NovelToon NovelToon
Hanya Permainan

Hanya Permainan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Pemain Terhebat / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:458
Nilai: 5
Nama Author: Bada'ah Hana

Apa yang akan kalian pilih? antara persahabatan dan nyawa? dimana saat kalian tidak ingin kehilangan teman-teman, tapi kamu juga tidak ingin kehilangan nyawamu. apa yang akan kalian pilih?

permainan ini mengatakan bahwa jika kami menang, mereka akan membebaskan kita. namun aku sendiri juga tidak yakin jika mereka akan melepaskan kami dengan mudah begitu saja. kami harus kehilangan teman-teman, kehilangan harapan, putus asa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bada'ah Hana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA TIM

"SELAMAT BERISTIRAHAT."

"Aku pikir ini berakhir." Ucap Kiki sambil menghela nafas.

"Siapa sangka." Kata Alex yang mulai mengalami pusing.

...

"Apa bakal ada yang mati lagi?" Tanya Ela kepada teman sekamarnya, Gita.

Kamar tim Biru dibagi menjadi dua. Kamar untuk siswa dan kamar untuk para siswi. Kamar mereka bersebelahan sehingga Ela dan Gita bisa mendengarkan ocehan para anak laki-laki. Gita yang sedang membaca aturan permainan untuk besok, menoleh ke arah Ela.

Terlihat gadis di depannya ini seperti menyesali kematian teman-temannya. Namun, Gita juga mengalami hal yang sama. Teman-temannya meninggal dunia karena permainan bodoh ini. Gita tidak tahu apakah dia masih bisa lolos dari permainan ini? Yang dia lakukan hanyalah bertahan hidup. Sama seperti teman-teman yang tersisa.

"Kamu masih ingin bertahan hidup, kan?" Tanya Gita sembari memandangi gadis dengan rambut di gerai yang masih menundukkan pandangannya.

"Aku juga mau yang lain bisa hidup. Kamu tau, aku melihat sahabatku mati didepanku. Aku awalnya mengira dia adalah Hider. Tapi, ternyata dia adalah Seeker." Jawab Ela.

"Ela, sebagai manusia... kita perlu bermuka dua. Agar kita tau, siapa yang benar-benar tulus dengan kita. Jangan bersikap naif hanya karena kalian teman. Jangan bersikap naif karena mereka baik padamu." Kata Gita.

Gadis itu kembali membaca peraturan permainan Bentengan. Permainan ini sama seperti saat dia bermain dengan teman-temannya saat masih kecil. Dimana akan ada yang mengejar dan menangkap serta menjaga benteng. Saat musuh menyentuh benteng, maka permainan akan berakhir.

Bedanya, permainan kali ini tergantung pada nyawa. Karena, tim Biru lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan, mereka pasti bisa memenangkan pertandingan. Tapi, bagaimana jika mereka kalah karena fisik tim Biru tidak sekuat dengan lawan? Willy dan David memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan laki-laki di tim Biru.

Sementara Vinka, dia adalah gadis yang memiliki kecerdasan luar biasa. Akan sangat sulit bagi tim Biru untuk mengalahkan mereka. Tim Merah secara fisik lebih kuat. Sementara Tim Biru hanya lebih banyak anak laki-laki.

"Artinya aku akan berpisah dengan temanku lagi." Ucap Ela yang mengingat Zahra berada di tim Merah.

"Zahra? Kudengar dia jago bela diri." Kata Gita.

"Iya. Kamu tau darimana?"

"Temen sekelasku. Dia berlatih bela diri di tempat yang sama dengan Zahra. Dia sangat dekat denganku. Tapi, dia meninggal dunia." Ucap Gita dengan wajah lesu.

Kedua wajah gadis itu menampakkan kesedihan yang mendalam. Teman Gita yang dimaksud adalah Nirmala. Gadis itu meninggal dunia tepat di depan Gita. Dan Nirmala adalah Seeker. Meskipun cukup sulit kabur dari Nirmala, karena gadis itu secara fisik jauh lebih kuat. Dalam sekejap Gita bisa tersusul olehnya. Namun, jika tidak ada Willy dan Vinka, Gita bisa saja mati saat itu juga.

Sama halnya dengan Ela. Tanpa Zayyan dan Zahra, Ela bisa saja mati saat itu juga. Ela benar-benar bersyukur dia masih bisa bertahan hidup dalam permainan ini. Disisi lain, Ela juga merasa bersalah atas kematian sahabat tersayangnya.

