie meninggalkan meja makan dan kembali ke kamar. Hal itulah yang membuat Ana semakin sedih. Di rumah ini, Ana tidak merasa nyaman dan senang meskipun Rosalie memberikan fasilitas mewah dan makanan yang enak. Gadis itu selalu merasa tertekan dan terkekang, karena segala sesuatunya harus atas kehendak Rosalie.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Ana berniat kembali ke kamar, namun Ben menatap gadis itu dengan penuh makna, seakan memintanya untuk beberapa menit menemaninya.

"Anastasia," ucap Ben lirih.

"Terima kasih sudah mengizinkanku pergi," ujar Ana sambil tersenyum kecil. Gadis itu berjalan pergi meninggalkan Ben sendiri.

Ana bergegas mengemasi beberapa setel pakaiannya, gadis itu amat senang bisa pulang meski tidak akan lama. Paling tidak, Ana punya waktu untuk menenangkan hatinya.

Setelah pamit pada Ben dan Rosalie, Ana memesan taksi. Gadis itu menolak saat Ben menawarkan seorang sopir pribadi, ia lebih senang pergi sendiri dengan tenang.

Rumah sederhana dengan dinding bercat putih itu nampak sangat menyedihkan. Sudah lebih dari dua minggu tidak dibersihkan dan dibiarkan kosong begitu saja.

Saat memasuki halaman, daun-daun menggunung di setiap sudut, membuat pemandangan semakin tidak nyaman. Meski begitu, Ana sangat senang, ia tidak keberatan menghabiskan waktunya untuk bersih-bersih seharian daripada hanya berdiam diri di kamar mewah rumah Rosalie.

Saat baru saja berganti pakaian, Ana melihat sebuah mobil berhenti di depan rumahnya tepat di pinggir jalan. Seorang laki-laki turun dari mobil dan menghampiri Ana yang masih berdiri di ambang pintu.

"Kenapa kau datang?" tanya Ana pada laki-laki itu.

"Aku ingin kita mengobrol," jawab Ben tenang. Laki-laki itu tersenyum. "Apa kau akan membiarkan aku berdiri saja di sini?" tanyanya.

"Aku pergi untuk menjauh agar kak Rosalie bisa tenang," gumam Ana.

"Aku tahu, aku paham. Kau tidak mengizinkanku masuk?"

Ana menghela napas berat. Gadis itu tidak yakin jika Rosalie tahu bahwa Ben pergi menyusulnya. Jika sampai Rosalie tahu, maka ini semua akan menjadi sebuah masalah baru.

"Masuklah," ucap Ana sambil berjalan mundur. Ia membersihkan kursi yang berdebu agar Ben bisa duduk dengan nyaman.

"Kau baik-baik saja?" tanya Ben. Ana mengangguk. "Rumah ini sangat kotor, kau akan kelelahan jika membersihkan semuanya sendiri. Aku akan membantumu."

"Tidak, aku bisa melakukan semuanya sendiri," tolak Ana.

"Anastasia ... Jangan menolakku."

"Apa Kak Rose tahu jika kau datang ke sini? Dia pasti marah kau menyusulku."

"Dia tidak harus tahu segalanya, Anastasia. Kau istriku, kau punya hak yang sama dengannya!" seru Ben.

Ana terdiam. Ben terlihat sangat bersikeras dengan prinsipnya, sementara Ana sendiri berusaha sebaik mungkin untuk tidak menyakiti perasaan Rosalie, juga menghindari adanya percikan rasa dalam hatinya sendiri.

Ben menggeser tempat duduknya, ia memeluk Ana dan mencium kening gadis itu.

"Berhentilah bersikap seperti ini. Aku hanya ingin bersikap adil, jangan merasa lebih rendah dari Rosalie. Jangan pernah berpikir begitu," ucap Ben.

Laki-laki itu menyadari sesuatu dalam hatinya, bahwa kini tidak hanya Rosalie yang bernaung di sana. Ben bisa merasakan bahwa ia memiliki sebuah perasaan aneh bukan sekadar hasrat untuk dipuaskan. Laki-laki itu tanpa sadar sudah jatuh cinta pada pandangan pertama, meski mereka baru saling mengenal secara singkat.

"Aku akan membantumu membersihkan rumah ini, kita bisa melakukannya bersama," tawar Ben.

"Hmm, baiklah." Ana hanya bisa setuju, ia tidak mungkin menolak Ben terus menerus. Karena bagaimanapun, ia harus menghargai niat baik suaminya.

