Kelahiran Gara menjadi pertanda karena bertepatan dengan kematian Hybrid yang telah membawa malapetaka besar untuk daratan barat selama berabad-abad. Pertanda itu semakin mengkhawatirkan pihak kerajaan ketika ia belum mendapatkan jati dirinya diusia 7 tahun. Mendengar kabar itu, pemerintah INTI langsung turun tangan dan mengirimkan Pasukan 13 untuk membawanya ke Negeri Nitmedden. Namun Raja Charles menitahkan untuk tidak membawa Gara dan menjamin akan keselamatan bangsa Supernatural. Gara mengasingkan diri ke Akademi Negeri Danveurn di wilayah Astbourne untuk memulai pencarian jati dirinya.
Akankah Gara mendapatkan jati dirinya? Bagaimana kehidupan asramanya di Akademi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cutdiann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 33: ROBERT AND THE 13TH SOLDIERS.
...AUTHOR POV...
"Kau akan baik-baik saja..."
Lucier memukul-mukul punggung Gara dengan pelan, mencoba membuat laki-laki berusia 8 tahun itu lebih tenang. Tapi batuknya benar-benar mengganggu Gara.
Lucier menceritakan, saat mereka tiba, Gara masih setengah sadar. Ia tidak bisa berjalan dengan benar. Dan sampai sekarang, ia terus terbatuk-batuk. Mulutnya mengeluarkan sedikit darah, entah karna batuknya, atau perasaan tadi saat teleportasi. Namun, Gara mulai mengendalikan diri, dan berhenti terbatuk.
"Minumlah, ini air putih" Lucier memberikan segelas air pada Gara. Ia meminumnya begitu saja.
"Terimakasih, tunggu- kita di mana?" Tanya Gara saat sadar ia berada di dalam sebuah ruangan yang sangat tidak familiar baginya. Bahkan Gara sedang ada di atas kasur. Ruangan itu di dominasi dengan warna-warna gelap, hingga mata Gara melihat ke luar jendela kaca besar di sana, tidak ada sesuatu yang tenang dari pemandangan luar.
"Ini ruanganku, kita di kerajaan Damouncless" ucap Lucier sambil menitahkan pelayan-pelayan yang ada untuk keluar.
"Apa itu tidak masalah?"
Mengingat Gara sedang dibicarakan banyak orang, bahkan Raja dari kerajaan Damouncless adalah Raja tertinggi. Gara berpikir berarti beliau termasuk orang penting di INTI.
"Tentu saja, anggap ini sebagai kamarmu sendiri" kata Lucier.
Lucier tidak seperti yang Gara kira sebelumnya, dia tidak seperti Xavier, sangat jauh berbeda. Kepribadian Lucier sangat menyenangkan. Xavier punya sifat yang lebih tegas, dia selalu serius, meski emosional. Namun Lucier, pada dasarnya dia lebih ke pemalu, Gara berpikir mungkin itu sebabnya dia tidak banyak bicara pada banyak orang saat berkumpul kemarin.
Tiba-tiba pintu terbuka, hal itu sungguh mengagetkan Gara. Di sana masuklah seorang wanita dengan perut sedikit besar. Dia memakai mahkota di atas kepalanya. Rambut panjangnya dikepang ke depan. Ada beberapa pelayan di belakangnya, sedang membawa troli makanan.
"Apa kau sudah merasa lebih baik?" Tanyanya ketika sampai di depan Gada.
"Itu ibu kami" bisik Lucier.
"Ah, Yang Mulia Ratu" Gara langsung menundukkan kepalanya dengan cepat.
"Hahaha, tidak perlu seperti itu. Jangan menggerakkan kepalamu dengan cepat, kau bisa pusing lagi" ia menghampiri Gara dan mengangkat kepalanya agar tidak menunduk. Tangannya diletakkan di belakang kepala Gara, dan yang satunya memeriksa suhu dikening dan pipinya.
"Syukurlah, kau tidak demam."
Para pelayan itu langsung menyiapkan makanan. Mereka meletakkan sebuah meja kecil untuk makan di atas kasur, tepat di antara tubuh Gara, dan meletakkan makanan-makanan itu diatas meja.
"Lebih baik kau makan, atau tidak, kau akan pusing lagi" kata Ratu itu dengan lembut.
"Maafkan aku Yang Mulia Ratu, aku pasti sudah merepotkan."
"Tidak sama sekali, silahkan makan, kau pasti akan suka."
Gara mengangguk, dan mulai memakan makanan di depannya. Ratu lalu pergi, karna membiarkan Gara untuk istirahat setelah makan. Di ruangan itu hanya tinggal Gara, dan Lucier yang sedang membuka salah satu jendela kaca besar itu.
Dia berdiri di sana, menikmati udara segar dengan ekspresi yang berbeda. Lucier kembali ke kasur dan duduk di samping Gara.
"Hei, jangan katakan hal ini pada Xavier" ucapnya sambil mengajukan jari kelingkingnya.
