Adinda Khairunnisa gadis cantik yang ceria, yang tinggal hanya berdua dengan sang ayah, saat melahirkan Adinda sang bunda pendarahan hebat, dan tidak mampu bertahan, dia kembali kepada sang khaliq, tanpa bisa melihat putri cantiknya.
Semenjak Bundanya tiada, Adinda di besarkan seorang diri oleh sang ayah, ayahnya tidak ingin lagi menikah, katanya hanya ingin berkumpul di alam sana bersama bundanya nanti.
Saat ulang tahun Adinda yang ke 17th dan bertepatan dengan kelulusan Adinda, ayahnya ikut menyusul sang bunda, membuat dunia Adinda hancur saat itu juga.
Yang makin membuat Adinda hancur, sahabat yang sangat dia sayangi dari kecil tega menikung Adinda dari belakang, dia berselingkuh dengan kekasih Adinda.
Sejak saat itu Adinda menjadi gadis yang pendiam dan tidak terlalu percaya sama orang.
Bagaimana kisahnya, yukkk.. baca kisah selanjutnya, jangan lupa kasih like komen dan vote ya, klau kasih bintang jangan satu dua ya, kasih bintang lima, biar ratingnya bagus😁🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Anak ayah cantik banget!" puji Pak Anton melihat sang putri sudah berdandan cantik untuk melaksanakan wisuda di sekolahnya.
"Makasih ayah." ucap Adinda memeluk sang ayah dengan erat.
"Ayah sayang kamu nak, baik baik ya, jaga diri kamu, jadi anak yang kuat." bisik pak Anton memeluk sang anak.
"Siap ayah, nanti ayah habis rapat lansung ke sekolah ya, ayah juga hati hati ya." ujar Adinda, tapi entah kenapa dari kemaren dia kepikiran dengan sang ayah, yang selalu mengucapkan kata kata penuh makna, ahhh... Sudah lah, Adinda tidak mau berfikir negatif yang akan merusak suasana hatinya.
Tin...
Tin....
Dari luar sudah terdengar suara klason mobil, ya Lusi membawa mobil pribadinya, dan sudah janjian akan berangkat bareng, karena ayahnya akan datang saat acara akan di mulai, karena ada meeting yang tidak bisa di wakilkan.
"Tuh, Lusi sudah jemput." ujar Pak Anton melepas pelukan mereka.
"Ok, Ayah aku berangkat dulu, jangan lupa datang ya, telat juga ngak pa apa." ujar Arimbi.
"Siap sayang." sahut Pak Anton merangkul bahu sang anak ke arah mobil Lusi.
Lusi sangat terharu melihat kasih sayang pak Anton kepada Adinda, tidak seperti dirinya, ayahnya selingkuh, dia sama sekali tidak pernah dapat kasih sayang sang ayah, walau dulu mereka satu rumah, ayahnya tidak terlalu perduli dengan dirinya, sampai ke dua orang tuanya bercerai, dan sampai saat ini ayah nya tidak pernah menghubungi dirinya, mamanya yang akan menikah lagi dengan kekasihnya, namun laki laki itu juga mempunyai seorang anak perempuan yang seumuran dengan Lusi.
"Pagi Om." sapa Lusi keluar dari mobil.
"Pagi juga sayang, wah... Anak gadis om makin cantik aja," puji pak Anton.
"Makasih Om," sahut Lusi berkas kaca, dia ingin segala pujian itu di ucapkan oleh ke dua orang tuanya, namun apa daya, itu tidak mungkin terjadi.
"Kamu sudah sarapan belum?" tanya Pak Anton, sambil menepuk pundak Lusi dengan pelan, dia tau sahabat anaknya ini juga dari keluarga broken home, sebisa mungkin pak Anton juga memberikan kasih sayang sebagai seorang ayah.
"Sudah om," sahut Lusi dengan tersenyum tulus.
"Ya sudah, berangkat lah, tapi hati hati bawa mobil ya, Om datangnya sedikit telat, karena ada meeting yang ngak bisa om tinggalkan, jadi om akan datang sedikit telat, tolong jaga Adinda ya, kalian harus akur." merangkul Adinda dan Lusi.
"Pasti om, kami juga akan mencari kampus yang sama kok." ujar Lusi namun dia sedikit bingung dengan ucapan pak Anton itu, tapi ya sudah lah, dia abaikan pikiran aneh di kepalanya.
"Bagus itu. Om jadi tenang kalau kalian selalu bareng." ujar pak Anton, membuat Lusi sedikit kaget, tidak mau berfikir macam macam, dia memilih untuk izin berangkat saja.
"Kami berangkat ya Om" ujar Lusi, Adinda sebelum masuk ke dalam mobil, malah memeluk sang ayah, mengecup pipi ayahnya, dan pak Anton tidak mau kalah, mengecupi seluruh wajah sang anak, dan memeluk erat Adinda.
"Udah sana berangkat, nanti kalian terlambat." ucap Pak Anton membukakan pintu samping kemudi.
"Iya Ayah, dadaaa....!" Adinda melambaikan tangannya, dan Lusi membunyikan klason mobil.
Setelah mobil itu hilang dari pandangannya, pak Anton juga masuk ke dalam, dan bergegas untuk rapi rapi menuju tempat meeting nya.
Di dalam mobil dua gadis cantik itu terdiam dengan pikiran masing masing, namun sama sama tidak ingin mengucapkan ke cemasan masing masing.
"Lus, mama datang ngak ke wisuda kita?" tanya Adinda memecahkan keheningan.
"Datang kok, cuma sebentar, maklum mama kan mau nikah lagi." ujar Lusi.
