Di dunia yang dikendalikan oleh faksi-faksi politik korup, seorang mantan prajurit elit yang dipenjara karena pengkhianatan berusaha balas dendam terhadap kekaisaran yang telah menghancurkan hidupnya. Bersama dengan para pemberontak yang tersembunyi di bawah tanah kota, ia harus mengungkap konspirasi besar yang melibatkan para bangsawan dan militer. Keadilan tidak lagi menjadi hak istimewa para penguasa, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dengan darah dan api.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Medan perang Valyria berubah menjadi lautan kekacauan. Prajurit Valyria dan pasukan Kekaisaran Timur bertempur mati-matian, pedang saling beradu, perisai berderak. Jeritan perang dan suara denting senjata memenuhi udara, memekakkan telinga. Tetapi di tengah semua itu, Liora berjuang menghadapi pertempuran yang jauh lebih besar dari sekadar pertarungan pedang—dia berjuang melawan kekuatan yang semakin sulit dikendalikan.
Artefak perak di pinggangnya berdenyut keras, hampir seolah-olah hidup, menginginkan kebebasan. Setiap ayunan pedangnya, setiap gerakannya, membuat denyutan itu semakin kuat, mencoba melepaskan kekuatan besar yang ada di dalamnya.
Varren dan Seira masih bertempur di dekatnya, mencoba mempertahankan barisan Valyria yang tersisa. Meskipun prajurit Valyria berjuang dengan keberanian yang luar biasa, musuh terus mendesak, seolah-olah kekuatan mereka tak terbatas.
"Kita tidak bisa bertahan lebih lama," pikir Liora dengan napas tersengal. "Tapi apakah aku siap untuk melepaskan kekuatan ini?"
Perasaannya terbelah. Di satu sisi, dia tahu bahwa jika dia menggunakan artefak itu, dia bisa menghentikan pasukan musuh dengan mudah. Tetapi di sisi lain, dia merasa bahwa kekuatan itu akan menghancurkan dirinya—dan mungkin juga Valyria. Kekhawatiran yang terus menghantuinya sejak pertama kali dia menyentuh artefak itu semakin nyata sekarang.
---
Di tengah pertempuran, Kalros berdiri di puncak bukit, mengawasi pertempuran dengan tenang. Wajahnya menunjukkan kepuasan, seolah dia sudah yakin akan kemenangan yang akan segera diraihnya. Dia tahu bahwa Valyria tidak bisa bertahan lama melawan kekuatan pasukannya yang besar dan kekaisaran Timur yang tak tertandingi.
Kalros melirik ke arah Liora yang bertarung dengan gagah berani di medan perang. "Dia tidak bisa mengalahkanku," gumamnya dengan senyum dingin. "Tak ada kekuatan yang bisa melawan ini."
---
Varren bergerak cepat di samping Liora, menangkis serangan musuh dengan pedangnya, sementara Seira terus memberikan instruksi kepada prajurit lain. Tetapi dari sudut matanya, Varren melihat perubahan di wajah Liora—ketegangan, kebingungan, dan mungkin sedikit ketakutan.
"Liora!" Varren berteriak, mendekati pemimpin mereka. "Kau harus membuat keputusan sekarang! Kita tidak bisa menahan mereka lebih lama!"
Liora menoleh, wajahnya penuh keraguan. "Aku... aku tidak bisa! Kekuatan ini—aku tidak yakin bisa mengendalikannya. Aku takut apa yang akan terjadi jika aku menggunakannya!"
Varren meletakkan tangannya di bahu Liora, menatapnya dengan tatapan yang tegas namun penuh pengertian. "Kami percaya padamu. Ini bukan tentang kekuatan artefak, tapi tentang dirimu. Kau lebih kuat dari kekuatan itu. Kau tahu kapan harus berhenti."
Seira bergabung, menatap Liora dengan sorot mata yang sama penuh keyakinan. "Liora, kami ada di sini untuk mendukungmu. Apa pun yang kau putuskan, kami akan bersamamu sampai akhir."
Liora merasakan kehangatan dari dukungan mereka, tetapi hatinya masih dipenuhi kebingungan. Jika aku menggunakan kekuatan ini dan kehilangan kendali, Valyria mungkin selamat, tetapi aku bisa menghancurkan semua yang kami perjuangkan. Setiap keputusan yang diambilnya sekarang terasa seperti langkah di tepi jurang.
