Dario Maverick dan Alice sudah menikah selama lima tahun lamanya. Namun, keduanya tak kunjung memiliki keturunan. Sampai dimana ibu mertua Alice meminta Dario untuk menikah lagi. Di saat itu, Alice memilih pergi agar suaminya bisa menikah lagi.
Namun, siapa sangka. Jika dirinya pergi ternyata sedang dalam keadaan sedang mengandung. Alice tidak membatalkan kepergian nya, justru dia melanjutkan kepergian dan meninggalkan cintanya.
Apakah nantinya Dario dan Alice akan bertemu? Bagaimana status pernikahan mereka setelah Alice memutuskan untuk pergi? Apakah Dario memilih menikah lagi ketika istri nya pergi, ataukah justru mencarinya?
BACA SEGERA!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rusun yang akan di gusur
Terlihat, Alice tengah menatap kedua putrinya yang tertidur di sebelah kanan dan kirinya Kedua tangannya sibuk mengusap kepala Putrinya dengan lembut. Mata wanita itu menatap lurus ke depan, dia sedang memikirkan pertanyaan putrinya mengenai anak h4ram. Alice memang menjelaskan, bahwa keduanya bukanlah anak h4ram. Melainkan, kedua nya memiliki seorang ayah.
Bukan hanya itu saja, keduanya bahkan bertanya dimana daddy mereka? Alice hanya menjelaskan jika keduanya tak bisa lagi bersama. Namun, yang Alice pikirkan. Sampai kapan putrinya tidak mengetahui siapa daddy mereka. Bukannya keduanya memiliki hak? Apa Alice adalah ibu yang egois?
"Maaf sayang, bukan maksud Mommy memisahkan kalian dari daddy. Bukan itu ... Mommy hanya tidak ingin menghancurkan keluarga daddy kalian saat ini. Pasti, sekarang daddy kalian sudah menikah dan memiliki seorang penerus yang tidak dia dapatkan sebelumnya dari Mommy. Kita bisa kok, bahagia tanpa daddy." Batin ALice dengan mata merah berkaca-kaca.
.
.
.
Pagi hari, Alexa dan Eliza tengah bermain dengan anak rusun lainnya. Keduanya tampak asik bermain kelereng di tengah rusun. Jadi, rusun itu tampak ramai dengan banyaknya anak bermain. Bukan itu saja, banyak ibu rumah tangga yang menjemur pakaian dan juga mengobrol di kursi yang sudah di sediakan. Rusun ini benar-benar seperti satu rumah karena persaudaraan mereka yang begitu erat.
"Dapat lima itu Lija." Seru Alexa sembari menunjuk ke arah kelereng yang keluar dari garis.
Raut wajah Eliza berubah datar, dia menatap Alexa dengan tatapan kesal. Merasa di tatap, Alexa yang tadinya akan melempar kembali kelerengnya menoleh pada Eliza. "Kenapa liatnya begitu? Celaca mau kelual matamu itu." Sewot Alexa.
"Bica nda, panggil nama Eliza yang benel. Jangan Elijaaa! Elijaaa! Macam tukang cayul keliling aku." Kesal Eliza dengan tatapan kesal.
Kening Alexa mengerut sempurna, "Milipna cama cayul dali mana? Nda ucah beldelama, kalau nda cuka ganti nama aja dali Elija jadi cuminten. Bial bagucan dikit namanya." Seru Alexa yang mana membuat Eliza bertambah kesal. Eliza pun menaruh kembali kelereng tang dia pegang ke bawah. Hal itu membuat Alexa membulatkan matanya.
"Cudahlah, nda mau main lagi aku. Lain kali otakmu itu." Ujar Eliza dan berlalu pergi, meninggalkan Alexa yang melongo percaya melihatnya.
"Memagnya otak ada macam bentuknya? Cegitiga kali bentuk otaknya dia." Gerutu Alexa. Eliza yang kesal pun berniat kembali ke warung untuk menjumpai sang mama. Namun, saat di tangga. Dirinya Tak sengaja mendengar obrolan kedua wanita yang sedang serius berbincang.