"Ha.... Emang jadi mereka nikah, bukan kah kamu menolak, dan juga sudah memberi alasannya?" kaget Adinda.
Dinda hanya mengedikan bahu tanda tidak tau.
"Biarin aja lah, klau mama senang dengan pilihannya, trus aku bisa apa, makanya aku ngajak kamu kuliah ke luar kota, karena aku ngak mau tinggal serumah bersama mereka, kamu tau sendirikan, anak manja itu selalu mencari perhatian mama, demi kewarasan aku, biar aku yang mengalah." ujar Lusi menahan sesak.
Bukan dia tidak ingin mamanya menikah lagi, tapi tolong lah mencari laki laki yang bisa juga menyayangi dirinya, dan tidak mempunyai anak yang egois seperti anak calon ayah tirinya, namun apa di kata, mamanya sudah di butakan oleh cinta, dan melupakan perasaan sang anak, justru sangat menyukai gadis manja seperti anak calon suaminya, yang selalu pintar mengambil hati sang mama, mengabaikan anaknya sendiri, ya sudah lah, lebih baik dia merestui pernikahan mamanya, dan memilih menjauh dari mama dan keluarga baru sang mamanya.
"Sabar ya Lusi, ada aku bersama mu, kita akan terus bersama, ok.!" ujar Adinda.
"Iya kamu sahabat terbaikku, kita akan tetap bersama, apa pun yang terjadi, temani aku sampai sukses, dan menemukan laki laki yang tepat, agar aku bisa bahagia." ujar Lusi serak menahan sesak di dadanya.
"Pasti!" ucap Adinda mantap, dan menautkan kelingking mereka.
"Sudah, jangan sedih sedih, hari ini hari bahagia kita." ujar Dinda lagi.
"Hmm... Kamu benar, apa pun yang terjadi, tetap lah menjadi kuat, dan tetap menjaga kewarasan kita, mereka bisa mencari kebahagian mereka, kenapa kita ngak." semangat Lusi, berusaha tegar.
Lima belas menit berlalu, akhirnya mereka sampai juga di parkiran sekolah.
"Kalian lama banget sih." kesal Rini dan Sita.
"Maaf sayang biasa lah, tuan putri izin sama bapak moyang, dramanya banyak banget." kekeh Lusi.
Adinda hanya mencibik, mendengar ledekan Lusi.
"Rizka mana?" tanya Adinda.
"Ngak tau, tadi ngomongnya mau ke toilet, tapi ngak balik balik." acuh Rini.
"Sudah lah, ngak usah di pikirin, klau ngak mau main sama kita, ya udah sih, santai aja." acuh Lusi yang males melihat tingkah Rizka akhir akhir ini.
"Yuk kita ke aula yuk, kita duduk di sana aja, pegel juga nih kaki, di ajak berdiri mulu." keluh Rini.
"Ya udah yuk." ajak Adinda.
Keempat gadis cantik yang biasa memang sudah cantik, dan hari ini berkali kali lipat ke cantikan mereka, karena di dandani, membuat banyak mata menatap penuh kagum sama mereka.
"Mana sih ayah, kok lum datang juga ya, padahal bentar lagi kita mau naik panggung ini," keluh Adinda mulai gelisah, dia celingak celinguk melihat pintu masuk, namun batang hidung sang ayah belum juga terlihat.
Cek..
Cek....
Dan pada akhirnya acara di mulai oleh pembawa acara, sampai penyambutan dan beberapa wejangan dari kepala sekolah dan guru guru mereka.
Dan kini pengumuman siswa lulus terbaik dengan nem tertinggi dan juga untuk beberapa siswa yang mendapat beasiswa di kampus negeri baik di dalam maupun di luar kota.
Dan Adinda salah satu murid berprestasi dan di dampuk sebagai siswa lulus terbaik, dan mendapatkan beasiswa ke universitas terbaik di jakarta, dan sepertinya alam pun mendukung keinginan dua gadis tadi, Lusi pun mendapat bea siswa yang sama di kampus yang sama dengan adinda.
"Wahhh... Kalian benar benar keren deh, kita pisah dong." rajuk Rini dan Sita.
"Sudah sudah, kalian naik ke panggung dulu, tuh sudah di panggil sama pak Bambang." tegur Rini.
"Ayah kok lom datang ya." keluh Adinda mulai gelisah.
Di tempat berbeda, di jalan menuju ke sekolah Pelita Hati, sedang terjadi tabrakan beruntun, dan salah satu korbannya adalah Pak Anton.
Kring.....
Kring....
"Ya hallo." kepala sekolah mengangkat telpon karena ada salah seorang menelponnya.
.....
"APA...!!" pekik pak Kepala sekolah, wajahnya lansung pucat pasi, matanya lansung menatap sendu ke arah Adinda.
Deg..
"Ada apa ini." gumam Adinda saat menatap bapak kepala sekolah yang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa dia artikan.
"Adinda, bisa ikut bapak sebentar nak." panggil kepala sekolah dengan wajah kalutnya.
"Mau kemana pak?" tanya Adinda semakin tidak karuan.
"Nanti kamu akan tau, kamu ikut bapak sama ibu Maya dulu ya," ujar Kepala sekolah.
"Tapi pak, ayah aku gimana, dia belum datang, takut dia akan mencari aku." ujar Adinda.
"Nanti kita akan ketemu sama Ayah kamu, sekarang ikut sama bapak dan bu Maya dulu." ujar Pak Kepala sekolah.
Mau tidak mau Adinda hanya pasrah di ajak olah kepala sekolah dan gurunya, walau banyak pertanyaan yang berkecamuk di dalam kepalanya.
Bersambung.....