NovelToon NovelToon
Lezatnya Dunia Ini

Lezatnya Dunia Ini

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Spiritual / Keluarga / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Diceritakan seorang pemulung bernama Jengkok bersama istrinya bernama Slumbat, dan anak mereka yang masih kecil bernama Gobed. Keluarga itu sudah bertahun-tahun hidup miskin dan menderita, mereka ingin hidup bahagia dengan memiliki uang banyak dan menjadi orang kaya serta seolah-olah dunia ini ingin mereka miliki, dengan apapun caranya yang penting bisa mereka wujudkan.
Yuk simak ceritanya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mimpi Tai Dan Rejeki Nomplok

Malam berlalu dengan tenang di rumah Gobed. Jengkok, Slumbat, dan Gobed tidur dengan nyenyak setelah hari yang penuh kejutan dan kebahagiaan. Namun, di tengah malam, Gobed mengalami mimpi yang sangat aneh.

Dalam mimpinya, Gobed berada di sebuah tempat yang tampak sangat kotor dan berbau tidak sedap. Di sekelilingnya, terlihat banyak sekali kotoran manusia. Gobed yang tengah mengenakan pakaian lengkap seperti seorang pekerja, mulai mengeruk-ngeruk kotoran tersebut dengan semangat. Ia tidak merasa jijik, malah tampaknya sangat serius dalam pekerjaannya, seolah-olah sedang mencari sesuatu yang berharga di antara tumpukan kotoran.

Pagi hari datang dan Gobed terbangun dengan rasa bingung. Dia bergegas bangkit dari tempat tidur dan duduk di tepi ranjang. “Aduh, mimpi apa semalam, ya?” gumamnya sambil menggosok-gosok matanya. Dia merasa mimpi itu begitu nyata dan membuatnya merasa kotor.

Gobed akhirnya turun dari tempat tidur dan bergabung dengan orang tuanya yang sudah duduk di meja makan. Mereka sedang mempersiapkan sarapan sederhana, namun suasana pagi itu terasa ceria. Gobed tampak agak gelisah, tapi juga tidak sabar untuk menceritakan mimpinya.

“Pak, Bu, aku mau cerita mimpi semalam,” kata Gobed dengan nada penasaran. “Aku mimpi mengeruk-ngeruk kotoran manusia yang sangat banyak. Rasanya aneh sekali.”

Jengkok dan Slumbat saling bertukar pandang dengan wajah penuh kebingungan. “Mengeruk kotoran? Itu mimpi yang sangat tidak biasa. Apa yang terjadi setelah itu?” tanya Jengkok.

Gobed melanjutkan cerita dengan ekspresi serius. “Ya, aku mengeruknya dengan sangat giat. Aku bahkan merasa seperti sedang mencari sesuatu yang sangat penting di antara kotoran itu.”

Slumbat tertawa kecil. “Wah, itu mimpi yang sangat konyol. Aku tidak tahu harus berkata apa.”

Namun, Jengkok, yang memiliki pengetahuan tentang berbagai mitos dan kepercayaan, tiba-tiba teringat sesuatu. “Gobed, tahukah kamu bahwa dalam beberapa budaya, mimpi seperti itu bisa dianggap sebagai pertanda bahwa kita akan mendapatkan rejeki nomplok?”

Gobed menatap ayahnya dengan mata berbinar. “Benarkah, Pak? Maksudnya rejeki nomplok itu apa?”

Jengkok menjelaskan dengan penuh semangat. “Iya, rejeki nomplok itu berarti kita akan mendapatkan sesuatu yang tidak terduga dan sangat berharga. Biasanya datang dari tempat yang tidak terduga. Jadi, mimpi kamu mungkin menunjukkan bahwa ada sesuatu yang baik akan datang kepada kita.”

Slumbat ikut bergabung dalam pembicaraan, masih tertawa. “Wah, jadi mungkin saja kita akan mendapatkan kejutan besar. Semoga saja mimpi Gobed itu benar!”

Gobed mulai merasa lebih bersemangat. “Wah, jadi mungkin saja akan ada sesuatu yang bagus datang ke kita. Aku tidak sabar menunggu.”

Setelah sarapan, mereka melanjutkan aktivitas sehari-hari dengan penuh semangat dan harapan. Jengkok dan Slumbat pergi untuk mencari barang bekas, sementara Gobed pergi ke sekolah dengan penuh rasa ingin tahu.

Hari berlalu, dan mereka terus melanjutkan rutinitas sehari-hari. Namun, meski hari-hari mereka tampak biasa, mereka merasa bahwa harapan yang dibawa oleh mimpi Gobed memberikan dorongan semangat baru. Setiap kali mereka merasa lelah atau frustrasi, mereka mengingat mimpi itu dan senyum penuh harapan muncul di wajah mereka.

