Allea Hizka Zirah. Wanita polos nan lugu, telah bersepakat dengan pacar nya akan melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi. Segala sesuatu yang di butuhkan untuk melangsungkan acara sudah beres, hanya tinggal menunggu hari dan tanggal yang di tentukan.
Namun tak di sangka, mempelai pria tidak menghadiri acara pernikahan yang akan di langsungkan. Sontak hal itu mengundang riuh di acara yang di gelar dengan besar-besaran. Begitu juga dengan keluarga wanita yang menanggung malu.
Apa yang menjadi penyebab mempelai pria tidak hadir? Apakah adanya selisih paham? Apakah setelah kejadian yang menimpah Allea akan menimbulkan trauma yang mendalam? Atau malah sebaliknya?
Mari kita ikuti keseruan cerita ini yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keycapp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JIKA SUDAH TAKDIR APA BOLEH BUAT?
Jarum jam semakin berputar dengan cepat, sehingga Tito mendapat telfon dari bodyguard yang ia suruh tadi untuk menjemput calon suami putri nya.
" Ya, bagaimana?" Tanya Tito to the point.
" Beliau tidak ada di rumah nya tuan, saya sudah menanyakan tetangga nya. Namun tidak ada yang mengetahui keberadaan nya, satu pun. Tuan," beritahu bodyguard dengan nada tegas nan takut.
" Berita apa-apa an ini!" Bentak Tito kepada bodyguard nya.
" Maaf tuan,"
" Silahkan cari, SAMPAI KETEMU!" Bentak Tito yang sudah mulai terpancing emosi. Apa pria itu sudah mempermainkan nya, tidak tahu.
Sambungan telfon di putuskan oleh sepihak, siapa lagi kalau bukan Tito pelaku nya. Tidak mungkin kah bodyguard yang melakukan nya? Bisa-bisa jadi sate pulang nya bukan jadi manusia.
" Ada apa Dad? Kok Dadi marah?" Tanya Allea yang sudah mulai khawatir, apalagi mendengar interaksi Dadi nya melalui sambungan telfon tadinya.
" Tidak apa-apa nak, bersabar dan tenang lah. Sebentar lagi dia akan datang," berusaha menenangkan putri nya.
Jika segala ketakutan nya akan terjadi, rasanya ia tidak sanggup melihat putri nya akan marah, menangis, kecewa, bercampur aduk.
" Tidak usah menutup-nutupi nya, nanti nya juga putri mu akan tahu. Jangan membodohi cucu ku, beritahu lah yang sebenarnya." Oma Riana angkat bicara, membantah niat baik Tito untuk mengurangi kekhawatiran putri nya.
" Maksud Oma apa?" Bukan nya mulai tenang, Allea semakin bingung dengan kalimat yang Oma nya lampirkan.
" Sesuai dengan informasi yang bodyguard beritahukan, calon suami mu tidak di temukan di rumah nya. Bukan nya Oma menakut-nakuti mu, tapi supaya kamu tidak gampang di bodohi. Semoga saja kita mendapat kabar baik," beritahu Oma Riana dengan paten dan jelas, tanpa memiliki maksud lain. Namun harus membiasakan jujur di depan Allea, supaya tidak terlalu polos lagi. Selalu percaya hanya dengan ucapan.
" Oma bohong," elak Allea yang masih tidak percaya.
" Mamah," sedikit kecewa dengan mamah nya, Tito menggelengkan kepalanya. Melihat putrinya yang sudah siap akan menangis.
" Sudah-sudah, kita tunggu kabar baik nya. Meraka masih berusaha mencari, siapa tau Masih ada kesibukan nya." Mommy Queen menyalurkan pikiran positif nya kepada putri semata wayangnya.
" Aku kecewa sama Oma! Kalau Oma gak suka sama calon suami ku dan pilihan ku sendiri, mending Oma tidak usah hadir kalau hanya menakut-nakuti Lea. Oma tolong hargai keputusan Lea, yang jalani kehidupan Lea adalah Lea sendiri. Lea doesn't like the element of coercion!"
Seumur hidup Allea, rasanya baru kali ini ia berbicara dengan nada tinggi kepada Oma nya.
" Tidak apa-apa kamu kecewa kepada oma, yang penting Oma hanya memberikan yang terbaik untuk mu sayang. Oma keluar," pamit Oma Riana langsung pergi keluar dari kamar mewah milih Allea.
" Mommy Lea is worried," mati-matian Lea berusaha menahan air matanya supaya tidak jatuh membasahi wajah nya yang sudah di rias, takut jika calon suaminya tiba-tiba datang namun wajah macam setan.
" Stay calm sayang, Mommy and Dad ada untuk mu." Mommy Queen berusaha menenangkan.
Jarum jam semakin berputar dengan cepat, hingga tak terasa jam sudah menunjukkan angka pada pukul 04:45. Ya siapa yang tidak gelisah? Saya rasa tidak hanya gelisah saja, tapi sudah menangis meraung-raung.
