Laura dan Morgan telah menjalin hubungan sejak mereka duduk dibangku SMA. Bahkan, Morgan berjanji ketika dewasa kelak dirinya akan menikahi Laura. Namun nasib berkata lain, tiba-tiba saja Morgan dijodohkan oleh orang tuanya dengan wanita lain.
Bagaimana nasib Laura kedepannya? Yuk simak kisah mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muliyana setia reza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sembunyi
1 Bulan sudah Laura bekerja di Toko Buku Nusantara tersebut. Tepat hari Laura gajian dan ia mendapatkan jadwal untuk libur alias tidak bekerja.
Awalnya Laura bingung harus pergi kemana, karena sebelumnya ia selalu berada di kamar dan tidak pernah keluar. Sekalipun keluar toko, Laura biasanya hanya pergi ke warung terdekat.
“Kak Siti, boleh saya bertanya sesuatu?” tanya Laura kebingungan.
“Kamu pasti bingung mau pergi kemana, 'kan?” tanya Siti memastikan.
“Bagaimana Kak Siti bisa tahu?” tanya Laura penasaran.
“Karena kamu dari tadi hanya duduk sambil memandangi amplop gajianmu. Kenapa tidak kamu belikan sesuatu di mal atau toko pakaian semacamnya? Atau kamu tabung saja uangnya dan sesekali belilah minuman atau makanan di restoran. Intinya lakukan saja apa yang menurutmu ingin kamu lakukan, Laura. Aku perhatikan selama ini kamu hanya bekerja dan diam di kamar saja. Memangnya kamu tidak bosan?” tanya Siti.
Laura termenung sejenak memikirkan langkah apa yang harus ia ambil dengan uang gajian yang ia miliki.
“Sepertinya saya sudah tahu harus pergi kemana, Kak Siti. Terima kasih ya Kak atas masukannya,” ucap Laura seraya tersenyum lega.
Laura mengambil jaket hadiah dari Morgan dan memakainya. Kemudian, ia pamit pergi dan akan kembali dalam beberapa jam ke depan.
Sebelum pergi, Laura menanyakan kepada Siti barangkali ada sesuatu yang Siti inginkan dan Laura bersedia membelikannya untuk Siti. Siti menggelengkan kepalanya dan mengatakan kalau dirinya tidak ingin apapun.
“Kak, saya pergi dulu ya. Assalamu'alaikum!”
“Wa’alaikumsalam. Kamu hati-hati ya dan jangan lupa untuk pulang kesini lagi,” sahut Siti.
Laura mengiyakan seraya tertawa kecil mendengar candaan Siti padanya.
Laura memilih berjalan kaki, karena selain hemat dirinya bisa sekalian berolahraga. Hari itu Laura merasa sangat bahagia. Bisa mendapatkan pekerjaan, teman dan juga pengalaman hidup.
Saat tengah berjalan santai, Laura sekilas mendengar ada yang memanggil namanya. Laura mencoba menoleh ke arah sekitar, mencari siapa pemilik dari suara yang memanggil namanya itu.
“Astagfirullah,” ucap Laura ternyata yang memanggilnya adalah Ibu Ani, Ibu tirinya.
Laura tak ingin lagi kembali ke rumah itu dan tak ingin lagi mendapatkan siksaan dari Ibu tirinya. Sudah banyak pil pahit yang Laura telan bulat-bulat dan Laura tidak ingin merasakannya lagi.
“Laura! Tunggu! Jangan lari kamu ya!” Ibu Ani berusaha mengejar Laura dan akan memberikan pelajaran setimpal atas apa yang telah Laura perbuat.
Ibu Ani berjanji dalam hati akan menemukan Laura secepat mungkin. Bahkan, Ibu Ani bersumpah tidak akan membiarkan Laura meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
“Laura, pergi kemana kamu? Awas ya kamu. Sampai Ibu ketemu kamu, Ibu akan membuat kamu menyesal selamanya,” ucap Ibu Ani mengancam.
Laura rupanya mendengar ancaman Ibu Ani tersebut, karena dirinya bersembunyi dibalik tumpukan kardus yang ukurannya cukup besar.
Dalam persembunyiannya itu, Laura menahan tangis dengan tubuh gemetaran. Bahkan, untuk bernapas saja Laura sangat ketakutan. Ia takut Ibu Ani mengendus persembunyiannya dan memaksanya untuk kembali pulang ke rumah.
Cukup lama Laura bersembunyi, sampai akhirnya seorang anak kecil menghampiri Laura dengan rasa penasarannya anak kecil itu bertanya mengenai alasan Laura berada diantara tumpukan kardus tersebut.
