Walau hanya sebatas wanita simpanan bagi James, Silvia sangat mencintai pria itu. Namun, Silvia harus menelan pil pahit ketika James memutuskan mengakhiri hubungan mereka. Akhirnya, Silvia pergi meninggalkan James karena banyak tekanan yang memintanya menjauh dari pria yang amat dicintainya. Dia pergi dan menyembunyikan kehamilannya dari James.
Akankah Silvia dan James bertemu dan bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 07
James memaksa Silvia untuk menuntaskan seluruh hasratnya. Tekanan James membuat Silvia menahan rasa perih yang melanda bagian bawah perutnya. Perempuan itu tidak ingin membuat James curiga, tetapi dirinya sendiri sudah tidak tahan.
"Hentikan James! Sakit!" ujar Silvia sambil mendorong James.
Pria itu semakin marah pada Silvia, tanpa mempedulikan wanita yang meringis di bawahnya. James terus melakukan kegiatan yang menjadi tujuannya. Tidak ada keinginan sama sekali untuk berhenti melakukan hal yang membuat Silvia kesakitan.
Setelah melakukan pelepasannya, James menyingkir dari tubuh Silvia dan memeluk wanita itu. "Inilah konsekuensi karena kamu berani mengkhianatiku, Via!" ujar James.
Air mata mengalir deras, Silvia menangis tanpa suara. Rasa sakit yang dirasakannya tidak lagi dipedulikan, Silvia menanti James yang tertidur di sampingnya. Dia ingin segera berlari dari genggaman James.
Tanpa mempedulikan pakaiannya lagi, dia mengambil beberapa barang penting. Tidak ada kesempatan sebaik ini. Silvia harus segera pergi dari hadapan James. Tidak ingin pria itu menyadari kepergian Silvia.
"Selamat tinggal James, aku mencintaimu. Akan tetapi, kita tidak akan pernah bersatu. Aku yakin kamu tidak menginginkanku menjadi istrimu," ucap Silvia menghapus air mata di pipinya.
Silvia menatap James yang tertidur, dia meninggalkan semua fasilitas yang diberikan James. Bahkan, ATM yang diberikan oleh pria itu ditinggalkannya begitu saja. Silvia tidak ingin dianggap sebagai perempuan matre meskipun tujuan dirinya menjadi simpanan James memang karena uang.
Perempuan itu tergesa-gesa pergi dari apartemennya. Saat berada di lobby apartemen dia berpapasan dengan Daren. Yang langsung menghentikan pergerakannya.
"Anda ingin pergi ke mana, Nona? Jangan melakukan sesuatu yang membuat Tuan James kembali marah padamu!" tegur Daren sambil mencengkram lengan Silvia.
"Aku hanya ingin pergi ke apotik sebentar. Ada yang ingin aku beli, tolong biarkan aku sekali ini saja, Daren!" ujar Silvia.
Wajah Silvia tampak memelas, Daren menimbang sesuatu dengan hati-hati. Tidak ingin dia bersikap gegabah yang dapat menyebabkan James memarahinya. "Aku ikut denganmu! Hanya ke apotik bukan?"
"Tidak! Apa kamu tidak bisa memberikanku keleluasaan? Tolong jangan membuat sesuatu semakin rumit! Aku tidak akan ke mana-mana! Tolonglah! Biarkan aku pergi!"
Daren terdiam menatap Silvia yang menatapnya dengan penuh permohonan. Rasanya mustahil Silvia akan meninggalkan James. Daren diam-diam mengetahui Silvia sangat mencintai James. Bahkan, dia hampir menyangka James akan menjadikan Silvia sebagai istrinya.
"Baiklah, aku memberikanmu waktu lima belas menit Nona. Bila kamu tidak sampai ke apartemen dalam lima belas menit aku akan menghampirimu di mana pun kamu berada," ujar Daren.
Silvia tidak melewatkan kesempatan, dia pergi secepat kilat. Tanpa menoleh ke belakang dia menaiki taksi. Sesampainya di dalam taksi tersebut dia segera meminta sang supir untuk melesat menuju Terminal
"Tolong ke Terminal terdekat, Pak!"
Perempuan itu sudah memutuskan untuk melupakan semua kejadian yang menimpanya di Jakarta. Meninggalkan semua kenangan manis dan pahit yang akan dilupakannya. Silvia terus memegang perutnya, dia merasakan perih yang melanda dirinya.
"Mbak, apa Anda tidak apa-apa? Sedari tadi Anda memegangi perut," ujar pak sopir.
Silvia menggeleng lemah. "Tidak, aku tidak apa-apa. Tolong teruskan saja menuju terminal. Saya ingin pergi secepatnya dari kota i...."
Belum selesai Silvia berbicara, dia telah pingsan. Sang Sopir yang panik memanggilnya agar segera bangun. "Mbak! Mbak! Tolong bangun!" ujar Sang sopir.
Terpaksa dia membelokkan taksinya ke arah rumah sakit terdekat. Dengan panik dia meminta petugas kesehatan untuk memeriksa Silvia.
"Dok, tolong periksa penumpang saya. Tiba-tiba dia pingsan, Dok!" ucap sopir taksi yang masih terlihat muda itu.
"Tenanglah, Pak. Anda bisa menunggu dulu. Saya akan memeriksa kondisi pasien," balas dokter.
***
Di lobby apartemen Daren gelisah, pasalnya telah lewat setengah jam Silvia pergi meninggalkan apartemen. Perempuan itu belum menunjukkan batang hidungnya. Pria itu takut kalau Silvia pergi dari James begitu saja. Atasannya itu pasti sangat marah pada James.
"Sial*n! Ke mana kamu Nona Silvia? Aku tidak ingin membuat Tuan James semakin marah karena kamu pergi seperti ini!" Daren langsung menuju mobilnya dan mencari Silvia.
Berjam-jam Daren mencari, dia tidak menemukan jejak Silvia. Pria itu telah mencari di stasiun, bandara, dan terminal tetapi tidak sama sekali dia menemukan jejak Silvia. Beberapa kali Daren mengumpat karena kebodohannya percaya begitu saja dengan Silvia.
Di sisi lain, James terbangun karena merasakan tempat di sampingnya kosong. Dia terkejut mendapati Silvia tidak berada di sampingnya. Pria itu langsung terbangun dengan cepat.
"Via! Kamu ada di kamar mandi? Apa yang kamu lakukan?" Dengan hari-hari, James melangkah menuju kamar mandi.
Namun, tidak ada jawaban dari Silvia. Dia mengelilingi seluruh ruangan, tetapi tidak ada tanda-tanda kehadiran Silvia. James melihat koper Silvia masih tergeletak di kamar. Kemungkinan perempuan itu pergi tidak ada.
Tiba-tiba, netranya tertuju pada nakas di samping tempat tidur. Silvia meninggalkan ATM, kartu kredit, dan beberapa benda penting yang diberikan oleh James. Seketika, kekhawatiran menyelusup ke jiwanya. Dia yakin Silvia telah pergi tanpa mengucapkan apa pun padanya.
James ingat ketika mereka melakukannya, Silvia terus mengatakan kalau dirinya kesakitan. Namun, James tidak menghentikan aktivitas panas mereka. Apakah terjadi sesuatu pada Silvia?
Segera dia menghubungi ponsel Silvia, tetapi ponselnya ditinggalkan oleh perempuan itu. "Di mana kamu, Silvia?" ujar James dengan khawatir.
***
Bersambung.
Terima kasih telah membaca. ❤️