Suatu hari, saat Jengkok sedang mendorong gerobak barang bekas yang penuh, ia menemukan sebuah tas tua di antara tumpukan barang yang dikumpulkan. Dengan penuh rasa ingin tahu, ia membuka tas tersebut dan terkejut melihat isinya. Di dalam tas itu terdapat beberapa barang antik yang bernilai tinggi, termasuk beberapa perhiasan dan uang tunai yang jumlahnya cukup besar.

Jengkok tidak bisa menahan kegembiraan dan langsung berlari pulang ke rumah untuk memberitahu Slumbat dan Gobed. Saat dia tiba di rumah, Slumbat dan Gobed sedang menunggu dengan penuh rasa penasaran.

“Bu, Gobed, lihat ini!” teriak Jengkok dengan wajah penuh kebahagiaan sambil mengeluarkan barang-barang dari tas.

Slumbat dan Gobed terkejut melihat isi tas tersebut. “Ini luar biasa! Apa ini?” tanya Slumbat dengan penuh kekaguman.

Jengkok tersenyum lebar. “Ini hasil dari mencari barang bekas. Kita mendapatkan rejeki nomplok seperti yang diharapkan dari mimpi Gobed!”

Gobed tersenyum lebar, mengingat kembali mimpinya yang aneh. “Jadi, ternyata mimpi itu benar-benar menjadi kenyataan!”

Mereka merayakan kejadian itu dengan sukacita dan syukur. Mimpi Gobed yang aneh ternyata membawa berkah besar bagi keluarga mereka. Meski awalnya terasa konyol, mimpi tersebut memberikan semangat dan harapan baru, serta menjadi bagian dari kisah indah dalam perjalanan hidup mereka.

Sore itu, mereka duduk bersama sambil menikmati makanan lezat yang mereka beli dengan hasil penjualan barang antik. Mereka tertawa dan bercanda, mengingat kembali bagaimana mimpi Gobed yang kotor ternyata membawa rejeki yang sangat berarti bagi mereka.

Dalam kebersamaan dan tawa itu, mereka merasakan betapa kehidupan bisa penuh dengan kejutan tak terduga. Dan mereka tahu bahwa dengan semangat dan dukungan satu sama lain, mereka bisa mengatasi segala tantangan yang ada di depan.

Sore itu, suasana di rumah Gobed kembali menjadi luar biasa. Setelah kejadian mimpi yang berakhir dengan rejeki nomplok, keluarga Gobed sedang menikmati waktu berkualitas bersama. Namun, hari ini ada yang istimewa; Bu Ratna datang kembali, kali ini tidak sendiri, melainkan bersama dengan semua guru di sekolahnya serta kepala sekolah.

Ketika pintu rumah Gobed diketuk dengan penuh semangat, Jengkok membuka pintu dan terkejut melihat rombongan guru dan kepala sekolah berdiri di depan. “Selamat sore, Bu Ratna! Ada apa ini?” tanya Jengkok, masih dalam keadaan terkejut.

Bu Ratna tersenyum lebar. “Selamat sore, Jengkok. Kami datang untuk memberikan apresiasi khusus kepada Gobed. Kami semua sangat terkesan dengan kejeniusan dan usaha Gobed.”

Jengkok mengundang mereka masuk dengan penuh hormat. Slumbat, yang sedang mempersiapkan teh untuk menjamu tamu, segera menyiapkan kursi tambahan untuk rombongan yang datang. Gobed, yang baru pulang dari sekolah, melihat kerumunan orang dewasa di rumahnya dan merasa cemas sekaligus penasaran.

“Gobed, ini semua adalah guru-gurumu dan kepala sekolah,” kata Slumbat sambil menuntun Gobed ke ruang tamu. “Ada yang ingin mereka bicarakan denganmu.”

Bu Ratna memandang Gobed dengan penuh perhatian. “Gobed, kami ingin memberikan apresiasi atas pencapaianmu yang luar biasa. Kami tahu kamu sangat cerdas dan berbakat, dan kami ingin menguji kemampuanmu dengan beberapa soal matematika.”

Gobed, yang biasanya gugup dalam situasi seperti ini, kali ini merasa lebih percaya diri. “Tentu, Bu Ratna. Aku siap.”

Bu Ratna mengeluarkan beberapa kertas dan pensil dari tasnya. “Mari kita mulai. Aku akan memberikan beberapa soal matematika yang cukup rumit. Jika kamu bisa menjawab semuanya dengan benar, kami akan memberikan penghargaan khusus untukmu.”

