NovelToon NovelToon
Stuck On You

Stuck On You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: _Sri.R06

Kehidupan Agnia pada awalnya dipenuhi rasa bahagia. Kasih sayang dari keluarga angkatnya begitu melimpah. Sampai akhirnya dia tahu, jika selama ini kasih sayang yang ia dapatkan hanya sebuah kepalsuan.

Kejadian tidak terduga yang menorehkan luka berhasil membuatnya bertemu dengan dua hal yang membawa perubahan dalam hidupnya.

Kehadiran Abian yang ternyata berhasil membawa arti tersendiri dalam hati Agnia, hingga sosok Kaivan yang memiliki obsesi terhadapnya.

Ini bukan hanya tentang Agnia, tapi juga dua pria yang sama-sama terlibat dalam kisah hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _Sri.R06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sisi Lain Abian

“Dengar Tuan Arsenio, kita sudah membicarakan masalah ini sebelumnya, tapi aku tidak tidak akan menikah jika belum menemukan seseorang yang tepat.” Itu suara Abian, dia tampak lelah dengan pembicaraan yang terus berulang ini. Lagi pula, dia masih cukup muda untuk menunda pernikahan.

Mereka sedang terlibat percakapan di balkon lantai tiga, awalnya sang Kakek meminta Abian untuk menemaninya meminum segelas kopi, namun siapa sangka, pembicaraan mereka akan sampai pada topik yang paling Abian hindari.

“Kakek juga tidak memaksa, hanya bertanya apa kamu sudah menemukan wanita itu. Jika belum, ya, sudah,” kata sang Kakek, penuh drama.

Abian menghela napas saat melihat kakeknya itu seperti tersinggung. Jadi, dia memilih untuk menahan diri. “Baiklah, Kek. Beri aku waktu lebih banyak, ya. Tidak mudah mencari seseorang yang bisa diajak untuk bersama seumur hidup. Abian akan segera membawanya ke hadapan Kakek kalau Abian sudah menemukannya,” kata Abian, memilih opsi paling mudah, meskipun dia tidak tahu kapan hal itu akan terjadi, tapi semoga saja kakeknya bisa mengerti.

“Hm, gunakan waktumu dengan baik, jangan terlalu sibuk dengan pekerjaan, kamu juga memiliki hak untuk mencari kebahagiaan.”

Memang bukan tanpa alasan Arsenio selalu meminta Abian mencari pasangan, atau terkadang dia akan meminta Abian untuk menerima perjodohan yang dia ajukan. Arsenio tahu, cucunya itu memang seperti tidak berniat untuk mencari pasangan, karena itu di selalu sibuk dengan urusan pekerjaan. Bahkan tidak memiliki waktu istirahat untuk dirinya sendiri.

Arsenio tahu, Abian masih terjebak di masa lalu, pada kenangan menyakitkan tentang seseorang yang begitu penting baginya. Bukan hanya untuk Abian, tapi bagi keluarga besar Bellamy.

Abian yang mendengar perkataan Arsenio sebelumnya jadi tertegun. Dia tahu kakeknya hanya khawatir, tapi Abian juga belum bisa menemukan alasan yang kuat untuk segera mencari pasangan.

Kemudian setelah beberapa saat, Abian termenung di bawah langit malam. Kini seorang diri, karena sang Kakek beberapa saat lalu telah pergi. Abian kembali menghela napas, memperhatikan bintang di langit yang bersinar dengan indah. Tatapan matanya kosong, memancarkan kesedihan di sana. Kemudian sudut bibirnya tertarik, sorot matanya tertuju pada salah satu bintang yang paling bersinar di langit.

“Apa Kakak juga akan memaksaku untuk segera menikah?” Kemudian kekehan kecil terdengar dari bibirnya.

***

Ini adalah hari rabu sore, dan Agnia baru saja pulang dari universitasnya. Dengan wajah lelah dan tubuh yang lunglai, Agnia mulai memasuki gerbang depan keluarga Bellamy. Dia baru saja membuka pintu utama saat sebuah bunyi keras terdengar, Agnia yakin itu adalah sesuatu yang terbuat dari kaca, dan baru saja pecah.