"Ela, kita harus bekerja sama." Ucap Gita sembari tersenyum ke arah Ela.

Gadis dengan rambut di gerai itu tersenyum dan mengangguk. Tanpa Ela sadari, dirinya sama seperti teman-temannya yang lain. Yaitu bertahan hidup dengan harus mengorbankan orang lain.

...

Sementara di kamar laki-laki tim Biru, Alex dan Kiki terus berdebat mengenai tempat tidur. Zayyan dan Kenji hanya bisa menghela nafas sembari memisahkan mereka. Namun, tetap saja mereka berdua terus bertengkar.

"Aku mau disini!" Kata Kiki yang suka berada di pojokan. Sementara satu kasur yang kosong dekat dengan toilet.

"Aku juga mau disini tau!" Kata Alex yang tidak mau mengalah.

"Ngapain sih berantem cuman masalah kasur? Daripada berantem, mending kita bahas soal permainan besok. Kita harus bekerja sama." Kata Kenji.

"Bener tuh. Kalau berantem terus, kita gak bakalan bisa menang dan kita bisa mati." Ucap Zayyan sembari menarik  Kiki agar duduk di kasur miliknya.

Kiki dan Alex mengangguk. Mereka berdiskusi mengenai permainan Bentengan. Permainan ini cukup mudah, akan tetapi membutuhkan fisik yang kuat untuk berlari.

"Ela gak bisa lari. Larinya kecil banget. Gimana kalau dia disuruh jaga benteng aja?" Tanya Zayyan yang mengingat kecepatan lari Ela sangatlah kecil.

"Boleh sih. Buat anak cewek kita suruh mereka jaga benteng. Dan kita yang lari sekaligus tangkap mereka. Kita ada berenam, kita bagi tiga bagian. Dua orang jaga benteng, dua orang ngejar lawan, dan dia orang lagi lari ke benteng lawan." Ucap Kenji yang mendapatkan persetujuan dari ke empat temannya.

"Pinter juga." Kata Alex yang seketika mendapatkan pukulan di kepalanya dari Kiki.

"Yang sopan sama ketua!" Ucap Kiki yang disambut tawa dari Kenji dan Zayyan. Sementara Alex merasa kesakitan di bagian belakang kepalanya.

"Sakit tau." Ucap Alex yang menahan rasa sakitnya.

Sementara, Zayyan mengirim pesan kepada Ela melalui ponselnya mengenai pembagian tugas bermain. Setelah mendapatkan respon positif dari Ela, Zayyan bisa tersenyum lega. Zayyan berharap mereka bisa selamat dari permainan ini. Meskipun harus mengorbankan teman-temannya yang lain.

...

Jam menunjukkan pukul 10 malam. Zayyan berdiri di tempat tidurnya. Dia tidak bisa tidur karena memikirkan permainan yang akan diadakan besok pagi. Terlihat Kiki, Kenji dan Alex sudah tertidur sangat pulas. Zayyan penasaran apa yang membuat mereka tampak sangat lelah.

"Belum tidur?" Tanya Alex yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya.

Anak laki-laki dengan kaos hijau mint itu membuka matanya perlahan. Mengedipkan mata sebelum akhirnya dia duduk. Alex terlihat sangat kelelahan. Zayyan mengangguk.

"Mikirin Ela?" Tanya Alex.

Mendengar itu, seketika wajah Zayyan berubah menjadi Semerah tomat. Zayyan berusaha memalingkan wajahnya ke arah lain. Sayangnya, Alex keburu terkekeh kecil saat melihat reaksi lucu dari Zayyan.

"Sudah aku duga kamu punya perasaan sama Ela." Kata Alex yang masih tertawa kecil.

Zayyan tidak menjawab. Dia sibuk menyembunyikan wajah merahnya yang sudah seperti tomat matang. Yang dikatakan Alex adalah benar. Seberapa besar Zayyan menyembunyikan perasaannya ini, anak lain pasti akan menyadarinya.

Alex terus memandangi Zayyan yang berusaha menyembunyikan wajah merahnya. Reaksi Zayyan benar-benar membuat Alex ingin tertawa. Namun, dia menahan tawanya karena Kiki dan Kenji sedang tidur.

"Gak, aku gak suka Ela." Kata Zayyan.

"Masa? Kamu kayak melindungi Ela banget, Yan. Padahal ada dua cewek di kelas kamu yang tersisa." Kata Alex.

