NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah

Terpaksa Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ririn Yulandari

Kara sangat terkejut saat Ibunya tiba-tiba saja memintanya pulang dan berkata bahwa ada laki-laki yang telah melamarnya. Terhitung dari sekarang pernikahannya 2 minggu lagi.

Karna marah dan kecewa, Kara memutuskan untuk tidak pulang, walaupun di hari pernikahannya berlangsung. Tapi, ada atau tidaknya Kara, pernikahan tetap berlanjut dan ia tetap sah menjadi istri dari seorang CEO bernama Sagara Dewanagari. Akan kah pernikahan mereka bahagia atau tidak? Apakah Kara bisa menjalaninya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ririn Yulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Liburan Di Villa

Akhirnya hari sabtu pun tiba, dan hari ini aku dan teman-teman kerjaku serta bos ku liburan ke puncak dan menyewa villa untuk di tempati menginap semalam. Kami sampai disini sudah malam, karna harus masuk kantor lalu bersiap-siap berangkat. Setelah istirahat dan membersihkan diri aku keluar kamar kebetulan aku sekamar dengan Disha.

Ku eratkan jaket yang membungkus tubuhku karna cuaca yang cukup dingin. Kami semua sepakat untuk langsung berbagi tugas memasak, Bu Adisty menyuruh aku dan Disha membuat sup sambil menunggu makanan yang lainnya matang. Para laki-laki di suruh membakar ayam juga jagung.

Sisanya Bu Adisty dan Eka menyiapkan semua keperluan bbq-an.

"Sup buatan chef Disha dan chef Kara jadi!! Ayo ayo semuanya ngumpul, monggo di cicipi," panggil Disha sambil membawa piring yang di tempati makan dan Kara kebagian membawa satu panci yang berisi sup.

"Ayo, cobain-cobain. Di koreksi apa aja kelebihannya, kalau keruangannya gak usah di sebutin. Karna ini serba sempurna gak ada yang kurang," kata  Disha saat mereka semua sudah berkumpul satu meja.

Ayam bakar, jagung, sup, dan bbq sudah siap kami santap. Tak lupa juga aku dan Disha membuat teh karna cuaca yang cukup dingin.

"Awas aja kalau supnya kebanyakan garam atau hambar," ancam Bu Adisty kepada kami berdua.

"Jangan takut Bu, kami berdua udah ahli dalam memasak, udah cocok banget jadi istri anak tunggal kaya raya. Tapi, sayangnya belum ada yang mau..." kata Disha.

"Kode gue halalin secepatnya, yaa?" Abi teman satu divisi ku kemudian tiba-tiba menyahut, tersenyum menatap Disha sambil menaik turunkan alisnya.

"Idih, najis banget di halalin sama lo," ujar Disha ogah-ogahan.

"Kalian ingat 'kan syarat bekerja di kantor? Gak boleh ada yang pacaran, kalau pacaran kalian masih ingat kan apa sanksinya?"

"Dipecat Bu!!" seru kami bersamaan.

"Betul banget! Kalau diantara kalian ada yang ketahuan pacaran apalagi sesama satu kantor. Siap-siap salah satu dari kalian ada yang berkorban untuk di pecat atau ngundurin diri," jelas Bu Adisty.

"Iya Bu, lagian saya juga ga minat kok Bu pacaran sama Abi," kata Disha melirik Abi dengan malas.

"Bukan cuman kamu doang yang saya kasi peringatan, tapi yang lainnya juga. Biar gak lupa."

"Iya Bu."

"Yaudah itu dimakan, habisin semuanya," kata Bu Adisty menyuruh kami makan dan kami pun tentu saja langsung nurut karna sudah benar-benar lapar apalagi cuaca dingin begini membuat perut cepat terasa lapar. Tiba-tiba Bu Adisty kembali membuka suara. "Kalian jadi ingetin saya sama suami dan anak dirumah. Jadi kangen mereka," ucapnya yang lebih kearah curhat.

"Tapi, saya kasi tau ya. Mendingan dari sekarang kalian nikmatin masa mudanya dulu. Gak usah cepat-cepat mikir nikah, soalnya kalau udah nikah apa-apa bawaanya ribet."

"Benar banget Bu, apa lagi kalau punya udah punya anak yang lagi rewel-rewelnya. Ribet banget kalau pagi gak tau mau ngurusin yang mana dulu, beberes rumah, atau ngurusin suami yang mau berangkat kerja sama anak yang di tinggal sebentar udah nangis." Eka menyahuti perkataan Bu Adisty yang ebetulan Eka sendiri sudah bersuami dan sudah punya anak yang berumur dua tahun lebih.

"Saya aja sebagai laki-laki pusing Bu mikirin uang bulanan istri, buat keperluan rumah dan masa depan anak," kini yang berbicara adalah Lutfi. "Suka was-was sendiri apa lagi kalau udah me dekati akhir bulan." Lutfi juga salah satu yang sudah menikah diantara mereka.