Agnia berjalan perlahan menyusuri ruangan pertama, hingga langkahnya berhenti sebelum tubuhnya memunculkan diri di ruang keluarga. Agnia dapat melihat beberapa orang berdiri di sana, dengan wajah tegang.

Baru saja dirinya ingin memutar tubuh dan mencari jalan lain untuk menuju kamarnya. Namun, saat pandangannya tanpa sengaja menemukan sosok Abian diantara mereka, perlahan langkahnya seolah tertahan. Di sana, Agnia juga melihat seorang wanita asing yang belum pernah dia lihat sebelumnya di rumah ini.

Meskipun otaknya terus saja berteriak untuk segera pergi dan tidak menguping pembicaraan keluarga itu. Namun hatinya merasa apa yang terjadi di sana berhubungan dengan Abian. Agnia merasa begitu penasaran. Ada rasa khawatir yang tersimpan jauh di lubuk hatinya saat itu. Karenanya, Agnia memutuskan untuk tetap diam di sana, sampai hatinya bisa tenang setelah memastikan semuanya sudah baik-baik saja. 

“Kamu tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh istri Saya?” Sebuah suara terdengar, itu berasal dari seorang pria dewasa yang Agnia kenali sebagai suami dari Eriana.

Sementara itu Agnia melihat Abian masih diam, sorot matanya tampak begitu dingin. Jemarinya sudah mengepal kuat, menyalurkan amarah yang nyaris membludak ke luar. 

Kemudian Eriana tersenyum meremehkan, menatap Abian dengan angkuh, dia sudah terlalu kesal pada Abian sehingga berani bersikap seperti ini. “Bukankah apa yang aku katakan benar, kamu pasti senang karena berhasil menjadi pewaris perusahaan utama, setelah membuat saudara lelakimu meninggal?”

Agnia merasa jantungnya berdegup kencang, informasi apa yang baru saja dia dapatkan ini? Jujur saja mendengar perkataan itu dari orang seperti Eriana, Agnia tidak bisa percaya begitu saja. Memang dia tidak mengetahui tentang sejarah keluarga Abian, namun melihat sikap Abian yang sangat baik, dia yakin Abian bukan orang yang akan melakukan apapun hanya untuk menjadi pemimpin perusahaan utama.

“Kak, kamu ini bicara apa? Semua itu kecelakaan. Kamu tidak bisa menyalahkan Abian atas apa yang telah terjadi, Abian sama sekali tidak bersalah.” Itu adalah suara Nora, Agnia dapat menghela napas lega setelah mengetahui masih ada orang yang membela Abian.

“Apa?! Kamu selalu saja ikut campur. Lagipula jika apa yang aku katakan itu tidak benar, seharusnya Abian mau mundur dari perusahaan dan menyerahkan kepemimpinan itu pada Syila!” kata Eriana.

Sejak dulu dia memang membenci Abian karena anak itu bisa mewarisi kepemimpinan perusahaan utama, sementara anaknya hanya ditugaskan di perusahaan cabang, itupun dengan jabatan yang tidak terlalu tinggi.

“Kalau begitu kenapa tidak membuat dia menjadi seseorang yang mampu untuk memimpin perusahaan. Bukankah Anda sendiri tahu, Kakek menilai setiap anak yang memiliki kemampuan terbaik dalam mengelola perusahaan. Dan Syila bukan salah satunya!” Abian mulai angkat suara, namun nada suaranya masih begitu tenang, meskipun itu terdengar begitu tajam bagi siapapun yang mendengar.

Kemudian Agnia dapat melihat Eriana dan suaminya bungkam, amarah dalam sorot matanya masih begitu berkobar. Sayang sekali saat itu tidak ada Arsenio ataupun Ibu Abian. Jika tidak, mereka pasti akan menjadi penengah dalam pertikaian ini.

“Abian, Tante, sudah. Jangan dilanjutkan lagi.” Kemudian suara wanita yang belum pernah Agnia lihat sebelumnya terdengar, dia tampak menggenggam jemari tangan Abian, yang saat itu langsung Abian tepis dengan gerakan pelan.

