Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janjimu Mana?
Sesampainya dirumah bu Kamila, barulah papih Al bilang kejadian yang sebenarnya. "PAPIH KENAPA ENGGAK BILANG HAH? ATHALA MASIH HIDUP KAN PIH?" Mamih Aleesya meraung dipelukan suaminya.
Atharya dan Ariana yang mendengar itu pun sama kagetnya "Kak Atha ya Allah, tolong selamatkan kakak hamba!" Ucap Ariana sembari menangis.
Zena jangan ditanya! Hatinya sangat-sangat hancur "Enggak pih, mas Atha tadi baik-baik aja. Ibu lihat kan bu? Mas Atha sehat wal'afiat bu." Zena juga tak kalah menjeritnya.
"Maafin kakak, salah kakak yang udah bawa dia kesana."
BUGH
Papih Al membogem Juna dengan keras. Bastian dan Evan reflek menolong Juna. "Cukup boss! Ini tidak akan menyelesaikan masalah, orang-orang kami sedang menuju lokasi. Juna juga sudah berusaha menjaga Athala selama ini." Ucap Bastian yang menahan papih Al.
Semua orang disana kaget melihat kemarahan papih Al. "CARI ANAKKU SAMPAI KETEMU!" Papih Al men ceng kram kerah baju Juna. "Baik boss, ini tanggung jawab saya!"
"Pih udah pih, kita harus segera menemukan Athala!" Mamih Aleesya pingsan dan membuat semuanya panik. Zalindra memanggil dokter untuk memeriksa mamih Aleesya. Begitupun Zena yang sudah lemas sekali, bu Kamila dan Ariana terus menemani Zena.
"Kak Athala lelaki yang kuat, pasti ketemu!"
"Mas Atha...kenapa kamu tega ninggalin aku." Zena terus saja menangis hingga mata dan wajahnya sembab. Atharya mengabari kakaknya Alana yang di Jakarta. Alana akan segera menyusul dengan Erlando.
Erlando juga menghubungi orang-orangnya di Surabaya untuk mencari Athala. Bahkan tebing itu sudah di pasang garis po li si. Kedua wanita yang sangat disayangi Athala, yaitu mamihnya dan istrinya masih menangis histeris.
"Mas janji enggak akan ninggalin aku? Kenapa pergi mas? Harusnya mas enggak pergi tadi." Zena terus histeris di pelukan ibunya. "Ya Allah nak, suami mu pasti ketemu nak, ingat juga kamu lagi hamil sayang." Bu Kamila juga tak kuasa melihat anaknya yang rapuh.
Zena terus mengigau, dia juga tak mau makan. Mamih Aleesya mencoba menguatkan Zena "Lihat mamih nak, kamu harus makan kasihan anak kamu."
Namun Zena terus menolak tak ada yang bisa membujuk Zena saat ini, hatinya hancur berkeping-keping. Suaranya sampai serak, wajahnya sudah seperti mayat hidup.
-
-
-
Papih Al, Juna, Evan dan Bastian datang ke lokasi untuk memantau tim sar juga orang-orangnya. Po li si juga sedang ikut membantu mencari Athala.
"Pencarian ini tidak bisa dalam waktu 1 hari, kami kesulitan karena tebing yang curam. Tim kami sedang mencari cara." Ucap ketua tim sar itu. "Lakukan yang terbaik, temukan anak saya dalam kondisi apapun!" Ucap papih Al.
Juna bersama anak buah Evan membantu mencarinya juga, dia merasa bersalah sekali tak bisa menolong bossnya. "Cari kemana lagi?" Juna tampak lemas, Bastian datang membawanya minum.
"Istirahat dulu Jun, hari udah sore mungkin pencarian diteruskan besok." Ucap Bastian "Iya om makasih, saya harus cari kemana lagi?" Jawab Juna. Bastian menepuk pundak Juna dan membawanya pergi dari sana.
Akhirnya magrib pun tiba, pencarian dihentikan karena hari sudah gelap. Masih ada waktu 6 hari lagi bagi tim sar. Mereka pun pulang ke rumah bu Kamila. Evan menyewa rumah kosong untuk beristirahat yang ada di dekat rumah bu Kamila.
"Kenapa enggak dilanjutin pih? Kasihan Athala pih, dia tidur dimana? Makannya gimana? Pasti Athala kedinginan pih hiks hiks hiks." Mamih Aleesya terus mendesak papih Al supaya mencari lagi anaknya.
"Enggak bisa mih, tebingnya curam kalau di cari malam hari, yang ada nambah korban. Besok sesudah subuh papih dan yang lainnya akan cari Athala. Kita berdoa aja mih, supaya Athala baik-baik saja." Papih Al memeluk istrinya dengan erat.