"Jadi, karna disini ada dua bujang dan dua anak gadis, kalian mending nikmatin hidup sendiri dulu, karna yang namanya nikah itu ibadah seumur hidup."

"Tapi yaa, kalau pacar kalian anak tunggal kaya raya boleh lah di pertimbangkan," lanjut Bu Adhisty.

"Tapi, materi juga gak bisa jamin kebahagiaan Bu," kata Eka menyahuti.

"Kalau saya sih, tergantung dari orangnya sendiri. Kan tiap orang pembawaannya beda-beda," Lutfi kembali menyahut.

Ketiganya asik berdiskusi. Sedangkan para bujang dan gadis asik makan sambil mendengarkan coletahan ketiganya.

Berbeda dari yang lainnya tampak tak berduli. Diam-diam aku angat-sangat mendengarkan perkataan ketiganya. Aku semakin takut membayangkan akhir dari pernikahan ku. Apakah akan berakhir baik atau tidak.

* * *

Pukul 23: 26 WIB. Malam semakin larut dan aku dan Disha baru saja kembali ke kamar setelah acara bakar-bakar jagung dan Ayam serta yang bbq an sambil bercerita hal random, lucu ataupun sedih.

"Aduh udah tengah malam gini tapi masih belum ada sinyal," gerutu Disha yang kesal saat mengaktifkan ponselnya dan masih tak ada jaringan seperti tadi saat mereka baru saja tiba.

"Sinyal lo ada gak, Ra?" tanya Disha.

"Kalau sinyal lo gak ada berarti, sinyal hp gue juga gak ada," sahut ku.

"Yaa, siapa tau aja kan kita beda kartu. Terus punya lo bagus dan punya gue enggak."

"Lagian lo mau ngapain malam-malam gini nyari sinyal? Mau sleep call'an bareng cowok lo?" tebak Kara menerka-nerka.

"Mana ada sleep call'an. Orang pacar aja gak punya."

"Ya, terus mau ngapain?"

"Ini biasanya gue sebelum tidur tuh maraton dulu, gak bisa gue tidur tanpa nonton film," jawab Disha.

"Gaya banget lu jadi orang," cibir ku  masuk ke kamar mandi untuk gosok gigi dan cuci muka, setelahnya baru aku memakai step skincare sebelum tidur.

* * *

Paginya kami memutuskan untuk pergi ke kebun teh dekat villa lalu pergi ke salah satu curug yang ada disana. Udaranya benar-benar terasa segar dan dingin.

"Fotoin gue dong, Ra."

Disha meminta ku menfotonya di tengah perkebunan teh dan kabut yang semakin membuat udaranya sejuk. Aku pun langsung mengambil hpnya lalu memfoto gadis cerewet itu, yang tak bisa ku hitung sudah berapa kali. Aku sampai heran kenapa Disha tidak mati gaya.

Aku saja hanya mintanya untuk memfotoku cuma beberapa kali, mungkin cuma 4 atau 5 foto ku yang ia tangkap. Sekarang Disha sedang asik melihat fotonya, sedangkan aku menatap pemandangan kebun teh di temani kabut yang ada di depan mata. Sungguh sejuk walaupun matahari mulai terlihat.

Tiba-tiba suara Disha berteriak membuat aku kaget. "YAALLAH AKHIRNYA ADA SINYAL," teriaknya heboh penuh syukur karna kesenangan mendapat sinyal setelah semalaman dia mencari dan baru pagi ini dia dapat.

Aku langsung mengomelinya karna terlalu heboh dan menganggetkan saja. "Astaghfirullah Disha!! Gue kira lu jatuh atau kenapa, ternyata cuma dapat sinyal sampai teriak-teriak kaya orang utang," ujar ku kesal di balas tawa cengengesan dari gadis itu.

Disha kembali mengutak-atik ponselnya dan ku lihat mata gadis itu membulat kaget seperti dapat pesan yang mengejutkan tapi tak aku hiraukan dan kembali menikmati udara sejuk ini. Padahal sudah jam 9 tapi entah kenapa udara masih sejuk.

Untuk yang kedua kalinya Disha kembali membuatku kesal karna dia kembali berteriak dengan menyebut nama ku. "KARA!!"

"Yaampun Disha, suara lo kaya toa mesjid. Kenapa lagi sih teriak-teriak?" tanya ku jengah mencoba untuk tidak kembali marah.

"LU MAU NIKAH BESOK??"

Aku seperti terkena serangan jantung mendengar teriakan Disha, terbongkar sudah rahasia pernikahanku yang akan berlangsung besok pagi.

1
Keyla Fatimah Az-zahra
sangat bagus saya suka
Lutfi_NL
good👍👍
Lutfi_NL
good
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!