Kemudian terdengar decihan malas dari Eriana, bahkan suaminya juga tampaknya memilih diam.

“Lagipula, kenapa jadi membahas itu, sebelumnya … Tante, kan sedang membicarakan orang baru itu, seharusnya tidak perlu sampai menyinggung yang terjadi di masa lalu.” Wanita itu kembali berbicara, kini membuat raut wajah Abian kembali mengeras.

Sementara itu Agnia tertegun, dia begitu sadar siapa yang sedang mereka bicarakan. Apa semua ini berawal dari dirinya? Agnia kini merasa bersalah pada Abian.

“Tidak ada yang perlu dibicarakan, kedatangan Agnia ke rumah ini bukan sesuatu yang harus kalian pikirkan. Dia adalah orang yang aku bawa, dia juga tidak akan menyulitkan kalian. Jia tidak bisa melihatnya di rumah ini, kenapa tidak tutup saja mata kalian!” kata Abian begitu dingin, setelahnya dia bahkan pergi begitu saja dari tempat itu. Meninggalkan ruangan itu dalam keheningan.

“Anak itu memang selalu saja bersikap sombong dan kurang ajar!” desis Eriana, yang membuat Nora dan wanita asing itu menghela napas lelah karena menghadapi sikap Eriana yang tidak pernah berubah sedari dulu.

***

Senja telah merayap pergi, digantikan dengan warna kelam yang dihiasi kelip bintang. Bulan pucat telah menggantung di ketinggian, memberikan cahaya lembut sebagai penerangan.

Suasana begitu tenang, hanya ada tiupan lembut dari angin pada dedaunan. Di balik keindahan itu, seorang pria sedang merenung dengan helaan napas yang terdengar berat. Matanya menyoroti langit malam, namun tidak ada warna di sana, seolah dalam bayangannya, hanya asing dan rasa kesepian yang selalu merayapi rongga dadanya.

Di sisi lain, Agnia yang tidak bisa tidur kemudian bangun dari ranjangnya, ini sudah menunjukkan pukul 9 malam. Berjalan ke arah jendela, kemudian Agnia menatap langit indah malam itu. Ingatannya kembali pada beberapa jam lalu, dia merasa penasaran tentang kondisi Abian sekarang, apa dia baik-baik saja? Apa lelaki itu memang selalu mengalami kesulitannya sendiri selama ini?

Dia menghela napas, kembali memorinya memutar ingatan tentang beberapa saat lalu. Dia baru mengetahui dari berita di internet kalau ternyata orang tuanya sudah ditangkap, ternyata membutuhkan waktu cukup lama untuk semuanya terungkap. Agnia baru mengetahui jika ternyata bukan hanya dirinya saja yang menjadi target penjualan yang dilakukan orang tua angkatnya. Namun ada lebih banyak gadis-gadis lain diluar sana, yang bernasib sama seperti dirinya. Bukan hanya itu, ternyata orang tuanya juga menjadi penjual obat-obatan terlarang. Karena itu semua, jelas saja waktu mereka di jeruji besi akan semakin lama.

Agnia kemudian tanpa sengaja melihat ke arah pemandangan di bawahnya, lampu dari rumah-rumah di sekitar sana bersinar dengan indah. Kemudian tanpa sadar, pandangannya mengarah pada taman depan di halaman rumah Bellamy. Namun siapa sangka, dia justru menemukan seorang pria sedang duduk di bangku taman bertemankan sunyinya malam.

Dia tahu, itu adalah Abian. Namun entah karena apa, akhirnya Agnia memilih untuk menemui pria itu hanya untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja.

Dilihatnya punggung yang biasanya tegap itu kini tampak rapuh, bahu yang biasanya kokoh justru tampak meluruh seolah tanpa semangat.

Meski perlahan, akhirnya Agnia sampai tepat di belakang pria itu. Dapat dia lihat, raut lelah di wajah pria itu yang tersorot cahaya bulan tampak bersinar meski tanpa rona bahagia.