"Iya loh, kemarin lihat proyek kesini. Ramai banget, katanya rusun mau di gusur sama perusahaan MV Group itu." Seru wanita berkaca mata.
"Benarkah?! Kenapa bisa di gusur? Kita kan sudah lama menempati rusun ini, pemiliknya juga mempersilahkan kita untuk tinggal disini dengan harga sewa yang kecil. Kalau di gusur, aku gak mau lah!" Seru ibu bertubuh gemuk.
"Ya sama. Dengar-dengar sih yang punya rusun ini udah meninggal, jadi warisannya turun ke anaknya. Sama anaknya di jual, kita gak bisa tinggal diam nih! Kalau sampai di gusur, mau tinggal dimana kita? Banyak lansia disini, apa mereka gak kasihan?!" Seru wanita berkaca mata itu.
Eliza mengerjapkan matanya, otak kecilnya tengah berpikir keras mengenai hal itu. Jika memang benar di gusur, dimana dia dan keluarganya akan tinggal? Mereka bukan orang kaya, kalau mereka pergi dari sini mereka akan kehilangan tempat tinggal. Eliza kasihan dengan mommy nya yang berjuang sendiri tanpa sosok pendamping dalam hidupnya.
"Nda boleh! Lucun ini nda boleh di gucul! Nanti kacian mommy." Lirih Eliza dan kembali berbalik menghampiri kembarannya yang masih bermain.
"LEKCAAA CINI KAUUU!" seru Eliza.
"E-eh?!" Alexa memekik saat tiba-tiba saja Eliza menariknya pergi hingga membuat dirinya merasa terkejut.
"HIIII! MENYIKCA DILIKU KALI LACANYAAAA! NDA BICA PELAN-PELAN YAH?!" Sewot Alexa.
Eliza menariknya ke pojok rusun, anak itu menatap ke sekelilingnya yang terlihat sepi. Lalu, matanya menatap Alexa yang membenarkan bajunya yang baru saja di tarik oleh kembarannya itu. "Nda copan! AKu ini kakakmu tau!" Seru Alexa dengan kes.
Raut wajah Eliza berubah sinis, "Acal kau tahu yah cumiati, aku yang tendang citu waktu macih di dalam pelut bial kelual duluan. Jangan combong jadi olang. Kalau aku nda tendang, mana bica kelual kamu!" Kesal Eliza.
"Kau! ciapa yang cumiati hah?! cudah telbaik nama ku Lekca. Kau ganti pula cumiati, mau ku talik bi ...,"
"Beliciikk!" Eliza menempelkan jari telunjuknya di depan bibir Alexa hingga membuat hidung anak itu tergencet.
"Kau dengal baik-baik nih, katanya lucun ini mau di gucul. Kita harus buat lencana!" Bisik Eliza.
Alexa mengerjapkan matanya, dia menarik tangan Eliza dari mulutnya dan menatap saudara kembarnya itu dengan kening mengerut. "Kok bica? Telus kita tinggal dimana? Di jalan? Lekca nda mau." Pekik Alexa.
"Ya makanya kita halus buat lencana!" Seru Eliza.
"Calanya?" Tanya Alexa.
"Nda tahu, kau pikilkan lah." Jawab Eliza yang mana membuat raut wajah Alexa berubah datar.
"Mau kali ku cubit ginjalna lacanya. Lain kali lacanya otak caudalaku ini." Batin Alexa.
Saat Eliza akan berbicara, tiba-tiba keduanya mendengar suara yang asing di telinga mereka. Tak lama, banyak sekali orang-orang rusun keluar untuk melihatnya. Karena penasaran, keduanya pun berniat ingin melihatnya. Namun, saat keduanya berlari. Dara datang dan menghampiri kedua bocah kembar itu.
"Kalian jangan ikut, bahaya!" Seru Dara.
"Itu ada apa si kakak?" Tanya Alexa.