Zena yang mendengar itu hatinya mencelos. Dia memegang dadanya yang sangat sakit. Ariana merangkul Zena dan membawanya ke kamar. "Kakak istirahat, enggak baik buat kehamilan kakak. Kita tunggu kabar, semoga kak Atha juga cepat ditemukan." Ariana memeluk kakak iparnya itu dengan erat. Keduanya menangis bersama.
-
-
-
Tiga hari sudah Athala belum juga ditemukan, ini hari ke empat tim sar mencari lagi Athala. "Pak...pak kami menemukan ini." Ucap salah satu staff tim sar yang menemukan sepatu. Juna hapal sekali itu sepatu Athala.
"Itu-itu sepatu boss Athala, dimana kalian menemukannya?" Tanya Juna "Sebelah sana ayo, pakai ini hati-hati." bapak itu memberikan tali.
Papih Al dan yang lainnya baru datang, mereka baru mendapat kabar kalau Juna sudah menemukan Athala. Mereka pun segera menyusul. Tempat Athala jatuh ternyata sangatlah sulit di jangkau. Pantas saja tim tidak ketemu.
Keadaan Athala sangat memprihatinkan, kondisinya penuh luka di sekujur tubuhnya. Papih Al shock sekali dia memegang dadanya dan hampir tumbang, Evan memegangnya. "Astaga boss... lebih baik anda pulang biar kami yang urus." ucap Evan.
"Jenazahnya langsung dibawa kerumah sakit." ucap tim sar.
Papih Al yang mendengar kata *Jenazah* sangat murka sekali "Anakku masih hidup, Athala bangun ini papih." Papih Al berteriak dan men ceng kram baju Athala.
Evan terpaksa menyeret papih Al dari TKP karena kondisi papih Al yang tak memungkin kan. Keluarga sudah dikabari oleh po li si. Mereka semua menyusul ke rumah sakit.
-
-
SREK
Zena membuka gorden pembatas kasur, terlihat tubuh Athala yang terbujur kaku tak berdaya.
"MAS BANGUN MAS....MANA JANJI KAMU MAS MANA? KAMU JANJI AKAN HIDUP SAMA AKU SELAMANYA, TAPI KENAPA KAMU PERGI MAS NINGGALIN AKU?" Zena terus teriak histeris hingga beberapa perawat pun kewalahan memegang Zena.
Keluarga Athala jangan ditanya mereka sama-sama hancur apalagi mamih Aleesya "Athala bangun nak, jangan tinggalin mamih. Bangun sayang, hiks hiks hiks." Tubuh mamih Aleesya lemas sekali, sebagai ibu tentu saja dia sangat terpukul.
Bu Kamila dan Zalindra terus berusaha memegangi Zena yang ngamuk disana. Ketiga adik Athala juga sama hancurnya.
"Mas lihat aku. Buka matanya mas, kasihan anak kita mas. Bangun mas, aku mohon...jangan pergi secepat ini mas. Aku harus gimana biar mas bangun?"
Zena berlari memohon pada papih Al "Pih, cari dokter terbaik pih, Zena mohon sama papih, mas Atha bisa sembuh pih kita enggak boleh pasrah gitu aja, papih Zena mohon!" Zena memukul mukul tubuh papih Al.
Papih Al tak bergeming dia pun sama rapuhnya, apalagi melihat Zena yang sedang hamil. "Zena udah Zen, kita harus ikhlas!" Ucap Zalindra yang menarik Zena.
"AKU ENGGAK IKHLAS KAK! DIA MASIH HIDUP, SUAMI AKU MASIH HIDUP! APA YANG HARUS DI IKHLASKAN? APA? JAWAB!"
Zena kembali menggoyangkan tubuh suaminya, dia menciumi seluruh wajah suaminya. "Mas jangan jahilin aku, mas bangun...!"
TUT TUT TUT TUT TUT
"Dok, monitornya..." ucap perawat itu. Memang sewaktu Athala dibawa kerumah sakit, dokter berusaha memacu jantung Athala namun sama sekali tak ada detak jantung.
Bastian yang meminta para dokter untuk menyelamatkan Athala. Walaupun saat ditemukan, Athala sudah tak bernafas. Tapi Bastian yakin Athala masih punya kesempatan hidup. Hingga akhirnya keajaiban itu muncul hari ini.
Zena yang menyadari itu langsung melihatnya begitu pun seluruh keluarga mereka. "Alhamdulillah ya Allah, ini mukjizat dari Allah. Jantungnya kembali berdetak." Ucap dokter itu yang mengecek Athala.
Mamih Aleesya dan Zena memeluk Athala yang kembali hidup dari maut. "Alhamdulillah ya Allah."