Gara tersenyum melihat jarinya, "Iya" dan meraih jari kelingking Lucier dengan kelingkingnya.
"Aku merindukannya. Sangat merindukannya. Maukah kau menceritakan tentangnya selama ada di sana?" Lucier menatapku dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Seakan dia benar-benar berharap Gara akan menceritakan tentang Xavier.
"Aku akan menceritakannya, padamu."
...════════ ◖◍◗ ════════...
"Kau yakin dia tidak ada saat itu, Vale?" Tanya Pangeran Robert pada Vale.
"Aku sama sekali tidak mencium apa-apa, lagi pula aku tidak kenal betul aroma anak itu" balas Vale.
"Instingku mengatakan kalau dia diasingkan dibawah perlindungan Dandelion Chairoz. Dia pasti ada di sana, ayo!"
Setengah Pasukan-13 INTI yang dikerahkan bersama Robert Guardo bergerak menuju Akademi. Robert sendiri yang menjumpai Vale untuk ikut dalam tugas mereka. Pria itu memang mendukung INTI dalam penangkapan dan pengasingan Gara sejak lama, seperti beberapa anggota kerajaan Angkara yang lain. Lagipula, Robert memang terkenal patuh akan perkataan ayah angkatnya, Raja Nicholas Andromeda. Dalam semata-mata mendapatkan perhatian darinya, melebihi Damian sendiri.
Mereka semua mulai memelankan laju kuda mereka ketika sampai dicelah untuk masuk ke Akademi. Karena mereka merupakan bagian dari pemerintah, mereka dapat memasuki celah itu tanpa terganggu sedikitpun.
Setibanya di halaman delan Akademi, mereka di sambut oleh Neanderthald yang tau akan kedatangan mereka. Robert dan Vale langsung turun dari kuda-kuda mereka, bersama dengan pasukannya.
"Ah! Pangeran Robert, bagaimana perjalananmu ke sini?" Tanya Neanderthald yang menjabati tangan Robert.
"Semuanya baik."
Ia dan Pasukan-13 dipersilahkan untuk melangkah masuk ke dalam Akademi, hingga ke halaman tengah.
Mata Robert langsung bergerak mencari anak yang ia cari-cari. Namun ia tidak menemukan Gara di antara semua anak yang melaluinya.
"Aku ingin melihat anak-anak tahun pertama" ucap Robert.
Neanderthald yang tau akan keinginan Robert hanya mengangguk, "Kau sungguh peduli dengan anak-anak, Pangeran Robert?"
Robert mengangguk, "Kemarin Vale tiba dan anak-anak sedang ujian pertama mereka, jadi beruntung aku baru bisa ikut serta dalam sosialisasi ini untuk melihat mereka. Bukankah ujian itu sudah selesai?"
Neanderthald tersenyum mendengar kata sosialisasi dari mulut Robert, "Mereka menyelesaikannya dengan baik. Bolehkah saya antarakan ke tempat latihan mereka?"
Robert mengangguk sekali, "Dengan senang hati."
Mereka langsung berjalan menuju lapangan tanding, dan berakhir ke lapangan hutan tempat para Lycanthrope clan berlatih, namun saat ini tempat itu menjadi tempat kesukaan para clan lain.
Ketika sadar akan kehadiran pasukan itu, Selena langsung mengarahkan pandangannya pada mereka, diikuti oleh anak-anak lain.
"Orang itu mengenakan pakaian kerajaan Angkara, namun ia seorang Omega" bisik Chlea pada Jack.
"Dia punya aroma yang buruk dan terbilang kuat, namun bahkan Selena mempunyai aroma yang lebih menyenangkan" ucap Ardan sambil sesekali mencium aroma Selena yang ada di dekatnya.
"Dia adalah Pangeran Robert Guardo, anak angkat Raja Andromeda. Paman tiri Gara" jelas Edward dengan suara hampir berbisik.
Semua anak-anak berhenti melakukan aktivitas mereka. Keheningan tempat itu membuat Chairoz dan guru-guru lain yang sibuk melatih iktu berhenti dan melihat ke arah yang sama.
Dia pun berpura-pura terkejut atas kehadiran Robert, Vale Barbarian, beserta setengah pasukannya.
"Ah... Ada tamu dari luar" gumam Michael.
Robert lalu kembaki berjalan bersama gerombolannya. Dirinya dan Vale lalu menghampiri Chairoz dan guru-guru lain.
"Lama tidak bertemu, Chairoz" ucap Robert dengan tatapan tidak suka tertuju pada Chairoz.
"Benar juga. Kapan terakhir kali kita bertemu, Pangeran? Ah! Aku ingat, di malam Raja Andromeda memutuskan pergantian posisi pemimpin militer dan pemimpin pasukan Hunter. Hahaha, bagaimana aku bisa lupa disaat-saat kau terlihat bahagia" kata Chairoz.
Robert berdecak dan kembali menatap Chairoz, "Kau dan hidupmu yang menyedihkan.
Dandelion langsung mengeluarkan sedikit aura Alpha nya tepat didepan Roberto, "Kenapa kalian berhenti?! Lanjutkan latihan kalian!"