Ben meminta izin pada Ana untuk berkeliling rumah. Laki-laki itu melihat hanya ada dua kamar berukuran kecil dengan dapur dan kamar mandi yang bersebelahan. Ben tidak melihat ada lemari pendingin atau kipas angin, Ana dan ayahnya benar-benar hidup sederhana di tempat ini.

"Aku bisa mencari rumah yang lebih bagus dari ini, Anastasia. Bagaimana jika kita berjalan-jalan dan mencari rumah baru?" tanya Ben.

Ana menatap laki-laki itu sambil menggeleng pelan. Membeli rumah bagi Ben lebih terdengar seperti akan membeli sebungkus mie instan di swalayan.

"Bagaimana?" ulang Ben.

"Ini sudah lebih dari cukup bagiku. Kau tidak perlu melakukannya," jawab Ana.

"Aku tidak tahu jika Rosalie membeli rumah seperti ini untuk kalian. Dia seharusnya membeli rumah yang lebih layak," keluh Ben.

Ana tidak mengatakan apapun, gadis itu mulai dengan menyapu rumahnya dari ruangan paling ujung. Sementara Ben, ia mengambil kaos dari mobilnya sebagai pakaian ganti.

Mereka membersihkan rumah bersama. Ben membantu Ana mengepel lantai, memperbaiki meja dan kursi yang patah, juga membersihkan langit-langit rumah dari jaring laba-laba.

Seumur hidup, Ben tidak pernah menyentuh pekerjaan rumah. Namun entah mengapa ia rela melakukan semua ini demi Ana, gadis yang dibayar oleh istrinya untuk menjadi istri kedua.

Setelah semua pekerjaan beres, mereka berdua duduk di lantai ruang tamu. Ben dan Ana sama-sama berkeringat, keduanya lelah namun cukup bahagia.

"Aku tidak punya pakaian ganti untukmu, milik ayahku tidak ada yang bagus," ujar Ana. Ia melihat kaos Ben basah oleh keringat.

"Aku tidak mau baju ganti. Di sini panas sekali, jadi lebih baik aku melepasnya," jawab Ben. Laki-laki itu melepas kaosnya di depan Ana, memamerkan dada bidang dan bentuk perut yang mengesankan. Ana yang malu lantas memalingkan wajah, ia menggeser posisi duduknya.

"Kau tidak suka melihatku melepas baju?" tanya Ben. Ana menggeleng.

"Kenapa berpaling?" tanyanya lagi. "Lihat aku, Anastasia."

"Ah, aku lupa sesuatu. Aku harus ...." Ana hendak berdiri, namun Ben dengan cepat menarik lengan gadis itu.

Ben merangkul pundak Ana, ia mencium bibir gadis itu dengan lembut. Meskipun hal ini sangat tiba-tiba, tubuh Ana merespon dan ia enggan menolak.

Awalnya Ana hanya diam dan membiarkan Ben mempimpin permainan, namun kini gadis itu memiliki respon yang baik setelah mempelajari banyak hal dari sentuhan suaminya.

Keduanya menikmati momen ciuman yang penuh gairah. Sesekali Ben menggigit kecil bibir istrinya, lalu mereka saling menyesap dan terlena.

"Aku sedang haid," bisik Ana. Ia sedikit menarik tubuhnya.

"Aku tahu, kita hanya akan melakukan ini," jawab Ben. Laki-laki itu kembali menarik tengkuk leher istrinya.

🖤🖤🖤

1
Khairul Azam
udah ninaninu kq ngusir
Khairul Azam
murah banget, meski mereka suami istri
Khairul Azam
kko istri pertama nya gak mati dia masih nyari ana nggak?
Nila Kirana Hasibuann
Kecewa
Nila Kirana Hasibuann
Buruk
Sha Yusuf
jangan jadi boneka Ben
Gencya
SiRoselin egois bngt siih
Trisna
ettan ana kakak iparmu
Trisna
apakah laki-laki itu adiknya Ben?
Trisna
jika kau mandul Rosie maka terima sudah.
karena tidak semua hal di dunia ini terwujud sesuai keinginan mu
Rahma Waty
akhirnya been akan hatuh cinta pd ana
Imaz Ajjah
Luar biasa
Ratih Yogyantomo
Ana virgin kan,,, kenapa USG Transvagina?
Anonymous
keren
Raufaya Raisa Putri
walah...tamat jg...
Raufaya Raisa Putri
kyk bein ming ye.ming ke sm lian cheng
Raufaya Raisa Putri
lbh hot dr MP ny...
Raufaya Raisa Putri
wah... Ethan gentle
Raufaya Raisa Putri
mundur wir....bini orang eh abang lu tuh
Raufaya Raisa Putri
knp ngg nginthil in ethan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!