NovelToon NovelToon
Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Duda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Heni Rita

Cinta Devan atau biasa di panggil Dev. begitu membekas di hati Lintang Ayu, seorang gadis yang sangat Dev benci sekaligus cinta.

hingga cinta itu masih terpatri di hari Lintang meski dirinya sudah di nikahi seorang duda kaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heni Rita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jatuh Cinta

Kembali dari toilet, baik Ayu dan Devan tak bicara satu patah katapun. Keduanya bungkam menyimpan rasa yang sulit di ungkapkan.

Hati Devan mendadak remuk setelah mendengar pengakuan Ayu mengenai perjodohan.

Bagai gayung tak bersambut, itulah yang di rasakan Devan saat ini. Cinta pupus sebelum terjalin.

Di sisi lain, Ayu menyimpan rasa sedih di hati. Bukan dirinya tidak mau membalas cinta Devan, tapi keadaanlah yang memaksanya untuk menyetujui perjodohan yang sama sekali tidak ia inginkan.

Herman sudah menceritakan semuanya, bahwa perjodohan ini terjadi semata mata karena Ayah dari Ayu ingin membalas budi pada kebaikan Herman yang dengan suka rela mau melunasi hutang ayahnya.

Herman sendiri sebenarnya tidak terpikir kalau Pak Sugeng menawari putrinya untuk di jodohkan dengannya.

Tapi setelah melihat paras jelita Ayu, di situ lah Herman merasa tertarik untuk mengenal Ayu lebih jauh, bahkan Herman memberi kebebasan pada Ayu jika memang dirinya menolak perjodohan ini.

Herman tidak mau memaksakan kehendaknya hanya karena desakkan kedua orang tua Ayu, yang ingin menjadikan putrinya untuk di jadi kan pendamping hidupnya.

Herman sadar diri, dia hanya seorang duda beranak satu. Tidak mungkin Ayu mau menjadi istrinya, tapi di luar dugaan. Ayu ternyata mau di nikahi olehnya sebagai bentuk rasa terima kasihnya pada Herman yang sudah membantu meringankan beban kedua orang tuanya.

Itulah mengapa Ayu memutuskan untuk tidak lagi mengenal Devan lebih jauh, sakit memang perasaannya. Memendam rasa cinta.

Setengah jam kemudian, filmpun berakhir. Ayu cepat berdiri dan langsung menggandeng lengan Herman.

"Ayo Pak!" Cepat Ayu pergi dengan terburu buru.

Devan menyeringai sinis melihat ulah menyebalkan Ayu.

"Dasar cewek munafik!" Rutuk Devan.

"Siapa A yang munafik?" Tegur Rani yang tidak sengaja mendengar perkataan sinis kakaknya.

"Bukan siapa- siapa! Ayo pulang! Nyesel Aa ikut nonton sama kamu Ran!" Omel Devan, melampiaskan kekesalannya pada Rani.

Mengabaikan Rani dan Windu, Devan seperti orang kesetanan berlari menembus kerumunan orang- orang yang menuju pintu keluar.

Sontak saja sikap Devan membuat Rani dan Windu heran.

"Kenapa tuh orang! Dasar syaraf!" Rutuk Rani sambil menuntun lengan Windu yang wajahnya bermuram durja.

****

Pulang dari bioskop, Devan membuka kemejanya lalu di lemparnya kemeja itu lantai.

Wajahnya sudah memerah karena terbakar api cemburu.

"Munafik!" Berkali kali Devan merutuk menumpahkan sakit di hatinya yang begitu menyesakkan dada.

Baru kali ini, Devan merasakan sakit yang teramat sakit, luka di kulit masih bisa di obati. Tapi luka di hati terasa nyeri.

Devan sendiri masih tidak paham, kenapa ia bisa sesakit ini.

Bukankan selama ini dirinya sering sesumbar bahwa mendapatkan wanita cantik lebih dari Ayu bukanlah sesuatu yang sulit?

Tapi malam itu, hatinya tidak bisa di bohongi. Kalau sebenarnya dirinya mulai jatuh cinta pada Ayu.

"Arghh! Apaan cinta!" Umpat Devan sambil menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.

Tok

Tok

Tok

"Dev! Udah pulang? Mana Rani? Bukankah tadi dia pergi sama kamu Nak!" Seru ibunya dari luar.

"Rani masih di jalan Mah! Dia pulang sama temannya!" Dengus Devan acuh.

"Ya sudah, kamu kenapa sih Dev? Nada bicaramu kaya lagi kesel gitu? Rani bikin ulah gak?" Tanya ibunya cemas.

"Gak Mah! Udah ah! Dev ngantuk mau tidur!"

Bu Hera mengelus dada mendengar jawaban ketus dari putra tersayangnya. Tidak biasanya Devan berkata sekasar itu. Tapi malam itu, perkataan putranya membuat hati seorang ibu sakit.

"Ya Allah ...ada apa dengan putraku? Pulang nonton jadi kasar gitu?"

****

Setelah mengantar Ayu pulang, Herman langsung pamit pulang pada Pak Sugeng dan Bu Salma.

