NovelToon NovelToon
Kabur Dari Obsesi Hans JANGAN LARI MONA!

Kabur Dari Obsesi Hans JANGAN LARI MONA!

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Cinta setelah menikah / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:59.4k
Nilai: 5
Nama Author: NURUL NUHANA.

DILARANG PLAGIASI! KARYA ORISINIL NURUL NUHANA.
Apa yang akan kalian lakukan jika menyadari kehidupan kalian dalam bahaya? Tentunya takut bukan?
Itulah yang saya alami, setelah secara tidak sengaja membantu membayarkan makanan seorang pria di sebuah Kafe. Sebuah kebaikan dan ketidaksengajaan yang membuat hidup saya masuk ke jurang kesengsaraan dan kriminalitas. Pria yang sempat saya tolong itu menjadi obsesi dan semua tindakannya untuk mendapatkan saya sudah sangat mengganggu ketenangan dan membahayakan.
Gilanya obsesi pria itu sampai memaksa saya untuk menikah dengannya. Saya yang ketakutan dan terancam, menerima pernikahan itu dengan terpaksa. Saya tetap saja tidak mencintai suami saya, walau perlakuannya seperti malaikat. Tapi suami saya juga bisa langsung berubah menjadi iblis jika saya memberontak.
"Kurang ajar! Kabur sejauh ini ternyata kamu ingin mengaborsi anak kita!" Hans membentak dan mencengkram dagu saya.
"Kamu tidak akan pernah bisa lari dari saya Mona!" ejeknya tertawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NURUL NUHANA., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MEMANTAU DAN MENJAGA.

Dari kejauhan, seorang pria sedang memantau seorang gadis dari dalam mobil miliknya. Mobil itu sedang menepi di jalan raya, tidak jauh dari kantor tempat Mona bekerja. Pria yang sedang memakai Hoodie hitam itu terlihat tenang dan terus menatap tajam ke arah Mona yang sedang membeli cilok bersama kedua temannya.

Hans Frierza, adalah nama pria itu. Hari ini Hans berniat menjemput Mona di tempat kerjanya, namun Hans mendengar Mona akan menginap di rumah Lisa dari alat penyadap yang diletakkan Hans secara diam-diam dalam telepon genggam milik Mona, tadi malam.

Di dalam mobil jenis sedan berwarna hitam miliknya, Hans menyunggingkan senyum melihat Mona yang tertawa riang dengan kedua temannya. Suara tawa Mona terdengar merdu dari speaker mobil yang di sambungkan Hans. Suara lembut Mona menggema di dalam mobil, membuat Hans terbuai dan tenang.

Hans mengurungkan niatnya untuk menemui Mona hari ini, karena Hans tahu, Mona sengaja menghindarinya. Hans tidak mau Mona selalu merasa ketakutan dengannya. Hans memberi waktu untuk Mona merasa bebas dari kejaran Hans, namun Hans akan tetap memantau dan menjaga Mona dari kejauhan. Itulah janji Hans dari lubuk hatinya.

"Kamu sangat manis Mona," puji Hans.

Hans melihat Mona sangat manis dengan rambut yang ia kucir satu tanpa poni, menampilkan lehernya yang mungil. Rambut hitam ikal Mona yang menambah dirinya terlihat imut. Ditambah Mona sedang memakan ciloknya dari ujung plastik, sambil berdiri dengan wajah polos, menunggu taxi online datang menjemput.

"Imut sekali ...." Hans tergelak saat melihat wajah Mona yang sedang mengunyah cilok dengan pipinya yang membulat.

Pipi Mona membulat di penuhi cilok, Mona tanpa jeda terus mengunyah cilok itu sampai habis. Terlihat ia sangat kelaparan, begitu juga kedua temannya. Mona tidak sadar sedang dipantau oleh Hans, yang Mona sadari hanya sebuah mobil yang sedang parkir di depan kantornya. Mona sama sekali tidak berpikir bahwa Hans yang sedang berada di dalamnya, untuk menjemputnya, dan berakhir hanya memantau.

Dari tempatnya berdiri, Mona sesekali melirik ke arah mobil sedan itu, tapi ia tidak berpikir negatif. Yang dipikirannya apakah mobil sedan hitam itu adalah taxi online yang mereka pesan.

"Eh, itu taxi online yang kita pesan bukan? Soalnya dari tadi sudah menunggu di situ," tanya Mona kepada kedua temannya.

