"Perkenalkan, dia yang akan menjadi suamimu dalam misi kali ini."
"Sebentar, aku tidak setuju!"
"Dan aku, tidak menerima penolakan!"
"Bersiaplah, Miss Catty. Aku tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun."
Catherine Abellia, bergabung dengan organisasi Intel, Black Omega Agency, untuk mencari tau tentang kasus kematian ayahnya yang janggal. Berusaha mati-matian menjadi lulusan terbaik di angkatannya agar bisa bergabung dengan pasukan inti. Mencari selangkah demi selangkah. Ia mencintai pekerjaannya dan anggota timnya yang sangat gila.
Namun, ketika dia sudah lebih dekat dengan kebenaran tentang kasus Ayahnya, Catty harus bekerjasama dengan anggota Dewan Tinggi! Oh, really? Dia harus bekerjasama dengan orang yang gila kesempurnaan yang bahkan sudah lama tidak terjun lapangan? Wait, mereka bahkan harus terlibat dalam pernikahan? Ia harus menikahi pria yang memiliki kekasih? Tuhan, ini sangat buruk!
Oke, fine! Atasannya sudah gila!
Ayo, ramaikan lapak ini dengan Vote dan komen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seraphic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Terimakasih, Nona Agen
Kembali, lagi dan lagi wanita di depannya tertawa dengan keras dan menyebalkan. Sangat menganggu indra pendengarannya.
Selagi wanita gila itu tertawa, Catty memperhatikan kembali ruangan itu. Ia menduga mereka masuk dari pintu di sebelah sana. Pantas saja, pintu yang dimasukinya tadi benar-benar kosong tanpa pengawasan. Dia memerhatikan dengan seksama pria-pria di depan sana, raut sangar dan badan kekar.
Selain pria yang menembaknya tadi, sepertinya sisanya hanya amatir. Lihat saja postur tubuh yang kaku itu.
Terdengar tepukan tangan dari wanita itu lagi, kali ini dengan sorot mata yang bersemangat. "Apakah kau benar-benar ingin mencari tau lebih dalam? Ku sarankan kau mundur lebih awal. Biar ku beri tahu, beberapa tahun yang lalu, apa itu lima tahun yang lalu?" ucap wanita itu menampilkan pose seolah-olah sedang berpikir, "Ada seorang polisi detektif yang mencari tau terlalu dalam tentang kami dan—"
Wanita itu menghentikan perkataan, namun tangannya membuat gestur menebas leher dengan ringan. Ada raut bahagia yang muncul dari matanya.
Pupil mata Catty bergetar. Tangan nya mengepal dengan mata yang memerah menahan amarah. Dia berdesis pelan, "Kalian yang membunuhnya?"
Melihat tatapan marah dari lawan bicara nya, wanita itu tersenyum kecil dengan bahu yang terangkat, "Who knows?"
"Sekarang pilihlah, kembalikan para gadis itu dan aku akan melepaskan mu dan rekan mu. Jujur saja, orang-orang ku bisa melumpuhkan mu dalam sekejap!"
Catty tertawa keras. "Benarkah? Ah, ini benar-benar menyebalkan, Jen." Ketika wanita di seberang sana menatap datar ke arahnya. Tangan Catty sudah meraih pistol nya—
'DOR! DOR! DOR!'
Selagi matanya bertatapan dengan wanita itu, pistol Catty telah melumpuhkan para pria di belakangnya tanpa sempat mereka melindungi diri. Terdengar teriakan kesakitan yang menyedihkan menggema dalam ruangan itu.
Bahu sang wanita bergetar marah, tangan nya meraih pistol yang jatuh di dekat kaki nya. Namun, sebelum jarinya sempat menarik pelatuk, terdengar suara ribut baling-baling helikopter dari luar sana.
"SIALAN KAU, JALANG!" makinya dengan mata yang memancarkan amarah. Setelah memaki, dia segera melarikan diri dari pintu yang berseberangan dengannya. Catty mengangguk pelan menerima makian tersebut tanpa mengejar nya. Jujur saja, dia orang yang hanya akan melakukan tugasnya dan malas harus mengurus hal lain yang di luar urusannya.
Beberapa orang dengan seragam yang sama masuk dengan tangan yang memegang senjata dan segera mengepung pria-pria yang ada di depan nya ini.
Ketika para anggota itu akan meringkus orang-orang yang tadi ditembak nya, dia mengangkat tangannya, meminta sedikit waktu.
Dia menatap para pria kuat didepannya, "Maaf karena sudah menembak kalian, setelah keluar dari penjara, carilah pekerjaan baik-baik, okay?" nasehatnya.
"Hei, gadis. Kau bisa menang dari kami karena mengandalkan senjata mu," ujar salah seorang dari mereka. Hm, tak terima kah diri mu kalah dari seorang gadis, maniez?
"Hooo, tentu saja. Aku tidak bodoh memberikan tubuhku untuk menjadi samsak hidup dan bertarung tanpa senjata," jawabnya ringan sambil melangkahkan kakinya keluar. Tangannya yang ramping membuka engsel pintu, namun sebelum menghilang dari balik pintu, dia kembali melihat ke dalam. "Hei, jika 3 lawan satu aku masih yakin bisa menang walaupun tanpa senjata, kau tahu?" katanya dengan bibir yang tersungging, jelas sekali tak mau mengalah.
*****
"Hei, gadis gila yang disana," teriak seorang perempuan berambut pirang dari kejauhan.