Ayu langsung masuk ke kamar.

"Nak!" Bu Salma langsung menghampiri putrinya.

"Ya Bu." Ayu menjawab lesu.

"Kenapa Nak? Kamu kok kaya malas gitu?" Tanya Bu Salma sambil duduk di tepi ranjang, menatap punggung putrinya yang sedang duduk mematut di depan cermin.

"Gak apa- apa Bu. Ayu hanya capek saja," balas Ayu sambil membuka jepit di rambutnya lalu menyimpannya di atas meja riasnya.

Bu Salma mendekatinya sambil memegang kedua pundak putrinya dari belakang.

"Gimana Yu?" Tanya Bu Salma menatap pantulan wajah putrinya di cermin.

"Ayu setuju Bu," jawab Ayu datar tanpa ekspresi.

Bu Salma langsung membungkuk, melongokkan wajahnya ke samping.

"Benarkah?"

Ayu mengangguk putus asa.

Saat itu juga, Bu Salma langsung merangkul putrinya.

"Ibu bahagia Nak, akhirnya kamu mau menikah dengan Herman, ibu sangat senang Yu, Herman pria yang sangat baik, hidup kamu akan bahagia jika jadi istrinya. Alhamdulilah ..." Bu Salma menitikkan air mata.

"Maaf Bu. Tapi aku mencintai Devan..." batin Ayu.

"Satu bulan lagi kamu lulus, ayah dan ibu akan mempersiapkan semuanya. Sekarang kamu bobo ya?" Dengan lembut Bu Salma mengecup puncak kepala putrinya.

Ayu mengangguk patuh.

Bu Salma pun keluar dari kamar putrinya dengan wajah bahagia.

Tapi kebahagian ibunya adalah siksaan baginya.

Tak sedikitpun ada rasa cinta untuk Herman calon suaminya kelak, Ayu terpaksa menyetujui perjodohan ini demi menyenangkan hati kedua orang tuanya.

Masih duduk di depan cermin, air matanya jatuh membasahi kedua pipinya.

Rasa sakit karena memendam rasa cinta, membuat Ayu tersiksa.

Cinta memang sukar di tebak. Kita tidak tahu kapan dan bagaimana rasa cinta itu tumbuh. Kadang orang yang kita benci, justru pada orang itulah kita melabuhkan cinta.

Seperti itulah, cinta yang di rasakan Ayu saat ini. Tidak ada yang istimewa di dalam diri Devan, lelaki itu hanya mengumbar nafsu dan rayuan.

Apa yang bisa di harapkan dari lelaki bajingan seperti Devan?

Cinta Devan tidak ubahnya seperti karet. Kesana mau kesitu juga mau, yang ini di layani yang itu juga di layani. Lengket pada setiap perempuan, merayu sana sini. Bahkan Devan beberapa kali melayani wanita bersuami.

Seperti yang terjadi pada sahabatnya Sania.

Di depan matanya, Sania menyaksikan ibunya dan Devan sedang memadu cinta di kamar.

Hari itulah, awal pertama Ayu sangat membenci Devan.

Tapi setelah sekian hari mengenal Devan, entah mengapa lelaki bajingan itu seperti menghipnotis nya.

Akal sehat Ayumenggila. Devan mampu membuatnya jatuh cinta, cintanya pada Devan membuatnya hati Ayu merana.

"Sialan!" Ayu mengacak rambutnya sendiri menepis seraut wajah yang beberapa hari ini menggerogoti pikirannya.

Kharisma Devan memang tidak ada duanya, Tatapannya senyumannya, membuat jantung Ayu berdebar tak menentu.

"Aku benci kamu Dev!" Pekik Ayu yang hanya terdengar oleh dirinya sendiri.

Ayu lantas membuka semua pakaiannya menyisakan bra dan dalamannya saja.

Gadis belia yang sedang kasmaran itu, lalu merubuhkan tubuhnya di atas kasur empuk. Netra matanya menatap langit langit.

"Dev ...tolong menyingkir dari ingatanku!" Lirih Ayu, tak kuasa menahan sesak di dada.

Tubuhnya sudah miring ke samping kiri lalu berputar ke arah kanan, tapi tetap saja dirinya tak kuasa membuang asa yang berkecamuk dalam otak kecilnya.

Bayangan wajah Devan semakin menantangnya.

"Aku bisa gila!" Decak Ayu, kali ini ia tidur menelungkup membenamkan wajahnya di atas bantal.

Tubuhnya setengah bugil tak ia hiraukan, ia sangat merindukan Devan, ia ingin Devan selalu dekat dengannya, memeluknya lalu menciumnya melabuhkan lautan cintanya pada lelaki yang dulu ia benci.

Tapi Ayu tidak berdaya, ia harus tanam cinta itu sedalam mungkin di lubuk hatinya.

Devan lelaki yang tidak pantas untuk di cintai, hidup bersama Devan akan membuat batinnya sengsara, tapi batin Ayu tetap sengsara karena tidak berdaya untuk mengungkapkan rasa cintanya.