Murid-muridnya langsung berlarian seperti semut, kembali pada posisi masing-masing. Sementara Roberto yang terganggu dengan aura Chairoz, langsung membalikkan badannya hendak kembali ke Akademi.
"Andai dia bukan seorang pangeran..." gumam Chairoz melihat punggung Roberto.
"Sepertinya Pangeran Robert kesal karena kau tidak menyambut kedatangannya dengan baik" ucap Abraham.
"Menyambut yang seperti apa? Seperti mengumpulkan semua rakyat di depan matanya dan menaburkan buka di udara untuknya? Jangan bercanda" Chairoz langsung menyusul masuk ke dalam Akademi.
"Well, sekiranya seperti itu" sambung Abraham sambil berjalan mengikuti Chairoz . Guru-guru lain yang terganggu akan kehadiran mereka pun hanya menanggapi dengan wajah malas, lalu membuntuti dari belakang.
Kecuali Vale yang masih berdiri diposisinya. Mata elang itu memperhatikan anak-anak yang sedang berlatih. Dirinya sedang mencari keberadaan anak yang ia cari-cari. Sayangnya ia tidak menemukan satupun anak berwajah serupa dengan Gara.
"Tidak mungkin..." gumamnya lalu melangkah masuk ke dalam Akademi.
Robert dan Vale dipersilahkan untuk duduk di ruang kepala sekolah, sementara Pasukan-13 yang lain menunggu di halaman depan Akademi.
"Langsung ke intinya saja, untuk apa kau kemari?" Tanya Chairoz pada Robert.
"Hei, santailah sedikit. Aku hanya ingin menjemput keponakanku" ucapnya sambil bersandar pada sandaran sofa.
"Dia tidak ada di sini" balas Chairoz dengan cepat.
"Sudah kukatakan untuk lebih santai, tapi kau seakan ingin mengakhiri perbincangan ini dengan cepat, aku penasaran apa alasanmu."
"Kau dan basa-basimu" tanggap Samuel dengan wajah malasnya.
"Kakakku yang terhormat, yang kalian agung-agungkan, pahlawan perang dunia Supernatural pertama. Akan naik tahta. Jadi aku kemari hanya untuk menjemput keponakanku, dan juga ingin melihat-lihat aktivitas Akademi ini."
Ketika kalimat Robert berakhir, suara ledakan yang sedikit besar terdengar dari arah area latihan, lalu diikuti oleh suara tawa anak-anak. Luca sedang mencoba gemstone grafitasi, sayangnya karna dirinya tidak bisa mengendalikan gemstone itu dan ada alasan yang lebih spesifik, gemstone itu meledak menjadi kepingan-kepingan kecil. Suara ledakannya bahkan membuat Vale terkejut.
"Kukatakan sekali lagi, keponakanmu tidak ada di sini. Aku bahkan penasaran akan itu. Namun karna kau adik Damian, seharusnya kau tau soal itu lebih dulu" ucap Chairoz.
"Adik tiri, lebih tepatnya. Dia tidak pernah menganggap ku sebagai saudaranya" kata Robert dengan cepat.
"Dan juga satu hal. Vale, aku yakin kau paham akan perjanjian yang dibuat Damian, untuk menunggu Gara berusia 14 tahun agar diserahkan pada INTI. Kenapa sekarang kau seakan mengincarnya? Aku hanya ingin kau mengingat, bahwa perjanjian adalah suatu hal yang sakral dimata para Angel Teratas" jelas Chairoz sambil menatap penuh makna pada Vale.
Vale pun menghela napas, "Perjanjian memang terucap dan didengar secara langsung oleh penakhluk 7 lapisan langit. Namun pada dasarnya, INTI tidak menerima seluruh perjanjian itu. INTI memang akan membiarkan Gara tumbuh hingga umur 14 tahun, namun harus di bawah pengawasan INTI. Dan aku yang dikerahkan untuk hal itu. Lagipula, dengan Gara yang tidak diketahui keberadaannya saat ini, membuat INTI berpikir bahwa Pangeran Damian tidak bersungguh-sungguh atas perjanjian yang ia buat. Konsekuensi terbesar yang INTI temukan adalah, pengingkaran janji tersebut."
"Aku datang tidak untuk mencurigai siapapun, ini tugasku untuk kepentingan bersama. Aku hanya meminta kerjasama darimu, sebagai orang yang sangat dipercayai Pangeran Damian" sambung Vale.
Chairoz Terus menatap manik mata Vale beberapa saat. "Pisau yang selalu diasah, akan tajam pada akhirnya. Itu bisa lebih mudah melukai siapa saja. Kau hanya tidak tau apa yang sedang kau lakukan, Vale. Kau tidak tau."
Tatap menatap itu berakhir saat Robert tiba-tiba menoleh ke arah pintu euang kepala sekolah. Dia mengendus-endus udara yang mengganggunya. Matanya menatap kearah luar pintu, berharap siapa saja yang ia ketahui muncul.
"Guru!"