Sempat ragu, Agnia akhirnya memberanikan diri untuk bertanya lebih dulu. “Boleh aku duduk?” tanyanya, setelah berdiri di samping Abian.

Tidak ada riak di wajah Abian, tampak tenang, namun ada kesedihan yang tersembunyi.

Kemudian dapat Agnia lihat Abian mengangguk singkat, itu menjadi jawaban atas pertanyaannya tadi. Agnia lantas duduk di samping pria itu, dia tidak berbicara, tidak juga melihat ke arah pria yang duduk di sampingnya.

Mereka hanya saling diam berselimut sunyi, menatap pada langit yang indah di atas sana. Sama-sama terperangkap dalam angan masing-masing. Pada akhirnya, justru duduk bersama di bawah cahaya bulan, ditemani seseorang yang bahkan tanpa perlu mengeluarkan kata, nyatanya berhasil mengurangi sesak yang bersembunyi di relung hati yang terdalam.

***

Sudah beberapa hari sejak kejadian yang membawa serta Abian berlalu, namun Agnia memilih tidak bertanya tentang apa yang menjadi alasan pria itu merenung di bangku taman pada malam hari. Agnia tahu mungkin Abian lelah, dia membutuhkan waktu untuk rehat sejenak dari setiap masalah dan rasa sakit yang ia rasakan.

Sejak itu juga, Agnia sebenarnya cukup jarang melihat Abian, pria itu seolah berubah menjadi sosok pendiam. Mungkin dia menghabiskan waktunya untuk bekerja, jadi Agnia sendiri tidak terlalu ambil pusing.

Justru sekarang, dia lebih penasaran dengan nasibnya sendiri. Beberapa saat lalu, saat Agnia sedang menyiram tanaman di sore hari, seorang pelayan menghampirinya dan bilang jika nyonya Felicia ingin bertemu dengan Agnia.

Jadilah sekarang Agnia sudah duduk berhadapan dengan wanita itu di ruangan pribadi Felicia. Meskipun dia sedikit gugup, namun raut tenang yang diperlihatkan Agnia masih berada di wajahnya.

Sementara itu Felicia tampak tenang di sofa singlenya. Wanita itu menatap Agnia begitu lama, sesekali akan menyesap teh di cangkir yang sebelumnya disiapkan oleh pelayan.

“Jadi—” perkataan Felicia sengaja digantung, dia menatap Agnia sekali lagi sebelum melanjutkan perkataannya. “—ada hubungan apa kamu dengan anak Saya?”

Seolah dia baru saja mendengar gosip-gosip tidak berdasar pada fakta, Agnia berkedip dua kali untuk memastikan keterkejutannya. “Maaf?” Rasanya Agnia masih harus mendengar lebih jelas tentang maksud dari perkataan wanita itu.

“Apa kurang jelas? Atau pendengaranmu yang bermasalah?” tukas Felicia, tajam. Tatapan matanya seolah menusuk Agnia begitu tajam.

Namun Agnia hanya menghela napas, dia menegakkan punggungnya sebelum menatap Felicia sepenuhnya. “Maaf, Nyonya? Tapi tentang apa yang Anda katakan itu tidak benar. Saya tidak menyukai Abian begitupun sebaliknya. Kami tidak memiliki hubungan apapun. Kedatangan Saya ke sini juga tanpa niat yang buruk, Saya bisa menjamin itu. Setelah Saya mendapatkan tempat untuk Saya tinggal, Saya berjanji akan segera meninggalkan rumah Anda,” kata Agnia, berkata dengan tenang.

Kemudian Felicia terlihat memunculkan seringai di bibirnya, menatap Agnia dengan pandangan tidak suka. “Bagus jika kamu tahu diri,” katanya. “Rumah ini … sudah tidak bisa lagi menerima orang baru.”

Dengan itu, mereka akhirnya berpisah, Agnia sudah keluar dari ruangan Felicia dengan perasaan rumit. Setelah ini, Agnia berharap bisa segera mencari tempat tinggal yang layak untuk dia tinggali.

1
Jam Jam
ceritanya bagus ka, dilanjut ya kak. Semangaaat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!