Yang di takuti Ayu kini terjadi, dirinya pernah sesumbar pada ibunya, lebih baik jadi perawan tua jika harus menikah dengan Devan. Benar kata orang tua dulu, jangan membenci seseorang berlebihan, bisa jadi orang itu justru yang akan jadi jodohmu kelak.

"Tidak!" Ayu terkesiap jika memikirkan ucapannya yang meluncur bebas tanpa beban kala itu.

Tapi, dirinya sangat menyayangi Devan ..

"Oh ya Tuhan ...cinta ini begitu menyiksa ..." batinnya.

"Dev ...aku memcintaimu ...aku mencintaimu ...aku mencintaimu ..."

Runtuh sudah rasa egonya, berulang ulang Ayu mengungkap rasa cintanya. Mau di sembunyikan sampai kapanpun. Ayu benar benar sudah jatuh cinta pada Devan.

****

Pagi- pagi sekali, Rani sudah bersiap hendak menuntut ilmu di sekolah.

Ibunya seperti biasa menyiapkan sarapan di atas meja.

"Ran, panggil sana kakakmu. Ini sudah jam setengah tujuh, nanti kesiangan masuk kerja!" Titah ibunya sambil menyimpan roti yang sudah di olesi selai di atas meja.

"Males! Bangunin saja sama Mamah!" Ketus Rani sambil menyeret kursi lalu duduk di depan meja makan.

"Kok gitu sih ngomongnya sama Mamah? Ada apa dengan anak Mamah, semalam Dev yang bertingkah aneh, sekarang kamu! Kalian bertengkar ya?" Tegur ibunya.

"Tanya saja sama Aa!" Jawab Rani asal.

"Ada apa sih Ran? Ceritain sama Mamah, ada apa dengan kalian berdua?" Tanya ibunya semakin penasaran.

"Gak tahu atuh Mah! Tanya aja si Aa! Rere juga kesel sama Aa. Aa sendiri yang maksa ikut Rani nonton, tapi sudah nonton. Si Aa malah marah- marah gak jelas! Bilangnya nyesel ikut nonton sama Rani! Menyebalkan!" Terang Rani sambil memasukan roti selai ke dalam mulutnya.

"Kok gitu? Kenapa Dev marah- marah? Pasti kamu bikin ulah ya di bioskop!"

"Tuh kan? Mamah suka asal tuduh saja, udah ah! Rani udah kesiangan!" Cebik Rani.

Gadis manis itu lalu pergi membawa sisa sepotong roti di tangan.

"Eh Ran! Hati- hati! Jangan ngebut ya?" Ibunya menasehati sambil berteriak.

"Rani udah pergi Mah?" Devan tiba- tiba muncul.

Ibunya langsung menoleh.

"Dev?"

Devanlantas duduk di kursi makan, wajahnya kusut, rambutnya acak acakan mirip Zombie yang keluar dari persembunyian.

"Ya Allah ...ya Tuhanku? Kamu itu kenapa Dev? Sana mandi! Nanti kesiangan!" Tegur ibunya kaget melihat penampilan kusut putranya.

"Dev cuti Mah tiga hari," jawab Devan singkat.

"Cuti?"

"Iya, Dev di beri tugas oleh Pak Bowo untuk menyelesaikan berkas kerjanya sampai hari Minggu. Hari Senin Dev masuk lagi," jelas Devan sambil garuk- garuk kepala. Seperti orang linglung tidak tahu arah pulang.

Sontak saja, tingkah aneh Devan membuat ibunya bingung.

"Kamu kenapa sih Dev? Ibu jadi cemas, barusan Rani! Sekarang kamu, katakan ada apa? Jangan ada yang di sembunyikan dari orang tua, pamali!" Tegur ibunya sambil duduk di sebelah Devan.

Devan lantas menoleh ke samping, dimana ibunya sedang menunggu jawaban darinya.

"Mah ...Dev boleh minta tolong gak?"

Kening ibunya bertaut.

"Minta tolong? Minta tolong apa Dev? Cepat katakan. Untuk putra ibu yang ganteng ini, Mamah akan selalu ada," ucap Ibunya sambil mencubit hidung bangir Devan.

Devan terdiam sejenak, sampai akhirnya Devan mengutarakan sesuatu yang membuat kedua biji mata ibunya ingin melompat keluar.

"Apa?!"

"Iya Mah ...tolong Dev Mah ..." Mata Devan berkaca.

"Ma- Mamah gak salah dengar Dev?" Ucap ibunya tergagap sambil mengerat dada.

"Katanya Mamah mau menantu!"

"Ya Allah ...Doniii ...Ayu putrinya Bu Salma?"

Devan mengangguk lemas.

"J-jadi kamu ma_" Bu Hera menjeda perkataannya. Entah mimpi apa semalam, Putra kesayangannya tiba- tiba memintanya untuk melamar gadis yang bernama Ayu Putri dari pasangan Bu Salma dan Pak Sugeng.

1
Abel_alone
tetap semangat 🌹🌹🌹🌹
Luna Sani: Terima kasih kak ..🙏😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!