---
Di kejauhan, suara genderang perang dari pasukan Timur semakin dekat. Barisan prajurit musuh mulai mendorong maju dengan kekuatan penuh, membanjiri pasukan Valyria yang semakin lemah. Seira melihat celah yang terbuka di barisan mereka, dan dia tahu bahwa ini adalah tanda yang buruk.
"Liora," kata Seira sambil berlari kembali ke sisi Liora, "kita kehabisan waktu. Mereka akan menembus pertahanan kita. Jika kita tidak melakukan sesuatu sekarang, Valyria akan jatuh."
Liora tahu bahwa Seira benar. Waktu hampir habis. Tapi ada sesuatu di dalam dirinya yang masih menahan, masih ragu.
"Aku takut," gumam Liora, hampir tak terdengar. "Aku takut kehilangan kendali, dan menghancurkan segalanya."
Varren menarik napas panjang, lalu berkata, "Liora, kau adalah pemimpin kami. Kau sudah menyelamatkan kami berkali-kali tanpa harus mengandalkan kekuatan ini. Tapi jika saatnya tiba untuk menggunakannya, gunakan dengan keyakinan. Kami di sini untuk membantumu menjaga keseimbangan."
Liora menatap kedua sahabatnya itu, merasakan kekuatan dukungan mereka mengalir melalui dirinya. Mereka tidak pernah meninggalkannya. Mereka telah berjuang bersamanya sejak awal, dan mereka siap menghadapi apa pun bersama-sama.
---
Pertempuran semakin mendekat, dan Liora tahu saatnya telah tiba. Dia menarik artefak perak dari pinggangnya, merasakan kekuatan yang begitu besar mengalir ke seluruh tubuhnya. Denyutan kekuatan itu seperti badai yang siap meledak, siap menghancurkan apa pun yang ada di hadapannya. Tapi kali ini, Liora tidak lagi merasa gentar.
Dia menatap Varren dan Seira dengan tegas. "Kita akan menggunakan kekuatan ini, tapi kita harus tetap mengendalikannya. Valyria tidak akan jatuh ke dalam kegelapan seperti yang terjadi pada Ragnar."
Varren mengangguk. "Kami akan memastikan itu."
Seira menambahkan, "Kami di sini untuk menjaga keseimbangan bersamamu."
Liora merasakan tekad yang kuat bangkit dalam dirinya. Kali ini, dia tidak akan membiarkan kekuatan artefak itu mengambil alih dirinya. Keseimbangan adalah segalanya, dan dia tahu bahwa dia bisa mengendalikannya dengan dukungan sahabat-sahabatnya.
---
Liora mengangkat artefak itu, dan cahaya yang memancar dari benda tersebut menerangi medan perang. Semua orang—baik dari pasukan Valyria maupun musuh—terhenti sesaat, menyaksikan kekuatan besar yang muncul di tengah-tengah mereka. Denyutan energi menyebar, membuat tanah bergetar dan udara di sekitarnya berdesing.
Liora menutup matanya, merasakan kekuatan itu mengalir di dalam dirinya. Keseimbangan, pikirnya dalam hati. Dia mengingat semua yang telah dia pelajari, semua perjuangan yang telah dia lalui untuk sampai ke titik ini. Dia tahu bahwa kunci dari kekuatan ini bukanlah kekuasaan, tetapi kontrol.
Dengan satu gerakan tegas, Liora melepaskan sebagian kekuatan artefak itu ke arah pasukan musuh. Energi yang memancar seperti gelombang besar, menghantam barisan pasukan Timur dan Kalros dengan kekuatan yang luar biasa. Prajurit musuh tersapu mundur, terpukul oleh gelombang energi yang tak terlihat.
---
Namun, di saat yang sama, Liora merasa bahwa kekuatan itu mencoba menariknya lebih dalam. Denyutan energi itu semakin kuat, seolah ingin mengendalikan dirinya. Inilah yang aku takutkan, pikir Liora. Dia berusaha sekuat tenaga untuk menjaga keseimbangan, tetapi kekuatan itu terlalu besar.