"Ada pihak proyek, mereka datang untuk menggusur kita. Sebaiknya kalian masuk, mommy kalian pasti khawatir sekarang." Seru Dara.
Terpaksa, Alexa dan Eliza mengikuti Dara yang membawa mereka masuk. Sementara kondisi di luar sudah tidak kondusif, banyak sekali warga rusun yang berdebat dengan orang proyek karena mereka akan mengusir para warga dari tempat itu.
"POKOKNYA KAMI TIDAK MAU PINDAH DARI SINI!" Teriak seorang bapak.
"BENAR!" Seru yang lain.
"Bapak, tanah ini sudah menjadi milik MV Group. Kalian sudah tidak ada hak disini, kami juga membawa buktinya. Kalian bisa mengeceknya, jika tidak. .. kami akan membawa ini ke meja hijau!" Sentak seorang kepala polisi.
Tentu saja, para warga di bawah tekanan. Mereka tak akan mungkin memang jika sudah di kuatkan dengan meja hijau. Mereka semua warga kurang mampu, bukankah ada belas kasih untuk mereka semua tinggal? Kenapa sulit sekali untuk hidup nyaman di dalam negara sendiri.
"Tuan-tuan, kami ini orang miskin. Dimana lagi kami akan tinggal jika ini di gusur. Tolong, biarkan kami tinggal." Ujar seorang nenek sembari mengatupkan tangannya.
"Tidak bisa! Kalian harus pergi sekarang juga!" Sentak pria berpakaian hitam itu dan mulai bertindak kasar.
Warga tak terima, terjadilah kericuhan antara warga rusun dan juga aparat dan beberapa pria berpakaian bodyguard. Para wanita pun mundur, tetapi tetap saja yang yang terkena imbasnya. Merasa suasana tidak kondusif, Asisten Ravi langsung menjauh dan menelpon Dario.
Sementara itu, di posisi Dario kini pria itu tengah di sidang oleh mama nya. Dia menatap jengah ke arah sang mama yang terus menerus mengoceh tanpa henti. Telinganya sudah panas, tetapi sang mama belum juga berhenti berbicara.
"Sampai kapan kamu akan seperti ini Dario! Pertunangan kamu sama Agatha sudah berjalan dua tahun. Dua tahun! Kapan kamu akan menikahi dia hah?! Sudah cukup! Kamu harus mengurus perceraianmu dengan Alice dan menikah dengan Agatha!" Sentak wanita yang berstatus sebagai ibu dari Dario.
"Aku masih belum ingin menikah lagi Ma. Kalau Agatha ingin cepat menikah, dengan yang lain saja." Seru Dario dengan santai.
"Tapi Dario, Mama ingin ...,"
Dertt!
Dertt!
Ponsel Dario berdering, dia menatap ponselnya yang ternyata asistennya lah yang menelpon. Bergegas, pria itu mengangkatnya. Asistennya menjelaskan tentang kericuhan yang terjadi. Karena situasi genting, Dario memutuskan untuk datang ke rusun itu.
"Mau kemana kamu?!" Sentak Mama Dario saat melihat putranya mengambil kunci mobil di meja.
"Aku ada urusan." Jawab Dario dan bergegas pergi, dia mengindahkan teriakan sang mama yang terus memanggilnya.
Di teras, Dario berpapasan dengan seorang wanita cantik dan anggun. Wanita itu terkejut saat melihat Dario yang berjalan buru-buru keluar dari rumah.
"Mas Dario, kamu mau kemana?" Tanya wanita itu dengan heran.
"Aku ada urusan." Jawab Dario dengan singkat dan bergegas memasuki mobilnya.
Wanita itu hanya memandang kepergian Dario dengan kening mengerut. Dia adalah Agatha Luisa, putri pertama keluarga Luisa. Agatha adalah wanita yang baik dan lembut dan dia juga begitu mengangumi Dario. Sayangnya, sikap dingin laki-laki itu membuat Agatha kesulitan untuk menaklukan hatinya. Wajar saja, cinta Dario habis di Alice.
_____
Jangan lupa dukungannya🥰🥰