"Zahra beda tim. Ya kali aku lindungi tim lawan." Jawab Zayyan yang akhirnya bisa kembali normal.

"Iya juga ya. Lagian kamu cuman baik ke Ela buka berarti kamu suka sama dia."

"Itu kamu tau." Kata Zayyan.

"Well, kenapa mukamu merah pas aku ngomongin Ela?" Tanya Alex.

"Apaan sih? Mukaku biasa aja kok." Zayyan berusaha menyembunyikan perasaannya.

Alex tipikal orang yang mudah menebak seseorang. Apalagi seseorang seperti Zayyan yang mudah ketebak. Akan tetapi, tentu saja Alex akan berpikir dua kali mengenai Zayyan benar-benar memiliki perasaan kepada Ela atau hanya baik kepada gadis itu. Karena, Ela bukan orang yang peka terhadap sekitar.

Sayangnya, dalam permainan Hide and Seek, Alex gagal menebak siapa yang menjadi Seekernya. Karena tebakan Alex, tiga orang Hider meninggal dunia karena voting. Sehingga di permainan Hide and Seek yang terakhir, Alex memberanikan diri untuk menangkap para boneka Seeker.

Meskipun Alex gagal menyelamatkan teman-teman Hidernya yang lain, setidaknya masih tersisa tiga orang yang bertahan hidup. Ada banyak penyesalan yang Alex dapatkan. Padahal, dia berperan sebagai polisi. Namun, tugasnya sebagai polisi justru gagal.

Pembuat permainan seakan menipu pandangan Alex saat mengecek ponselnya. Dimana yang seharusnya dia tau siapa Seekernya, mereka terus memindahkan status Seeker dan Hider tanpa dia sadari. Seperti contoh, malam pertama, Alex tau bahwa Seekernya adalah si A. Namun, ternyata si A adalah Hider.

Saat malam kedua, hal yang sama terjadi. Oleh sebab itu, banyak teman-temannya yang menyalahkan Alex bahkan hampir memvoting dirinya sebagai Seeker. Beruntungnya, ada beberapa temannya yang percaya kepada Alex. Meskipun di permainan kali ini, dia terpisah dengan David dan Cika yang artinya bisa saja kedua temannya yang selamat atau malah mereka meninggal dunia.

"Alex, pasti sulit berhadapan dengan lawan yang merupakan temanmu sendiri. Apalagi kamu sendirian di tim Biru." Ucap Zayyan.

"Zahra juga merasakan yang sama. Dia sendirian di tim lawan. Sementara dia akan berhadapan dengan kalian yang merupakan temannya." Jawab Alex sambil berbaring kembali di tempat tidurnya.

Zayyan memandangi Alex yang kembali tidur. Zayyan bisa mengerti bagaimana perasaan Alex saat ini. Apalagi jika sudah mengenai pertemanan, permainan kali ini seolah membuat mereka harus berkorban atau mengorbankan.

Memilih antara diri sendiri atau orang lain. Memilih antara menyelamatkan diri sendiri atau orang lain. Memilih untuk terus bertahan hidup atau mati. Permainan yang mudah namun melibatkan nyawa.

"Kira-kira.... apa kita bisa menang?" Tanya Alex tiba-tiba.

"Who knows." Jawab Zayyan.

"Yan, kamu bisa aku percaya, kan?" Tanya Alex lagi.

"Jika kamu percaya sama aku, itu akan menjadi rasa hormat untukku."

Alex tertawa kecil mendengar jawaban Zayyan yang diluar perkiraannya.

"Bagus deh. Soalnya... Cika dan David gak percaya sama aku lagi. Yan, sebagai teman... aku harap kita bisa bekerja sama dengan baik."

"Tentu." Jawab Zayyan sambil tersenyum.

"Aku penasaran siapa yang buat permainan ini dan apa tujuannya? Kamu tau, beberapa siswa yang mati karena voting, organ mereka bilang. Bahkan ada yang kepalanya hilang. Apa organ mereka diambil?" Tanya Alex.

"Perkiraanku, iya. Tapi, aku juga gak tau kenapa dan apa tujuannya."

"Kita harus cari tau, Yan." Kata Alex.

"Ya. Setelah ini berakhir, ayo kita cari siapa yang berada di balik permainan bodoh ini." Ucap Zayyan dengan penuh semangat.