Lisa melihat telepon genggamnya, dan menjawab,"Bukan, taxi kita masih dalam perjalanan. Mungkin itu mobil parkir, atau sedang menjemput karyawan lain."

Mona menangguk sebagai tanda setuju, dan mengalihkan pandangannya dari mobil milik Hans. Dan kembali fokus dengan ciloknya yang tinggal sedikit lagi, setelah habis, Mona langsung membuang bungkus plastiknya ke dalam tempat sampah di depan gerbang.

Mona merasa sedikit pedas dan haus, tapi Mona lupa membawa minum karena terburu-buru tadi pagi. Mona bertanya kepada Milu yang masih bergelut dengan ciloknya,"Milu, ada minum gak?"

Milu menggeleng dengan mulut penuhnya, dan menunjuk ke Lisa yang berada di samping kanannya. Mona langsung menanyai Lisa,"Lisa bawa minum?"

"Bawa," jawab Lisa.

Lisa membuka tas model samping dan mengeluarkan botol minum miliknya. Mona langsung menerima dan meminumnya, lalu memberikannya kembali kepada Lisa.

"Makasih ya," ucap Mona.

"Sama-sama," jawab Lisa dan kembali memasukkan botol minum miliknya ke dalam tas.

Sementara itu dari dalam mobil, Hans terus memperhatikan Mona sambil tersenyum manis. Hans merasa senang, Mona memiliki kedua teman yang baik. Suara merdu Mona terus berputar di speaker mobil, sehingga Hans tahu semua percakapan Mona dengan temannya.

Hans mengeluarkan telepon genggamnya dari saku celana, kemudian memotret Mona yang sedang berdiri sambil mengobrol dan tertawa. Semua potret yang diambil Hans menampilkan wajah polos Mona yang sangat manis.

"Gadis sederhana yang unik," puji Hans seraya memandangi foto Mona dari telepon genggamnya.

"Sebenarnya kamu biasa saja, tidak cantik. Kulit coklat khas negara tropis. Tubuh kecil dan pendek, rambut ikal. Ditambah ada mata panda yang menodai matamu. Tapi membuatmu terlihat imut, persis seperti panda yang sedang kelaparan, kurus kering." Hans tergelak sendiri, hingga suaranya menggema di dalam mobil. Sejujurnya Mona memang tidak cantik di mata Hans, hanya saja Hans penasaran dengan gadis yang menolongnya ini. Hans hanya berniat untuk menjaga Mona.

"Lama sekali taxi mereka datang!" Gerutu Hans kesal dan terus memantau Mona yang sedang melamun bersama ketiga temannya. Tak ada lagi obrolan diantara mereka bertiga, mulut mereka pun tak lagi mengunyah makanan.

Tak lama berselang sejak Hans menggerutu kesal, sebuah mobil putih berhenti tepat di depan mereka bertiga. Dari speaker Hans mendengar, gadis yang bernama Lisa sedang mengobrol dengan sopir.

"Taxi kami Pak?" tanya Lisa.

"Mbak Lisa?" sopir itu balik bertanya.

"Iya Pak," jawab Lisa.

"Ayo masuk," ajak Lisa kepada Mona dan Milu.

Mereka bertiga masuk ke dalam taxi. Hans terus memantau dari kejauhan, matanya seperti elang yang menatap tajam mangsanya. Hans mengatur jarak dan waktu, agar mereka tidak curiga sedang diikuti.

Hans menangkap nomor plat kendaraan taxi tersebut dan mengingatnya. Hans tersenyum remeh dan berucap pelan," B 0038 AAZ."

Tanpa basa-basi Hans langsung melajukan mobilnya, setelah memastikan taxi yang ditumpangi Mona tak terlihat di depan mata. Hans melaju dengan sedikit kencang, matanya terus memburu melihat semua plat mobil yang berada di jalanan. Tak butuh waktu lama Hans mengejar, taxi itu berada di depan Hans. Tiga mobil dari Hans di samping kanan, sedang menunggu lampu hijau, sama seperti Hans.

Hans terus menginjakan kakinya di pedal gas, dan sesekali memainkan pedalnya hingga suara knalpot sport miliknya terdengar cukup berisik dari luar. Tangan kirinya tetap bersiap di tuas persneling. Kedua matanya tak lengah sedikitpun dari taxi yang ditumpangi Mona. Namun bibirnya tetap menyunggingkan senyum. Hans merasa seperti sedang di arena balapan. Ia tak sabar untuk mengikuti Mona, sama seperti semalam, saat Mona pulang bersama temannya dari Kafe.

