NovelToon NovelToon
Indigo X Zombie Apocalypse

Indigo X Zombie Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Zombie / Hari Kiamat / Hantu / Roh Supernatural / Penyelamat
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

Kisah tentang tiga anak indigo yang berjuang demi hidup mereka di dalam kiamat zombie yang tiba tiba melanda dunia. Mereka mengandalkan kemampuan indigo mereka dan para hantu yang melindungi mereka selama mereka bertahan di tempat mereka, sebuah rumah angker di tengah kota.

Tapi pada akhirnya mereka harus meninggalkan rumah angker mereka bersama para hantu yang ikut bersama mereka. Mereka berpetualang di dunia baru yang sudah berubah total dan menghadapi berbagai musuh, mulai dari arwah arwah penasaran gentayangan, zombie zombie yang siap menyantap mereka dan terakhir para penyintas jahat yang mereka temui.

Genre : horror, komedi, drama, survival, fiksi, misteri, petualangan.

Mohon tinggalkan jejak jika berkenan dan kalau suka mohon beri like, terima kasih sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23

Reno dan Dewi mengajak Ajeng masuk ke dalam tenda mereka, kemudian mereka duduk di depan Ajeng,

“Kenapa kesini mba Ajeng ?” tanya Dewi.

“Aku kesini mau mengucapkan terima kasih sama kalian dan membawakan buah untuk si kecil, tolong jangan mengalihkan perhatian ku, apa yang barusan kalian obrolkan,” ujar Ajeng.

Reno dan Dewi menjadi bingung bagaimana mereka harus menjelaskannya pada Ajeng, keduanya bergeser berdempetan,

“Gimana nih Wi ?” tanya Reno berbisik.

“Ga tau, lo coba jelasin dong,” jawab Dewi.

“Loh jelasinnya gimana ?” tanya Reno.

“Ya cari cara kek, apa kek,” jawab Dewi.

Tiba tiba wajah Budi berada di depan mereka, keduanya kembali saling menutup mulut mereka supaya tidak berteriak. Mereka melihat Budi yang tersenyum dan wajahnya seakan akan mengatakan kalau mereka harus menceritakannya pada Ajeng. Budi menoleh, dia menunjuk sebuah boneka beruang kecil berwarna coklat yang ada di dekat Dewi dan tersenyum, Dewi mengangkat bonekanya dan tangan Budi memegang bonekanya. “Gyuuup,” seluruh tubuh Budi terserap masuk ke dalam boneka melalui tangannya. Reno dan Dewi saling melihat satu sama lain, kemudian mereka menoleh melihat Ajeng yang sedang tertegun di depan mereka,

“Mba Ajeng, ada yang harus kita katakan sama mba Ajeng,” ujar Reno.

“Kita berdua mohon supaya mba Ajeng tabah dan kuat mendengarnya ya,” tambah Dewi.

“Apa sih, katakan saja, aku siap,” balas Ajeng.

Reno dan Dewi menarik nafas dalam dalam, kemudian mereka menjelaskan kepada Ajeng kalau Budi sebenarnya sudah meninggal di solo. Ajeng tersenyum dan menggelengkan kepala seakan akan tidak percaya dengan apa yang di katakan Reno dan Dewi, tapi setelah itu, “pluk,” boneka di tangan Dewi melompat turun dan berjalan mendekati Ajeng, tentu saja Ajeng yang melihatnya sangat kaget dan ketakutan sampai wajahnya menjadi pucat, tapi Reno mencoba menenangkan Ajeng, kemudian mengangkat bonekanya dan memberikannya ke tangan Ajeng.

Kedua tangan boneka itu terangkat seakan akan ingin memeluk Ajeng, tentu saja Ajeng menjadi semakin takut, tapi tiba tiba Ajeng terdiam karena boneka itu menepuk nepuk pipi Ajeng menggunakan tangannya,

“A..apa...ka..kamu bener mas Budi ?” tanya Ajeng tiba tiba.

Boneka itu menatap Ajeng dan mengangguk, kemudian dia menepuk nepuk lagi pipi Ajeng. Dewi yang melihat tepukannya menyadari kalau boneka itu berkomunikasi dengan Ajeng menggunakan kode morse,

“Aku duluan ya Jeng, kamu harus hidup sampai akhir, aku mencintai mu,” ujar Dewi membacakan kode nya.

“Huh...lo ngerti,” ujar Reno.

“Ngerti, kakek pernah ngajarin gue,” balas Dewi.

“Ma..mas Budi...ja..jangan tinggalin aku mas,” ujar Ajeng sambil memeluk bonekanya dan jatuh berlutut. Air mata Ajeng jatuh bercucuran dan dia terisak isak menangis di depan Reno dan Dewi.

Reno dan Dewi yang melihatnya bergandengan tangan karena mereka bisa merasakan sedihnya mba Ajeng dan mas Budi, tapi ketika mereka melihat boneka yang di peluk Ajeng, boneka itu menggelengkan kepalanya, tangannya kembali menepuk nepuk kepala Ajeng.

“Jeng, sopo sing mau ninggalin kamu, aku terus sama kamu kok, aku masuk ke boneka ini ya supaya bisa sama kamu dan ngomong sama kamu, aku belum selesai ngomong kamu udah meluk aku, piye toh,” ujar Dewi berbisik menterjemahkan untuk Reno.

“Oh gitu toh mas,” ujar Ajeng sambil membesihkan air matanya dan melihat wajah boneka yang melipat tangannya di dada.

“Jah, kaga jadi sedih dah gue,” ujar Reno berbisik kepada Dewi.

“Hus, diem napa,” balas Dewi sambil menyikut Reno di sebelahnya.