Alex tertawa lagi. Hingga akhirnya dia bisa tertidur pulas. Begitu juga dengan Zayyan. Rasa lelah mulai menghampirinya. Zayyan membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Memejamkan kedua matanya perlahan sembari menguap.

...

Keesokan paginya, Tim Biru dan Merah sudah siap dalam barisan mereka masing-masing. Tim Biru mengenakan kaos biru dan celana panjang berwarna hitam. Begitu juga dengan Tim Merah dengan kaos merah dan celana panjang berwarna abu-abu. Mereka masing-masing diberi sebuah kain yang melingkari kepala.

"PERHATIAN! PERHATIAN! PERHATIAN!"

"PERMAINAN BENTENGAN. DIMANA PEMAIN AKAN MENJAGA BENTENG MEREKA DARI MUSUH, MENANGKAP MUSUH SERTA MENYERANG MUSUH. TUGAS KALIAN ADALAH MENGAMBIL BENDERA DARI TIM LAWAN SEBAGAI BENTUK KEMENANGAN KALIAN.

TIM YANG KALAH AKAN DIELIMINASI. SEMENTARA TIM YANG MENANG, AKAN MELANJUTKAN PERMAINAN SELANJUTNYA. KAIN YANG KALIAN PAKAI DIKEPALA, AKAN MELEDAK SAAT SALAH SATU TIM KALAH. WAKTU KALIAN ADALAH 50 MENIT. TIM MERAH BERADA DI SEBELAH UTARA. TIM BIRU BERADA DI SEBELAH SELATAN"

"PERMAINAN DIMULAI. SELAMAT BERMAIN."

"Apanya yang selamat bermain? Dikira kita menikmati permainan ini?" Ledek Kiki.

"Pemanasan dulu." Kata Kenji yang mendapatkan anggukan dari teman-temannya.

Setelah pemanasan, mereka menuju ke selatan lapangan. Dimana disana ada tiang besi yang berdiri dengan bendera warna Biru. Tinggi tiang besi tersebut sekitar 2 meter. Ela dan Gita berjaga di tiang besi yang menjadi simbol benteng mereka. Sementara empat anak laki-laki bersiap untuk permainan ini.

"PERMAINAN DIMULAI!"

Kenji perlahan maju diikuti oleh David dari tim lawan. Begitu David maju, Kiki mulai berlari untuk mengejar David. Anak laki-laki tersebut berlari ke arah Bentengnya, begitu Willy mengejar, Kiki berlari kembali ke arah benteng.

"Waktu kita cuman 50 menit." Kata Zahra yang mulai khawatir dengan permainan ini.

"Kita akan menang di menit ke 30." Jawab Vinka dengan sombongnya.

Vinka yakin dengan adanya Willy dan David yang memiliki tubuh dua kali lebih besar dari laki-laki di tim Biru, mereka akan menang dengan mudahnya. Willy dan David mulai berlari mengejar Kiki.

"Aduh kok berdua sih?" Kata Kiki yang mulai panik.

20 menit berlalu, Dewi dan Cika tertangkap oleh Kenji. 5 menit kemudian, giliran Vinka yang tertangkap. Sisa Zahra yang masih menjaga benteng. Sementara Vinka ditarik oleh Kenji menuju sebuah jeruji besi disebelah benteng tim Biru.

Willy dan David bergantian mengejar tim Biru. Mereka bergantian menangkap tim Biru serta berusaha untuk menyerang benteng mereka. Namun, penjagaan tim Biru sangat ketat. Ditambah dengan adanya Tim Biru yang lincah, membuat David dan Willy kesulitan menangkap mereka.

Barulah beberapa saat kemudian, Kiki akhirnya tertangkap oleh David. Waktu terus berjalan dan permainan semakin menegangkan. Tim Biru berusaha menerobos benteng lawan, namun justru mereka yang ditangkap. Kini, tersisa Ela, Gita dan Alex. Sementara di Tim Merah tersisa Zahra, David dan Willy.

"Wow, Alex. Kamu bakal jadi pelindung buat dua gadis ini?" Ledek David.

"Menjaga dua bidadari itu sebuah kehormatan bagiku." Kata Alex yang kembali meledek.

"Begitu? Memalukan sih. Lagian, kamu setelah ini bakalan kalah dan mati. Gara-gara kamu, Rani mati karena tebakan bodohmu itu. Tebakanmu selalu salah." Ucap David dengan wajah yang mulai memerah.