Lampu hijau telah menyala, menandakan kendaraan sudah boleh melanjutkan perjalanannya. Di persimpangan empat itu, taxi yang ditumpangi Mona melaju lurus. Hans terus mengikutinya dari belakang, tetapi sedikit memberikan jarak sekitar 10 meter. Jalanan sore itu sedikit lengang, dengan cahaya mentari menyinari tepat di depan mata. Sedikit membuat mata Hans silau karena cahaya jingganya yang terang.

"Jauh juga rumah si Lisa itu!" Kesal Hans, kedua alisnya tampak menyatu, bahkan bibirnya tak menyunggingkan senyum seperti tadi.

Jarak rumah Lisa memang cukup jauh dari kantor tempat mereka bekerja. Sekitar 50 Km, dan satu jam perjalanan jika tidak sedang macet seperti sekarang. Hans yang tadinya semangat, dan selalu tersenyum, sekarang berwajah murung dan kecut. Tangan kanannya bersandar di pintu mobil seraya bertopang dagu dengan punggung tangannya. Hans benar-benar merasa bosan, bahkan Hans tidak mendengar suara Mona. Sepertinya tidak ada obrolan diantara mereka bertiga, membuat Hans kehilangan gairah.

Tidak lama setelah dilanda kebosanan, Hans melihat taxi tersebut berbelok ke arah kiri pada persimpangan tiga. Hans sontak membuka matanya dan menyetir dengan kedua tangan. Matanya sedikit segar sekarang, setidaknya rasa bosannya hilang karena melihat ada pergerakan dari taxi, tidak lurus saja.

Hans terus mengikutinya, jalanan ini ternyata keluar dari jalan raya dan masuk ke jalanan biasa. Bahkan banyak jalanan berlubang, membuat semua kendaraan yang melintas harus mengurangi kecepatan kendaraan mereka, termasuk Hans. Sekitar 500 meter, taxi berbelok lagi ke kiri dan masuk ke sebuah gang. Hans terus mengikutinya, lama kelamaan jalanannya makin kecil, ramai pepohonan dan rumah penduduk.

"Ya ampun, rumahnya pelosok banget sih!" ucap Hans berdecak kesal.

"Untung jalanannya kering, kalau becek sudah pasti kotor mobil saya!" gumam Hans bernapas kasar.

Tak lama, taxi yang ditumpangi Mona beserta kedua temannya berhenti. Hans pun juga berhenti sekitar 50 meter di belakang mereka. Tak lama setelahnya terdengar suara Lisa keluar dari speaker mobil.

"Ini Pak uangnya, kembaliannya buat Bapak saja," ucap Lisa kepada sopir.

"Makasih banyak ya Mbak," seru sopir.

"Sama-sama Pak," terdengar suara Mona dan kedua temannya menjawab bersamaan.

"Ternyata rumahnya di daerah sini!" Batin Hans kesal. Lagi-lagi ia selalu merasa kesal jika tidak menyangkut Mona.

Tak lama dari itu, Mona langsung keluar dari mobil bersama kedua temannya. Saat keluar, Hans melihat Mona menatap kearahnya, Mona berdiri diam tanpa sepatah katapun.

"Mona ...," lirih Hans.

Namun sedetik kemudian, Milu langsung menyadarkan Mona dan mengajaknya untuk masuk. Mona terlihat sedikit tersentak saat Milu menegurnya.

"Mona, ayo masuk. Ngapain melamun?" tegur Milu seraya menepuk punggung kanan Mona.

"Eh? Iya, kecapekan soalnya," sahut Mona.

"Yaudah ayo masuk," ajak Lisa.

Setelah taxi melaju meninggalkan mereka bertiga, di bawah pagar bunga yang terlihat seperti perkampungan. Cahaya senja semakin menyengat menampilkan warna indahnya. Termasuk membuat Mona sedikit bercahaya di mata Hans.

"Ternyata kamu kecapekan Panda imut," kelakar Hans setelah mendengar ucapan Mona barusan.

Mereka bertiga menyeberang jalanan yang mulai sunyi itu. Ternyata rumah Lisa berada di seberangnya, Hans mengira rumah Lisa tepat berada di mana taxi berhenti. Ternyata perkiraannya salah. Setelah mereka bertiga terlihat sudah menghilang, Hans langsung melajukan mobilnya, dan berhenti tepat di depan rumah Lisa. Tepat di mana taxi tadi berhenti.