Dengan semangat, Gobed memulai tes tersebut. Soal-soal yang diberikan meliputi perkalian, pembagian, penambahan, dan pengurangan yang sangat rumit, semuanya harus dilakukan tanpa kalkulator. Guru-guru dan kepala sekolah menonton dengan penuh perhatian, sementara Jengkok dan Slumbat duduk dengan penuh kecemasan namun juga bangga.

Gobed bekerja dengan cepat dan cermat, matanya fokus pada kertas tes. Setiap kali ia menjawab, dia mencatat jawabannya dengan teliti. Ketika dia selesai, Bu Ratna dan para guru memeriksa jawaban dengan seksama.

“Bagus sekali, Gobed!” seru Bu Ratna dengan penuh kegembiraan setelah memeriksa hasil tes. “Semua jawabanmu benar!”

Para guru dan kepala sekolah mulai bertepuk tangan dengan meriah. “Kamu luar biasa, Gobed!” teriak salah satu guru.

Gobed merasa sangat bahagia dan malu. Ia memandang orang tuanya yang juga bertepuk tangan dan tersenyum bangga. “Terima kasih, Bu Ratna. Terima kasih semua,” kata Gobed dengan mata berkaca-kaca.

Bu Ratna kemudian mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya dan memberikannya kepada Gobed. “Kami semua sangat bangga dengan prestasimu, Gobed. Kami ingin memberikan sedikit penghargaan untukmu dan keluargamu.”

Gobed menerima amplop tersebut dengan gemetar. Ketika membuka amplop, dia terkejut melihat uang tunai senilai satu juta rupiah di dalamnya. Air mata mulai mengalir di pipinya, dan dia menoleh ke arah orang tuanya yang juga mulai menangis terharu.

“Ini terlalu banyak,” kata Jengkok dengan suara bergetar. “Kami sangat berterima kasih. Ini akan sangat membantu kami.”

Slumbat memeluk Gobed dan menangis bahagia. “Kamu benar-benar membuat kami sangat bangga. Terima kasih, Bu Ratna, terima kasih semuanya.”

Suasana di ruang tamu dipenuhi dengan rasa syukur dan kebahagiaan. Bu Ratna dan para guru saling berpandangan dengan senyum puas, melihat betapa bahagianya keluarga Gobed.

Sebelum berpamitan, Bu Ratna berkata, “Kami berharap ini bisa membantu meringankan beban kalian dan memberikan kesempatan lebih baik bagi Gobed. Kami yakin dia akan terus berprestasi.”

Setelah semua orang berpamitan dan meninggalkan rumah, Jengkok dan Slumbat duduk bersama dengan Gobed di meja makan. Mereka membuka amplop dan melihat uang tersebut, terharu oleh kebaikan yang telah diterima.

“Gobed, ini adalah hari yang sangat istimewa bagi kita,” kata Jengkok. “Kita harus terus berjuang dan berdoa agar semua ini menjadi awal dari banyak hal baik.”

Slumbat mengangguk sambil mengusap air matanya. “Kita harus menggunakan uang ini dengan bijak. Ini adalah berkah yang sangat besar bagi keluarga kita.”

Gobed memandang orang tuanya dengan penuh rasa syukur. “Aku berjanji akan terus belajar dan berusaha keras. Terima kasih atas semua dukungan dan cinta kalian.”

Malam itu, keluarga Gobed merayakan kebahagiaan mereka dengan sederhana namun penuh makna. Mereka merasa sangat bersyukur atas dukungan yang mereka terima dan bertekad untuk menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin. Dengan harapan dan tekad baru, mereka menghadapi masa depan dengan semangat dan keyakinan yang lebih besar.

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
dapat inspirasi di mana nama unik begitu wkwk
DJ. Esa Sandi S.: oke gas brow
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯: follow sampeyan di follback gak nih?
total 3 replies
anggita
like👍+☝hadiah iklan. moga novel ini sukses.
DJ. Esa Sandi S.: makasih Anggita,, moga kamu juga sukses ya/Smile/
total 1 replies
anggita
Jengkok, Slumbat, Gobed...🤔
DJ. Esa Sandi S.: hehehe iya, tau gak artinya?
total 1 replies
Princes Family
semangat kak..
DJ. Esa Sandi S.: makasih ya dek , sukses kembali untukmu ya /Drool/
total 1 replies
Maito
Bahasanya mudah dipahami dan dialognya bikin aku merasa ikut dalam ceritanya.
DJ. Esa Sandi S.: terimakasih suportnya ya 🤗. semoga kamu sukses selalu ya
total 1 replies
Gemma
Terjebak dalam cerita.
DJ. Esa Sandi S.: hehehe . thanks
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!