Kisah tentang cinta yang terjebak dalam tubuh yang berbeda setiap malam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendy Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20: Langkah Baru Menuju Keyakinan
Seiring waktu, aku dan Arya terus berusaha memperbaiki hubungan kami. Setiap pertemuan, setiap percakapan, kami lakukan dengan lebih terbuka. Aku menyadari bahwa satu-satunya jalan untuk membangun kepercayaan adalah dengan saling berusaha—bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan nyata.
Beberapa minggu setelah percakapan terakhir kami, Arya membuat sebuah keputusan yang mengejutkan namun sangat berarti. Dia datang menemuiku dengan wajah serius dan mengatakan sesuatu yang mengubah cara pandangku terhadap hubungan kami.
“Aku sudah bicara dengan Rina,” katanya. “Aku memberitahunya bahwa aku ingin kita semua melanjutkan hidup tanpa ada yang merasa tergantung pada masa lalu. Aku harap dengan begitu, dia bisa melepaskan kenangan lama dan menghargai pilihan hidupku sekarang.”
Aku menatap Arya dengan terkejut. “Benarkah kamu sudah melakukan itu?”
Arya mengangguk dengan tegas. “Ya. Aku tidak ingin ada lagi alasan bagi siapa pun untuk meragukan cintaku padamu.”
Langkah yang Arya ambil itu memberiku kelegaan yang luar biasa. Meskipun aku tahu proses melepaskan masa lalu tidak pernah mudah, aku menghargai keberaniannya untuk mengambil tindakan demi kebaikan hubungan kami.
Setelah itu, aku merasa beban di hati ini mulai berkurang. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, aku merasa lebih bebas, seolah rantai yang selama ini mengikat pikiran dan hatiku akhirnya terlepas. Rina mungkin masih akan ada di kenangan masa lalu Arya, namun kini aku bisa lebih yakin bahwa tempatku di hatinya adalah masa kini dan masa depan.
***
Namun, ujian hubungan kami belum berakhir. Ternyata, tindakan Arya tak diterima baik oleh Rina. Beberapa hari kemudian, Rina mulai mengunggah foto-foto baru di media sosialnya, seolah mencoba menarik perhatian Arya. Ia mulai menulis tentang rasa sakit hati dan betapa sulitnya melupakan seseorang yang pernah begitu penting.
Aku berusaha untuk tidak memikirkannya, namun setiap kali melihat postingannya, hatiku tergelitik, teringat kembali pada perasaan tak nyaman yang dulu menghantuiku.
“Aku tidak tahu apa maksudnya, tapi aku merasa ini tak adil,” kataku pada Arya suatu hari.
Arya menatapku dengan penuh pengertian. “Aku tahu, dan aku minta maaf karena kamu harus melalui semua ini. Jika kamu merasa aku perlu melakukan sesuatu lagi, aku siap mendengarkanmu.”
Aku menggelengkan kepala. “Tidak, ini bukan tentang kamu atau apa yang kamu lakukan. Aku hanya perlu waktu untuk benar-benar meyakinkan diriku bahwa masa lalu tidak akan lagi menjadi penghalang di antara kita.”
Arya mendekat, menggenggam tanganku. “Aku akan selalu ada di sini, menunggumu sampai kamu benar-benar yakin.”
Sikapnya yang penuh pengertian membuatku sadar betapa besarnya rasa sayang Arya padaku. Dia rela melakukan apa pun agar aku merasa tenang, dan hal itu membuatku semakin mencintainya.
***
Hubungan kami mulai stabil kembali, dan kali ini aku mencoba memusatkan perhatian pada masa depan yang ingin kami bangun bersama. Kami mulai membuat rencana-rencana kecil tentang apa yang ingin kami lakukan, seperti liburan singkat bersama atau sekadar menghabiskan waktu di tempat-tempat yang menenangkan hati.
Pada suatu malam, Arya mengajakku makan malam di sebuah restoran yang romantis. Tempatnya sederhana, namun terasa istimewa karena kami bisa menikmati waktu berdua tanpa gangguan apa pun.
“Kamu ingat saat kita pertama kali bertemu?” Arya bertanya dengan senyum lebar.
Aku tertawa kecil. “Tentu saja. Kamu waktu itu sangat canggung, sampai-sampai aku pikir kamu tidak tertarik padaku sama sekali.”
Arya tertawa, mengakui hal itu. “Aku memang agak canggung saat pertama kali bertemu seseorang yang membuatku tertarik. Tapi sekarang, aku tidak pernah merasa salah telah mendekatimu.”
Kami berbincang tentang kenangan-kenangan indah yang kami alami bersama, seolah menghidupkan kembali perasaan awal saat cinta itu muncul. Setiap tawa, setiap cerita, membuatku semakin yakin bahwa hubungan ini adalah pilihan terbaik yang pernah aku buat.
Di akhir makan malam, Arya menggenggam tanganku dan menatap mataku dengan serius.
“Aku tahu ini mungkin terkesan cepat, tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat serius tentang masa depan kita. Aku ingin kamu menjadi bagian dari hidupku, tidak hanya sebagai kekasih, tetapi sebagai pendamping dalam setiap langkah yang akan kita ambil.”
Hatiku berdegup kencang, tidak menyangka Arya akan mengutarakan hal semacam itu. Kata-katanya membuatku merasa istimewa, namun juga ada perasaan takut yang perlahan merayap.
“Aku juga serius tentang hubungan kita, Arya,” jawabku. “Tapi kita juga tahu bahwa perjalanan ini tidak mudah. Kita telah melewati banyak hal, dan aku hanya ingin memastikan bahwa kita berdua siap menghadapi apa pun yang mungkin akan datang.”
Arya tersenyum, memahami ketakutanku. “Aku tahu, dan aku berjanji bahwa aku akan terus bersamamu, apa pun yang terjadi. Kita akan menghadapi segala tantangan bersama, dan aku yakin kita akan mampu bertahan.”
Aku tersenyum, merasa lega dan bahagia mendengar komitmen yang Arya utarakan. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, aku merasa bahwa masa depan kami benar-benar berada dalam jangkauan.
***
Sejak malam itu, hubungan kami semakin kuat. Kami berusaha menjalani hari-hari dengan penuh kebahagiaan, tanpa terus-menerus menengok ke belakang. Aku semakin yakin bahwa bersama Arya, aku bisa menemukan kebahagiaan yang selama ini kucari.
Namun, aku tahu bahwa setiap hubungan akan selalu diuji. Ada rasa takut di dalam diriku, namun aku juga percaya bahwa dengan komitmen dan cinta yang kuat, kami akan mampu menghadapinya.
Dan di sanalah aku berada—berdiri di samping Arya, memandang masa depan dengan harapan yang baru. Aku tahu bahwa kisah kami masih panjang, dan aku siap menjalani apa pun yang akan terjadi, selama Arya tetap di sisiku.