"Ya itu salahku. Tapi, setidaknya kamu harus tau bahwa dia bukan cewek baik, Vid. Kamu cuman dibohongi doang. Cuman pelarian doang!" Kata Alex yang menghindar dari serangan David.

Sementara Willy yang berada tiga meter dari benteng Tim Biru, malah asyik bermain suit dengan Ela.

"Kalau kamu kalah, kamu mundur lima langkah. Kalau kamu menang, kamu maju satu langkah." Kata Ela.

"Mana adil begitu?" Tanya Willy yang mulai kesal dengan gadis didepannya ini.

"Aturan." Ucap Ela yang mendapat anggukan dari Ela.

"Batu, Kertas, Gunting." Kata Ela.

Tangan Willy membentuk batu, sementara tangan Ela membentuk sebuah kertas. Gadis itu tersenyum kearah laki-laki yang ada didepannya.

"Mundur lagi lima langkah." Ucap Ela yang dituruti oleh Willy.

Sementara di sisi Utara, Zahra malah sibuk membicarakan sesuatu dengan Gita yang duduk di depannya dengan jarak 3 meter. Dari membahas mengenai sebuah novel, bisnis hingga cerita cinta.

"Iya kan? Masa aku di kasih harapan doang sama dia? Kesel deh." Kata Gita yang disusul tawa oleh Zahra.

"Aku dulu juga gitu tau. Dia deketin aku eh tau-taunya..."

"Apa?" Tanya Gita.

"Dia udah punya pacar. Nyesek banget!"

"WAKTU TERSISA 10 MENIT."

Suara dari mikrofon mulai terdengar kembali. Dengan cepat Ela mendorong Willy yang terus berusaha untuk menyerang benteng Ela. Sementara David dan Alex saling kejar-kejaran di lapangan. Beberapa siswa dan siswi yang tertangkap, jantung mereka berdebar-debar menantikan siapa yang akan menang.

Di Utara, Willy hampir meraih bendera Tim Biru. Sayangnya, Ela berhasil menendang selakangan Willy hingga laki-laki itu jatuh tersungkur ke tanah.

"Kamu kena! Sana masuk bareng temen-temen kamu!" Perintah Ela sambil tersenyum manis ke arah laki-laki yang terus memegangi selakangannya itu.

"Sialan."

"Ih kok kasar sama cewek? Ih gak gentle man banget." Ledek Ela.

Perlahan Willy masuk ke arah jeruji bersama teman-temannya. Alex dan David masih seperti adegan Tom and Jerry yang saling mengejar. Alex terus berlari ke arah benteng lawan. Hingga David menemukan ide lain. Dia tidak mengejar Alex lagi, namun malah berlari ke arah benteng Tim Biru.

"Aku akan menang setelah ini!" Kata David.

Laki-laki tersebut mendorong Ela yang berusaha menahan David hingga terjatuh. Baru saja David akan mengambil bendera berwarna biru tersebut, suara dari mikrofon kembali terdengar.

"TIM BIRU PEMENANGNYA."

"APA!?"

David menoleh ke arah Zahra dimana dia sudah tidak bisa berdiri lagi karena terjatuh cukup jauh dari benteng mereka. Alex tersenyum puas kepada David sambil mengibarkan bendera Tim Merah menandakan kemenangan mereka.

"Sialan!"

Baru saja David menyelesaikan kalimatnya. Kepala David meledak hingga benar-benar hancur. Begitu juga dengan anggota dari Tim Merah lainnya. Kepala mereka benar-benar hancur hingga menyisakan tubuh tanpa kepala. Ela menghela nafas. Rasa bersalah kembali pada dirinya. Lagi-lagi, Ela harus melihat orang lain mati di hadapannya.

"KEMENANGAN DIMILIKI OLEH TIM BIRU."

1
miilieaa
hay kak, sejauh ini ceritanya bagus 🥰
Bada'ah Hana: terima kasih 😘💕
total 1 replies
Bada'ah Hana
thank you 🩷
Yoo Si-jin 🦋
Yang semangat kak
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
pernah ngalamin sama Aprilia/Frown/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Menurut saya menarik, apalagi saya suka novel, chat story, dan komik ber genre horor./Drool/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Lanjutin ceritanya, aku suka banget kisah horor yang buat merinding gitu./Grin/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Ingat masa kecil main sama adik, petak umpet sama-sama./Smile/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Yang semangat buatnya/Smile/
Bada'ah Hana: semangat 💗
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁: Sama-sama, aku pun juga lagi buat episode baru buat kontrak lagi.
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!