Ajeng kembali berdiri, kemudian dia bertanya kepada Budi yang berada di dalam boneka mengenai kondisi tempat dia bertugas dan kenapa Budi meninggal, ternyata jawaban Budi membuat Ajeng, Reno dan Dewi tercengang, bukan hanya solo tapi seluruh jawa tengah sudah tidak ada manusia satu pun, seluruhnya sudah menjadi zombie atau sudah jadi santapan para zombie. Ajeng, Reno dan Dewi terdiam tidak bisa berkata apa apa,

“Kita harus lapor ke pak Faizal ga nih mba ?” tanya Reno.

“Hmm...harus lapor, tapi ga mungkin aku bilang mas Budi ada di dalam boneka ini dan bicara padaku pakai kode morse, gimana ya bilangnya,” Ajeng terlihat berpikir.

“Kalau bilang pakai telepon aja ga bisa ya mba ?” tanya Dewi.

“Ga bisa, semua komunikasi terputus,” jawab Ajeng.

Tiba tiba, “pluk,” boneka yang ada di tangan Ajeng melompat turun, dengan lucunya dia berjalan mendekati ransel dan memanjat naik ke atasnya, dia membuka ranselnya dan seperti melihat barang barang di dalam, kemudian dia menoleh melihat Reno dan tangannya menunjuk ke dalam ransel, Reno berdiri dan berjalan ke ranselnya, dia melihat ke dalam, tangan boneka itu menunjuk sebuah radio portabel menggunakan baterai, Reno mengambilnya dan menoleh melihat boneka yang mengangguk. Reno kembali duduk membawa radionya, sang boneka meminta Reno meletakkannya di lantai. Boneka itu memegang radio, mendadak boneka itu jatuh dan “krsssssk,” radio itu menyala.

“Halo...halo...tes...tes,”

Reno, Dewi dan Ajeng langsung berdiri, karena mendengar suara dari dalam radio yang seharusnya sudah tidak ada siaran lagi.

“Kalian dengar ?” tanya Budi.

“Ma..mas Budi ?” tanya Ajeng.

“Ini aku Jeng,” jawab Budi.

“Mas, kalo masuk ke radio gimana aku peluk kamu mas,” ujar Ajeng.

“Kamu tuh piye, katanya mau ngomong sama komandan kamu untuk melaporkan situasi, lah ya gini caranya, aku pura pura jadi siaran radio,” ujar Budi.

“Oh...bener juga ya,” ujar Ajeng.

“Iya, tapi ya pakai radio mu, ini punya mereka,” balas Budi.

“Aku ngerti mas,” balas Ajeng.

“Tapi cuma bisa sebentar ya, ga bisa lama,” ujar Budi.

Tiba tiba terlihat sekelebat bayangan kembali masuk ke dalam boneka dan bonekanya bergerak kembali menghampiri Ajeng dan minta di gendong oleh Ajeng. Reno dan Dewi tertegun,

“Hmmm berarti kalau nyokap, bokap dan nenek gue masuk ke radio bisa ngomong dong ama gue ?” tanya Reno.

“Hmm bener juga, kakek juga bisa dong,” tambah Dewi.

Sang boneka yang sedang di gendong Ajeng melihat ke arah Reno dan Dewi yang terlihat berpikir, dia menggelengkan kepalanya dan menepuk nepuk lagi pipi Ajeng.

“Kata mas Budi, ga bisa karena sudah beda alam, dia baru meninggal jadi masih di alam manusia dan bisa melakukannya,” ujar Ajeng.

“Tapi mereka kan selalu nemenin di rumah,” ujar Reno.

“Kata mas Budi, ya itu sudah beda alam, walau terlihat tapi beda, karena alam gaib dan alam manusia hanya setipis kertas dan hanya orang orang khusus yang bisa melihatnya, seperti kalian, dia sendiri saja tidak tahu sampai kapan bisa berkomunikasi dengan aku dan berada di dalam boneka ini,” ujar Ajeng menterjemahkan arti tepukan di pipinya.

“Oh...gitu,” ujar Reno dan Dewi sedikit kecewa.

“Terima kasih ya Reno, Dewi, kalian sudah banyak menolong ku,” ujar Ajeng.

“Sama sama mba, tapi kok mba Ajeng ga kaget ngeliat semua ini ? awalnya aja takut tapi abis itu biasa lagi, kok bisa ?” tanya Dewi.

“Oh...mas Budi itu, sama kayak kalian, aku sudah kenyang ama hal hal aneh hehe,” jawab Ajeng.

“Oh pantes,” ujar Reno dan Dewi bersamaan.

“Um...bonekanya boleh buat aku ?” tanya Ajeng.

“Bawa aja mba,” jawab Reno.

Ajeng langsung senang, dia memeluk kembali bonekanya yang terlihat sesak karena di peluk Ajeng dengan erat. Setelah berpamitan, Ajeng pergi meninggalkan Reno dan Dewi untuk melaporkan semuanya kepada Faizal menggunakan metode yang di perlihatkan Budi.

1
Yulitasari Daniel
tetap sehat Thor agar bisa up terus
Fitri
jangan jangan pak yohan yang jahat
anggita
like👍☝iklan. moga novelnya lancar.
Mobs Jinsei: makasih kak dukungan nya /Pray/
total 1 replies
anggita
reno, dewi, podo" sama" 🤫
anggita
👋😡 pembukaan cerita marah nampar orang.
heyza. 617
bikin cerita kok setengah setengah buruan update
Mobs Jinsei: update tiap malam kak
total 1 replies
Aryanti endah
Luar biasa
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya kak /Pray/
total 1 replies
FJ
padahal aku dah berpikir, emang bisa dibuka?
Mobs Jinsei: Tembus kak
total 1 replies
adib
wah genre baru... makasih thoe
Mobs Jinsei: sama sama kak, semoga suka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!