NovelToon NovelToon
Nama Yang Salah Kulangitkan

Nama Yang Salah Kulangitkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dosen / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Ibnu Hanifan

Kisah ini menggambarkan perjalanan cinta Alan Hamdalah, seorang pria sederhana dari Cilacap, dengan Salma, gadis yang telah menjadi bagian penting dalam hidupnya sejak masa SMA. Hubungan mereka yang penuh kenangan manis harus diuji oleh jarak, waktu, dan perbedaan latar belakang keluarga.
Setelah bertahun-tahun berjuang demi masa depan, Alan kembali ke Cilacap dengan harapan melamar Salma di hari wisudanya. Namun, takdir berkata lain. Alan mendapati Salma menerima lamaran pria lain, pilihan keluarganya, di momen yang seharusnya menjadi hari bahagia mereka. Cerita ini menyelami perasaan kehilangan, pengorbanan, dan penerimaan. Meski hatinya hancur, Alan belajar merelakan cinta yang telah lama diperjuangkan. Dengan hati yang penuh luka, ia mendoakan kebahagiaan Salma, meskipun ia sendiri harus menghadapi kenyataan pahit. Sebuah narasi tentang cinta yang tak selalu berakhir bahagia, namun sarat makna kehidupan.
Setelah pertemuannya dengan Salma berakhir tragis, Alan mencoba untuk melanju

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibnu Hanifan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Luka Yang Tak Terungkap

 Malam itu, aku pulang dalam keadaan babak belur. Setiap langkah terasa seperti beban berat yang harus kutahan. Pikiranku masih kacau oleh apa yang terjadi beberapa jam lalu. Rasa sakit di tubuhku mungkin belum seberapa dibandingkan rasa malu karena masalah ini sebenarnya tidak ada hubungannya denganku. 

Saat aku membuka pintu rumah, ibu langsung muncul dari ruang tengah dengan wajah panik. 

"Ya Allah, Alan! Kamu kenapa ini?!" serunya, melihat bekas luka di pipi dan memar di sudut bibirku.  

Aku menghela napas, mencoba terlihat tenang meskipun jelas tidak berhasil. "Nggak apa-apa, Bu. Tadi cuma apes aja di jalan."  

"Apes gimana maksudnya? Kamu jatuh dari motor? Atau..."  

Aku tahu ibu tidak akan berhenti bertanya kalau aku tidak memberinya jawaban yang meyakinkan. "Kena begal, Bu," jawabku akhirnya, dengan nada lelah.  

Ibu menutup mulutnya dengan tangan, terlihat semakin khawatir. "Astaghfirullah! Kenapa nggak bilang ibu dari tadi? Sini, biar ibu obatin!" Ia langsung bergegas menuju lemari untuk mengambil peralatan P3K.  

Aku buru-buru menghentikannya. "Nggak usah, Bu. Serius, ini udah diobati."  

Ibu berhenti di tempatnya, menatapku penuh curiga. "Udah diobati siapa? Teman kamu? Kamu beneran nggak kenapa-kenapa?"  

"Iya, Bu. Udah diobati sama teman," jawabku cepat. Aku tidak mau menyebut nama Monika, karena itu hanya akan memunculkan lebih banyak pertanyaan yang tidak ingin kujawab.  

Ibu masih menatapku dengan penuh kekhawatiran, tapi akhirnya menghela napas panjang. "Kamu itu, ya... Hati-hati dong kalau di jalan. Kalau ada apa-apa, bilang sama ibu. Jangan diem aja kayak gini."  

Aku hanya bisa mengangguk. Rasa bersalah mulai merayap di hatiku, tapi aku tahu aku tidak bisa menceritakan kebenarannya. Malam itu aku masuk ke kamar dengan pikiran yang masih berat, mencoba melupakan semua yang terjadi.  

Beberapa Hari Kemudian 

Setelah beberapa hari absen dari kampus untuk memulihkan diri, akhirnya aku memutuskan untuk kembali. Bekas luka di wajahku memang sudah tidak separah sebelumnya, tapi lebam di sudut pipi dan di bawah mataku masih cukup terlihat.  

Begitu aku masuk ke kelas, Dinda langsung menghampiriku dengan wajah serius. 

"Mas Alan! Kamu ke mana aja sih? Kok beberapa hari ini nggak keliatan?" tanyanya sambil menatap wajahku lekat-lekat. Tatapannya langsung terhenti pada bekas lebam di pipiku. "Itu... kamu kenapa? Jatuh? Berantem? Jangan bilang ini ulah orang kampus lain!"  

Aku mencoba tersenyum, meski rasanya sulit. "Nggak apa-apa, Din. Ini cuma..."  

"Cuma apa? Jangan bohong sama aku!" potong Dinda dengan nada penuh kekhawatiran.  

Sebelum aku sempat menjawab, tiba-tiba Monika muncul dari arah pintu kelas. Dengan langkah santai dan wajah dinginnya yang khas, dia mendekat ke arahku. Tanpa basa-basi, dia meletakkan sebuah kotak makan di mejaku. 

"Nih. Makan. Jangan lupa buang sampahnya kalau udah selesai," katanya dengan nada datar, lalu langsung berbalik pergi tanpa menunggu responsku.  

Aku hanya bisa terdiam, bingung dengan sikapnya yang tiba-tiba seperti itu. Dinda, di sisi lain, langsung menatapku dengan ekspresi terkejut sekaligus curiga.  

"Mas... apa-apaan itu? Kok Monika tiba-tiba ngasih kamu makan? Jangan-jangan ini ada hubungannya sama lebam-lebam kamu!"  

Aku menghela napas panjang, merasa semakin terpojok. "Nggak ada, Din. Serius, ini nggak ada hubungannya sama Monika."  

Dinda menatapku tajam, tidak percaya begitu saja. "Bener? Kalau nggak ada hubungannya, kenapa dia tiba-tiba perhatian sama kamu? Mas, kamu nggak pernah ngobrol sama dia sebelumnya, kan? Jangan bilang ini soal yang malam itu..."  

"Dinda," potongku cepat, mencoba menghentikan spekulasinya. "Dengerin aku. Ini beneran nggak ada hubungannya sama Monika. Jangan mikir yang aneh-aneh, ya?"  

Dinda mengerutkan dahi, terlihat ragu-ragu. "Kamu serius? Kalau aku tau ini ada apa-apa sama dia, aku nggak bakal tinggal diam, Mas."  

Aku hanya bisa tersenyum kecil, meskipun hatiku sedikit gelisah. "Percaya sama aku, Din. Ini nggak ada apa-apa."  

Dinda menghela napas, akhirnya menyerah. "Ya udah. Tapi kalau kamu butuh apa-apa, bilang, ya."  

Aku mengangguk pelan, merasa lega karena berhasil meredakan situasi. Tapi di dalam hati, aku tahu bahwa masalah ini jauh dari selesai. Monika, dengan sikap dinginnya, terus membuat pikiranku kacau. Dia jelas menyembunyikan sesuatu, dan entah bagaimana aku terlibat lebih dalam dalam hidupnya—membuatku harus menghadapi banyak hal yang tidak pernah aku duga sebelumnya.  

1
_senpai_kim
Terpancar perasaan cinta penulis terhadap ceritanya.
Phoenix Ikki
Bukan main bagusnya.
Ibnu Hanifan: terima kasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!