NovelToon NovelToon
Binar Cakrawala

Binar Cakrawala

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Cintamanis / Teen School/College / Romansa / Slice of Life
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: And_waeyo

Binar jatuh cinta pada kakak kelasnya sudah sangat lama, namun ketika ia merasa cintanya mulai terbalas, ada saja tingkah lelaki itu yang membuatnya naik darah atau bahkan mempertanyakan kembali perasaan itu.

Walau mereka pada kenyataannya kembali dekat, entah kenapa ia merasa bahwa Cakra tetap menjaga jarak darinya, hingga ia bertanya dan terus bertanya ..., Apa benar Cakrawala juga merasakan perasaan yang sama dengannya?

"Jika pada awalnya kita hanya dua orang asing yang bukan siapa-siapa, apa salahnya kembali ke awal dimana semua cukup baik dengan itu saja?"

Haruskah Binar bertahan demi membayar penantian? Atau menyerah dan menerima keadaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 5. Telepon

Binar baru saja keluar dari kamar mandi ketika ada yang mengetuk pintu kamarnya. Gadis itu menghampiri pintu kamar masih dengan menggunakan kimono mandi berwarna merah muda dan rambut yang dicepol asal. Ia menekan sebuah benda yang berada di samping pintu, kemudian menekan beberapa tombol hingga terlihat siapa yang berada di luar pintu kamarnya. Itu adalah salah satu kepala asisten rumah tangga di rumahnya. Binar menempelkan sidik jarinya pada layar yang ada di sana, kemudian begitu saja, pintu kamarnya terbuka hingga menampakan Mbak Triana.

"Ini smoothie bowl dan jus alpukat yang Non minta," katanya.

Binar menatap makanan yang dibawakan mbak Triana dengan nampan perak.

"Oh, taruh aja di atas meja dekat sofa ya Mbak," kata Binar sambil mempersilakan mbak Triana masuk ke dalam royal bedroom miliknya.

Setelah beberapa saat, gadis itu kembali menutup pintu yang kemudian terkunci otomatis setelah mbak Triana keluar dari kamarnya. Ia berniat menyisir rambut ketika sebuah nada terdengar dari smartphone miliknya yang sedang diisikan daya, membuat ia mengurungkan niat dan malah berbalik menuju smartphone miliknya itu.

Layar smartphone menunjukan panggilan telpon dari nomor yang sudah ia punya sejak lama, namun tak pernah berani menghubunginya. Gadis itu membulatkan kedua mata, ia mengerjap, berusaha memastikan bahwa nama yang terpampang memang benar bertuliskan 'Kak Cakra❤', detik berikutnya Binar memekik tertahan, ada perasaan senang luar biasa, hangat sekaligus gugup yang menelusup dada.

Telepon pertama setelah pacaran. Ia ingin bersorak saking senangnya.

Binar berhenti mengisi daya smartphone, lalu duduk di salah satu kursi yang ada di dekatnya sambil berdehem sebelum mengangkat telepon.

"Iya, halo? Ada apa, Kak?" Binar membuat suaranya terdengar semanis mungkin.

"Wa'alaikumussalam."

Gadis itu meringis kecil, ia lupa mengucapkan salam. "Eh, oh iya assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam untuk kedua kalinya."

Kedua pipi Binar memanas, gadis itu jadi merasa malu. Untung saja kali ini ia tak bertatap muka dengan Cakrawala, mau disimpan dimana wajahnya nanti?

"Lagi ngapain lo?"

"Aku lagi duduk, kenapa?" Binar berucap sambil sedikit mesem-mesem, malu-malu kucing garong seperti remaja puber. Ia meremas dengan gemas kimononya dengan sebelah tangan.

"Oh. Gue mau nanya, lo besok mau nebeng motor gue lagi nggak?"

"Kenapa emangnya?" kening Binar mengernyit.

"Cuma mau bilang. Kalau mau nebeng ke gue jangan lupa bawa helm sendiri, soalnya di sini nggak ada helm nganggur buat cewek, sekaligus jaga-jaga terus takut ada razia, berabe kalau gue kena razia entar. Jarak ke sekolah juga cukup jauh. Belum lagi naik motor banyak risikonya. Menurut artikel yang gue baca, berdasarkan data WHO, kecelakaan akibat mengabaikan aturan lalu lintas udah menelan korban jiwa sampai jutaan manusia setiap tahunnya." Kemudian terdengar helaan napas pelan dari seberang sana.

Kening Binar dibuat mengernyit. Dari tadi Cakra berbicara panjang lebar, ia bingung harus menanggapi bagian apa dulu.

"Gue lanjut ya, jumlah angka kematian yang diakibatkan kecelakaan menduduki peringkat yang cukup tinggi, intinya kecelakaan jadi salah satu penyebab paling besar kematian manusia di dunia. Bukan berarti gue suka mengabaikan aturan lalu lintas, tapi pengendara lain kan nggak tahu, dan siapa yang tahu kita bisa kena imbas kecerobohan orang lain. Kecelakaan lalu lintas juga pernah jadi penyebab kematian terbesar kedua dan ketiga di Indonesia. Lo paham kan maksud gue?" lanjut Cakra, ia menjelaskan panjang kali lebar kali alas kali tinggi.