Terlihat pagar besi sekitar satu meter sebagai pintu masuk, dengan bunga teh-tehan sebagai pagar alaminya. Rumah Lisa terlihat sederhana dan hanya sepetak, namun halamannya terlihat asri dan teduh. Atap rumahnya mengarah ke samping kanan, jika di lihat dari posisi Hans. Tidak mengarah ke arah jalanan, terlihat berbeda dari rumah yang berada di sekitarnya, semuanya mengarah ke jalanan.

Tidak terlihat ada Mona di sana, sepertinya mereka bertiga sudah masuk ke dalam rumah tanpa keluar lagi. Rumahnya tampak sunyi dan tenang.

"Baik-baik di sana Panda imutku," ucap Hans, senyum manisnya kembali terukir indah.

"Saya pulang dulu, masih ada kerjaan yang harus saya kerjakan. Tapi saya akan terus memantau kamu," ucap Hans berpamitan seolah Mona mendengarnya.

Hans melajukan kembali mobilnya, entah dari mana mobil itu keluar, Hans terus lurus ke depan. Karena Hans sudah hafal jalanan di Jakarta ini.

1
NURUL NUHANA
Oh ya, sangat kejam.
Anonymous
Update Penulis tersayang/Sob/
NURUL NUHANA: Sudah Sayang Cinta/Determined//Sneer/
total 1 replies
Anonymous
Yey ... Hans datang/Whimper//Sneer/
NURUL NUHANA: Ih ... kok tahu?/CoolGuy/
total 1 replies
Anonymous
Hans?/Whimper/
NURUL NUHANA: Uh ... sampai terharu/Chuckle/
total 1 replies
Anonymous
Ya Allah Mona/Whimper/
Untung berhasil selamat.
Walau baju sudah compang-camping!
NURUL NUHANA: Iya bajunya koyak, hanya lengan bajunya yang masih tercantol/Cry/
total 1 replies
Anonymous
Kamu kayanya yang sawan Riko!!!
NURUL NUHANA: Hahaha Sabar ya
total 1 replies
Anonymous
Kejam ini si Riko!
Anonymous
Enggak, pasti Mona gak mati Penulis.
Anonymous
Bagus Mona! Lawan terus/Angry/
Tapi masa Mona mati?/Sob/
Anonymous
Ikut tegang, berasa capeknya/Facepalm/
Aini Nur
ditunggu kelanjutannya ...
NURUL NUHANA: Halo Sayang/Heart/
Penulis sudah mengupdate Bab baru ya/Sneer/
Terima kasih sudah membaca cerita Penulis dan tetap setia menunggu.
/Chuckle/
total 1 replies
NURUL NUHANA
TOLONG LIKE DAN KOMEN YA!
Anonymous
Oalah ... Hans ... Hans .../Drowsy/
Makanya jangan banyak tingkah Hans!
Masuk ICU kan jadinya/Drowsy/
NURUL NUHANA: Titisan monyet/Chuckle/
total 1 replies
Anonymous
Hayo ... siapa?
NURUL NUHANA: Gak tau/Proud/
total 1 replies
Anonymous
Ha/Gosh/ Riko?
Riko siapa ini?/Scream/
Anonymous
Sudah Penulis, saya selalu mendukung semua karya Penulis/Kiss/
NURUL NUHANA: Masya Allah. Terima Kasih/Wilt//Pray/
total 1 replies
Anonymous
Minum Antimo Milu/Joyful/
NURUL NUHANA: Sudah minum Antangin dia/Tongue/
total 1 replies
Anonymous
Em ... Riko anti patriarki ini/Whimper/
NURUL NUHANA: Idaman ya/Hey/
total 1 replies
Anonymous
Wah ... Masya Allah ...
Baru saya tinggal tiga jam sudah nambah saja nih popularitas dan likenya. Berkah ya Penulis ceritanya, semoga dapat gaji yang banyak. Aamiin.
Salam Dari Penggemar Setia/Kiss//Plusone//Good//Ok//Pray//Heart//Gift/
NURUL NUHANA: Alhamdulillah.
total 1 replies
Anonymous
Saya sudah mengerti kok sudut pandangnya sebelum Penulis kasih pengumuman hihihi
NURUL NUHANA: Bagus dong.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!