“Kakak ngapain disitu? Kakak ketiduran ya di kardus?” tanya anak kecil itu dengan tatapan polos.
Laura tidak berani mengeluarkan sepatah katapun, ia menarik tangan anak kecil itu dan mengajaknya untuk ikut bersembunyi.
“Diam disini sebentar ya adik manis.” ucap Laura berbisik.
Anak kecil itu dengan patuh mengikuti ucapan Laura dan spontan menutup mulutnya dengan kedua tangan mungilnya.
Sekitar 15 menit lamanya, akhirnya Laura dan anak kecil itu keluar dari persembunyian mereka.
“Kakak kenapa?” tanyanya yang masih penasaran.
“Kakak harus sembunyikan dari orang jahat, Adik manis. Maaf ya karena Kakak mengajak kamu ikut bersembunyi. Sekarang kamu pulang ya, nanti orang tuamu khawatir,” ucap Laura.
Anak kecil yang manis itu sekali lagi patuh dengan ucapan Laura dan berlari kecil menjauhi Laura.
Sebenarnya Laura tidak salah karena telah pergi dari rumah itu. Namun, dirinya tetap harus bersembunyi dan berlari sejauh mungkin jika ia melihat Ibu Ani. Karena perlakuan Ibu Ani kepadanya, membuat seorang Laura trauma akan siksaan dan ucapan kasar Ibu tirinya itu.
Gadis yang baru berusia 17 tahun itu berharap bahwa hari itu adalah hari terakhir bagi dirinya bertemu dengan Ibu Ani. Sudah cukup derita dan ketakutan yang ia alami.
Laura kembali melanjutkan perjalanannya dan sesekali ia menoleh ke arah sekitar memastikan tidak ada Ibu Ani disekitarnya.
Langkah Laura akhirnya berhenti di sebuah toko emas. Laura telah membulatkan tekad untuk membeli emas setiap bulannya. Hal itu ia lakukan agar bisa menabung dan tidak akan menyia-yiakan hasil dari kerja kerasnya.
“Mau mencari apa, cantik?” tanya salah satu pelayan toko di toko emas tersebut.
“Kak, saya ada uang 1,5 juta. Kira-kira saya bisa mendapatkan cincin yang seperti apa?” tanya Laura.
Pelayan toko itu memperlihatkan beberapa cincin dengan nominal harga yang disebutkan oleh Laura dan tak butuh waktu lama bagi Laura memilih cincin yang menurutnya cocok di jarinya.
“Yang ini saja Kak,” ucap Laura.
Transaksi berhasil. Laura memutuskan untuk kembali ke toko buku karena sudah mendapatkan apa yang ia cari.
“Uangku tersisa 350 ribu. InsyaAllah cukup untuk sebulan ke depan,” ujar Laura bermonolog.
****
Laura akhirnya kembali dengan membawa beberapa cemilan yang sengaja ia beli untuk dirinya dan juga Siti di kamar.
“Assalamu'alaikum,” ucap Laura sambil meletakkan cemilan tersebut diatas meja.
“Wa'alaikumsalam. Jadi, apa yang kamu beli?” tanya Siti penasaran.
Dengan senyum berbinar-binar, Laura memperlihatkan cincin yang ia beli dan Siti saat itu juga memuji keputusan Laura yang memilih untuk berinvestasi dengan cara membeli emas.
“Keputusan yang bagus, Laura. Kamu hebat deh punya pemikiran untuk membeli emas. Dulu, ketika aku mendapatkan gaji pertama yang kupikirkan adalah membeli pakaian serta tas yang lagi Hits saat itu,” ungkap Siti.
“Saya ingin bisa menabung, Kak Siti. Saya sadar, saya tidak punya siapa-siapa lagi. Kalau tidak menabung dari sekarang, entah bagaimana lagi bagi saya untuk bisa melanjutkan hidup,” terang Laura.
Siti memeluk Laura untuk memberikan semangat dan mendo'akan agar Laura bisa semakin sabar dalam menghadapi segala cobaan hidup.
“Kamu semangat ya Laura! Kamu juga harus banyak sabar. Kalau aku diposisi kamu, mungkin aku tidak akan sekuat kamu,” ucap Siti.
Laura tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Saat itu juga ia menurunkan cemilan yang ia beli dari atas meja dan mempersilakan Siti untuk memakannya.
“Terima kasih Laura, kamu masih ingat aja kalau ada aku disini,” tutur Siti seraya mengambil salah satu cemilan yang ada dihadapannya.