Binar diam sesaat, ia mengerjap dan dibuat agak syok karena itu, lalu mengangguk, tak sadar kalau Cakra tak bisa melihat itu.

"Jawab oi! Lo nggak tidur kan?"

"Hah? Oh iya, enggak kok nggak tidur, iya aku paham."

"Good, jadi mau nebeng nggak?"

"Iya, mau."

"Gue kira nggak mau." gumaman Cakra masih terdengar oleh Binar.

Diam beberapa saat, sampai Binar mendengar sebuah teriakan yang terdengar seperti suara perempuan dari seberang sana.

"Kak Cakra aku udah selesai nih, periksa dong benar apa nggak!"

"Iya biasa aja, nggak usah teriak! Dekat gini!" Cakra balas berteriak.

"Udah gitu doang ya, dah Binar!"

Sambungan telpon ditutup sepihak sebelum Binar membalas ucapan Cakra. Gadis itu menatap layar smartphone-nya yang sudah tak menunjukan lagi bahwa ia terhubung dengan lelaki itu.

Tidak apa-apa, mood-nya sangat baik meski Cakra buru-buru menutup telepon, padahal ia ingin lebih lama mendengar suara lelaki itu. Tapi Binar jadi berpikir ..., apa ia harus membayar ongkos untuk bensin? Jika Bima menjemput Pelangi atau Pelangi meminta nebeng pada Bima, atau juga jika Putra mengantarkan pacarnya, mereka juga dibayar tidak ya? Iya tak tahu karena belum pernah pacaran.

Binar memutuskan akan menanyakan hal ini pada Pelangi lewat telepon setelah nanti ia memakai baju. Walaupun jawabannya iya, Binar tak masalah harus membayar. Ia tak mengerti kenapa sebelumnya malah merasa kesal saat Cakra bercanda soal ongkos. Ia menutup wajahnya merasa malu sendiri. Lagian membawa penumpang memang besar risiko dan tanggung jawabnya, meski pacarnya sendiri.

Setelah berhasil menguasai diri dan tak malu lagi akan tingkahnya, Binar meletakan smartphone di atas meja, ia mulai bersenandung riang menyanyikan salah satu lagu kpop kesukaannya. Gadis itu berdiri dan melangkah menuju ruang khusus penyimpanan baju yang ada di kamarnya.

***

Binar sudah menelpon Pelangi tadi, namun bukannya menanyakan hal yang ingin ia tanyakan, malah ia meminta--atau lebih tepatnya--menyuruh Pelangi agar segera datang ke rumahnya. Binar bahkan menyarankan supaya salah satu supir di rumahnya untuk menjemput gadis itu saja agar cepat.

Tentu saja Pelangi sempat menolak keras keinginan Binar, baik diminta datang mendadak atau menjemputnya. Tapi Binar lebih keras kepala dan mengancam akan ngambek satu bulan.

Pelangi kadang-kadang dibuat heran dengan kelakuan Binar yang pemikirannya di luar batas wajar, ia bisa dibuat naik darah jika memikirkannya. Benar-benar gadis manja kekanakan yang tak ingin dibantah. Ia kadang merasa sedang mengasuh adik sendiri.

Kemudian ..., jujur saja, Pelangi merasa kalau hunian yang ditempati keluarga Binar tidak pantas disebut rumah. Ini tuh mansion! Semewah-mewahnya rumah milik keluarga Prakasa, yang maling pasti juga mikir dua kali takut tersesat di dalam rumah dan nggak bisa menemukan jalan keluar, yang ada keburu ketahuan dan ditangkap juga karena banyak penjaga.

Saat ini, Pelangi berada di depan pintu depan kediaman Prakasa yang pintunya baru dibukakan dua orang pelayan saking besar dan beratnya, Binar nyengir melihat wajah sahabatnya yang tertekuk sebal.

"Hari ini lo harus nginap di rumah gue!" bagaikan titah yang mulia yang tidak boleh dibantah, Binar menarik tangan Pelangi hingga gadis itu memasuki rumah dan mengikutinya pasrah.

"Pekerjaan rumah gue belum selesai gara-gara suruhan lo tuh yang maksa-maksa gue supaya cepat masuk mobil tadi, besok masih sekolah dan gue nggak sempat bawa seragam buat besok ke sekolah," omel Pelangi.

"Pakai seragam gue aja! Tenang, soal pr gampang. Ada yang lebih penting dari itu!"

"Bentar ya Binar, pertama, gue nggak mau pakai seragam punya lo. Kedua, gue nggak mau lakuin apa pun sebelum pekerjaan rumah buat besok selesai, oke?"

Binar berdecak singkat. Ia berhenti melangkah membuat Pelangi juga berhenti melangkah.

"Gitu aja dibuat ribet. Kita ke kamar gue aja dulu, nanti gue minta salah satu supir di rumah gue bawain barang-barang lo."

Pelangi mencibir saja walau diam-diam ingin menjedotkan kepala sahabatnya bermaksud agar pikirannya lurus sedikit saja. Untungnya masih sekadar ingin dan tidak tahu akan direalisasikan atau tidak. Walau berikutnya ia tetap mengikuti langkah Binar ketika putri tunggal sang empunya rumah itu kembali melangkahkan kaki sambil tetap menarik lengannya dengan tak sabaran.

1
anggita
biar ga cemburu terus, kasih like👍+iklan☝.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!