"Jangan biarkan aku jatuh!" seru Liora dalam hati, memohon pada dirinya sendiri untuk tetap kuat.
Seira dan Varren melihat perubahan di wajah Liora, dan mereka segera bergerak untuk mendekatinya. "Liora, kau bisa melakukannya!" seru Seira. "Jaga kendalimu! Kami di sini bersamamu!"
Liora merasakan tangan Varren di bahunya, menyadari bahwa dia tidak sendiri dalam pertempuran ini. Dengan tekad yang kuat, Liora berusaha menarik kekuatan itu kembali, memfokuskan pikirannya pada keseimbangan yang selama ini dia perjuangkan.
Perlahan-lahan, energi artefak mulai mereda, dan Liora berhasil mengendalikan kekuatan itu sebelum ia sepenuhnya kehilangan kendali.
---
Ketika energi mulai tenang, pasukan musuh yang tersisa terhuyung-huyung. Barisan mereka telah terpecah, dan untuk pertama kalinya, mereka tampak lemah.
Liora, meskipun lelah, masih berdiri dengan teguh. "Kita belum selesai," katanya dengan suara parau. "Valyria akan bertahan."
Varren dan Seira berdiri di sampingnya, sorot mata mereka penuh dengan kekaguman dan kelegaan. "Kau melakukannya, Liora," kata Varren, bangga.
Dan di dalam dirinya, Liora tahu bahwa kali ini, dia telah menguasai kekuatan itu. Untuk pertama kalinya, Liora merasa bahwa dia benar-benar memahami arti dari keseimbangan yang selama ini dia perjuangkan. Kekuatan besar yang bersemayam dalam artefak perak bukan lagi sesuatu yang harus ditakuti—itu adalah sesuatu yang bisa ia kendalikan, selama dia tidak membiarkan ambisi atau ketakutan menguasainya.
Di tengah medan perang, pasukan musuh yang tersisa tampak kebingungan. Mereka tidak pernah menduga bahwa Valyria, dengan kekuatan yang tampak jauh lebih kecil, mampu memberikan perlawanan sebesar ini. Kekalahan perlahan mulai tampak di wajah prajurit Kekaisaran Timur, dan suara seruan komandan mereka terdengar jauh, memerintahkan mundur.
Kalros, yang masih berdiri di puncak bukit, menatap dengan marah dan tak percaya. Rencana besarnya, aliansinya dengan kekuatan Timur, semua tampak hancur dalam hitungan detik. Dia melihat Liora, sosok yang begitu kecil di kejauhan namun memegang kendali atas seluruh medan perang. Amarah dan kebencian membakar dadanya, tapi dia tahu bahwa tidak ada lagi yang bisa dilakukan hari itu.
"Tarik mundur pasukan!" teriak Kalros, suaranya menggema. "Kita akan kembali, tapi bukan hari ini."
Dengan langkah berat, pasukan musuh mulai mundur, meninggalkan medan perang Valyria dalam kekacauan yang mereka bawa. Sorak-sorai kemenangan mulai terdengar dari prajurit Valyria, suara mereka penuh dengan kelegaan dan kebanggaan. Mereka telah bertahan. Mereka telah melawan dan menang.
---
Liora berdiri diam di tengah medan perang, napasnya berat dan keringat membasahi wajahnya. Meskipun mereka telah menang, dia tahu bahwa pertempuran belum selesai sepenuhnya. Ancaman dari Timur masih ada, dan Kalros tidak akan mundur selamanya.
Varren dan Seira menghampirinya, wajah mereka penuh kebanggaan dan rasa terima kasih. "Kau melakukannya, Liora," kata Seira dengan senyum lelah. "Kita bertahan."
Varren mengangguk, meski tatapannya tetap serius. "Kita memenangkan pertempuran ini, tapi perang belum berakhir."
Liora mengangguk setuju, meskipun di dalam hatinya, dia merasakan rasa lega yang dalam. Dia telah berhasil menjaga keseimbangan, dan untuk sekarang, itu sudah lebih dari cukup.
"Aku tahu," jawab Liora dengan suara pelan namun mantap. "Tapi hari ini, Valyria bertahan. Dan itu adalah langkah pertama untuk memastikan masa depan kita."
---
cerita othor keren nih...