Sebab acara tidak kunjung di mulai, para tamu undangan sudah riuh pikuk. Membicarakan akan hal yang terjadi, tidak mulai nya acara sedari tadi.
Sudah banyak omongan-omongan buruk tentang keluarga Darmawan, tentang kelangsungan acara yang tidak berjalan dengan lancar.
" Ada apa dengan keluarga terhormat ini? Apakah di tinggal nikah?"
" Itu lah jadi orang jangan terlalu polos, tau-tau nya di tinggal nikah." .
" Punya harta yang bergelimang juga, ternyata tidak menjamin hidup yang bahagia."
" Anak yang malang,"
"Makanya standar jangan terlalu rendah,"
Masih banyak lagi omongan-omongan yang tidak enak di dengar, namun keluarga Darmawan mengacuhkan itu semua. Hanya satu yang menjadi fokus mereka semua, yaitu adalah Allea seorang. Dimana Allea meraung-raung, merasa tidak yakin dengan hal yang terjadi hari ini. Tidak mungkin calon suaminya mengecewakan nya, sekalipun tidak pernah calon pacar nya mengecewakan nya selama meraka menjalin hubungan.
" Sudah lah, Jika sudah menjadi takdir apa boleh buat. Oma sudah bilang sedari awal, tapi kalian semua membantah ucapan Oma. Sekarang semua terjadi begitu saja," Oma Riana kembali memasuki kamar Allea, melihat kondisi cucu kesayangan nya seperti orang yang mengalami depresiasi berat.
" Oma kenapa selalu berbicara seperti itu? Aku tidak terima jika ini takdir Oma! Aku mencintai nya Oma, melebihi diri ku sendiri. Dia sudah aku anggap teman dan sahabat satu-satunya, aku mencintai nya Oma!" Allea membantah ucapan Oma nya, yang mengatakan kalau ini adalah takdir nya.
Keadaan semakin mencekam, begitu juga di outdoor yang menjadi tempat melangsungkan acaranya. Para tamu undangan sudah banyak yang bubar dengan perasaan yang kecewa, hanya beberapa saja yang tinggal. Itu pun hanya ibu-ibu yang memikirkan keluarga di rumah, ya memasukkan para makanan yang sudah di sediakan oleh koki untuk para tamu undangan.
" Arghhh...."
Brak.
Brak.
Brak.
Prang.
Prang.
Suara teriakan, dan benturan-benturan benda-benda yang mengenai lantai semakin keras dan beruntun. Ya, hanya Allea seorang diri yang ada di kamar ya, ia memaksa semua orang untuk meninggalkan nya di sana.
" Sayang kamu tidak akan membiarkan ku sendiri kan? kamu akan selalu di sisiku kan? Tidak pernah meninggalkan ku? Hahaha kamu orang baik, terimakasih sudah menjadi pacar ku yang sangat-sangat baik. Sebentar lagi kita akan menikah, makanya kamu datang cepetan. Kita akan tinggal di rumah mewah, kamu akan tinggal bersama ku selamanya." Itu adalah ucapan Allea di kamar, ucapan dengan dirinya sendiri. Sekarang keadaan nya sudah sangat memilukan, seperti orang yang depresi.
Mommy Queen yang berada di balik pintu, tidak tega melihat putri nya seperti ini. Begitu juga dengan Dadi Tito.
" Kesalahan apa yang Dadi perbuat di waktu muda Dadi nak? Sehingga kamu menuai semua nya. Maafkan Dadi sayang, dengan seribu maaf dari Dadi. Dadi yakin kamu tidak akan memaafkan, tapi tolong jangan seperti ini sayang. Hati Dadi hancur melihat mu seperti ini." Batin Tito dengan air mata yang mulai bercucuran, mendengar suara tangisan putri nya.
Hingga suara tangisan mulai reda, Dadi Tito dan Mommy Queen mulai masuk ke kamar perlahan-lahan. Serta kerabat lainnya yang ikut menyaksikan.
Melihat Allea tertidur dengan gaun yang masih setia ia gunakan, dan juga memeluk foto besar yang ia bingkai dulu. Foto nya dengan Deniro, sewaktu berada di Paris dulu.
Hati siapa yang tidak sakit melihat putrinya mengalami keadaan yang sangat memilukan seperti ini, siapapun tidak akan sanggup menyaksikan nya.
Dengan inisiatif untuk menggantikan pakaian putrinya supaya lebih santai dan tenang, mommy Queen terkejut dengan Allea yang langsung terbangun.
" Jangan lepas gaun nya, aku masih menunggu calon suami ku. Aku hanya akan menikah dengan nya, kalian jangan jahat harus menunggu kedatangan nya dengan baik!" Bentak Allea yang melihat baju nya akan di tanggalkan.
Mommy Queen selalu saja menangis dan menangis melihat putrinya yang malang.
...****************...
Hay Hay Hay... aku kembali update.