Catty yang baru saja keluar dari gedung tempatnya melakukan penyelamatan melihat siapa yang berani mengatainya.
"Janessa," panggilnya lelah. Itu adalah wanita yang sama dengan yang ia panggil 'Jenie' saat sedang dalam misi.
Namun, yang dipanggil hanya berjalan dengan rusuh ke arahnya. Tangan nya dengan semangat menjambak rambut Catty. "Apa kau sudah gila?!" teriaknya tepat di telinga Catty.
"Jen, hold on. Bisakah kita berbicara tanpa melibatkan fisik?" tanya Catty sambil menyelamatkan rambutnya, mencoba melepaskan tangan temannya itu.
"Tanpa melibatkan fisik katamu?" tanya nya lagi masih dengan nada yang menyakitkan untuk telinga Catty.
Namun, tangan Janessa enggan melepaskan rambut temannya itu. Muka nya memberengut kesal, "Katakan apa kesalahan mu, Nona Catty yang terhormat?"
Catty meringis kesal. Lihatlah, apa kalian pernah mendapatkan teman yang seperti ini? Apa dosanya di kehidupan yang lalu sehingga mendapatkan teman yang begini?
"Okay, aku gegabah," jawab nya mengalah. Lalu tangannya dengan paksa melepaskan jambakan di rambut nya. Jari-jarinya segera mengelus bagian yang terasa perih.
Temannya, Janessa, menyilangkan tangannya di depan dada. "Apa kau bersalah?" tanya gadis pirang itu lagi.
"Ya," jawab Catty dengan pasrah.
"Apa aku salah menafsirkan bahwa wajah mu itu merupakan bentuk rasa bersalah?" pekik Janessa kesal saat melihat raut wajah menyebalkan temannya.
Catty segera mengendalikan ekspresi wajahnya dan menundukkan kepalanya. Janessa memekik kesal sekali lagi, tau bahwa wajah itu hanya dibuat-buat.
"Aku menyerah padamu, Bitch. Selesaikan laporan mu sendiri. Persiapkan dirimu untuk menemui Mr. Hans."
"Ah, Jen. Kau tega? Bukankah aku kembali memakai earpiece? "
"Lihatlah, kesalahan mu bukan hanya satu, bodoh," maki Janessa dengan kesabaran setipis tisu padanya, lalu berjalan ke arah kelompok gadis yang tadi ia selamatkan.
Catty menatap sebal pada Janessa yang melenggang begitu saja setelah menjambaknya. Sungguh, merupakan cobaan berat untuknya dalam berteman. Tangannya menyugar rambutnya lalu menjepit dengan jedai. Seorang agen wanita menghampiri nya, membantu melepaskan perlengkapan tugas lapangannya.
"Kau selalu hebat, Catty," puji agen itu.
Catty tersenyum kecil dan membalas singkat, "Thanks."
"Jenie, hanya mengkhawatirkan mu," ujar nya lagi. Ketara jika tadi dia mendengar perdebatan nya dengan Janessa.
Catty mendengus sebal, tentu saja dia tahu. Tapi, apa yang harus dikhawatirkan? Ini adalah pekerjaan yang selalu mereka lakukan. Ia menggaruk kepalanya dan bertanya, "Menurutmu apa saja kesalahan ku?"
Yang ditanyai hanya tersenyum kecil, tangan nya mengosongkan peluru dari senjata api nya. "Kau menghentikan sambungan komunikasi dengan tim, melenceng dari tujuan awal, dan memakai senjata mu?" jawab agen itu sambil merincikan kesalahan nya satu persatu. "Namun, Mr.Hans tetap akan mencari tambahan lain untuk kesalahan mu," katanya sambil tertawa kecil.
Catty mendongak dan memejamkan matanya. Sial, ini lah apa yang ditakutkan nya. Kesalahannya bukan apa-apa karena dia memiliki alasan dan jawaban yang diperlukan. Namun, kesalahan yang dibuat-buat oleh atasan gila nya itu yang akan mempersulit kehidupannya.
"Selesai, Miss. Semoga lancar dengan pertarungan mu dan Mr.Hans."
Catty hanya mengangguk ringan sambil mengaminkan dengan serius dalam hatinya. Ia hanya bisa memijat dahi nya kesal, lalu berjalan ke arah rekan tim yang bertugas dengan nya barusan.
"Alex, selesaikan laporannya, okay?" perintah Catty pada pria itu yang mendapat anggukan. Kemudian, ketiga nya segera berlalu dari hadapan nya.
Catty juga akan segera pergi ke mobilnya jika saja tidak ada tangan yang tiba-tiba menarik lengan jaketnya yang membuatnya menoleh kebelakang. Alis yang terukir indah itu terangkat sebelah ketika melihat beberapa gadis yang tadi diselamatkan nya.
"T-terimakasih, Nona."
"A-aku juga." timpal gadis lainnya.
Satu persatu dari mereka berterima kasih dengan air mata yang bercucuran yang menyedihkan. Penderitaan mereka selama dua Minggu ini, keluar bersamaan air mata mereka.
******
Gong banget mba Catty, troublemaker aslinya yaa. Mari kita lihat bagaimana sepak terjang mba Catty di episode selanjutnya. Nantikan lapak mba Catty dengan Follow akun aku, vote n komen cerita ini. Eitss kalau boleh di share-share dong biar makin rame.
Love u All,
Sera<3
penataan bahasanya loh keren