Jihan yang polos dan baik hati perlu mengumpulkan uang dalam jumlah yang besar untuk membayar tagihan medis ibunya yang sakit parah. Terpaksa oleh situasi, dia menandatangani kontrak pernikahan dengan CEO perusahaan, Shaka. Mereka menjadi suami istri kontrak.
Menghadapi ibu mertua yang tulus dan ramah, Jihan merasa bersalah, sedangkan hubungannya dengan Shaka juga semakin asmara.
Disaat dia bingung harus bagaimana mempertahankan pernikahan palsu ini, mantan pacar yang membuat Shaka terluka tiba-tiba muncul...
Bagaimana kisah perjalanan Jihan selama menjalani pernikahan kontrak tersebut.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
"Butuh uang berapa.?" Tanya Shaka to the point. Pria itu memang tidak suka basa-basi, hanya buang-buang waktu saja. Sedangkan bagi Shaka, waktu sangat berarti. Waktu adalah uang, untuk seorang pengusaha sepertinya.
"200 juta Pak." Jawab Jihan cepat. Dia tidak akan menjelaskan untuk apa uang sebanyak itu, karna Shaka sudah tau ceritanya dari Diana.
"Kalau Pak Shaka tidak keberatan, saya mau pinjam sesuai nominal tersebut dengan sistem potong gaji." Terang Jihan. Wanita 25 tahun itu mengesampingkan ego, membuang rasa malu demi mendapat pinjaman untuk menyelamatkan nyawa orang tua yang masih tersisa satu-satunya.
"Saya kasih 500 juta, tapi kamu harus nikah sama saya." Tegas Shaka.
Jihan melongo di buatnya.
"Hah.?" Ucap Jihan spontan. Dia menatap wajah datar Shaka yang tanpa ekspresi. Jihan mengira dia salah dengar, karna tidak mungkin ada seorang CEO yang tiba-tiba mengajak staffnya untuk menikah. Jihan mungkin halusinasi, akibat wajah tampan Shaka yang mampu membuatnya terhipnotis. Alhasil pikirannya jadi kacau.
"Maaf Pak, maksudnya bagaimana ya.? Saya tidak paham." Tutur Jihan saat Shaka diam saja.
"Pendengaran kamu nggak bermasalah kan.? Saya ngajak kamu nikah." Ulang Shaka tanpa ekspresi seperti biasanya.
Jihan semakin kebingungan, sampai menggaruk kepalanya saking tidak paham dengan obrolan Shaka yang mengejutkan.
"Ck,, kenapa kelihatan bingung begitu.? Kamu nggak paham maksud saya.?" Nada bicara Shaka mulai ngegas. Walaupun pembawaannya tetap cuek dan santai.
Jihan menggeleng polos. Jujur, dia memang tidak paham. Dia menemui Shaka untuk minta pinjaman, tapi malah di ajak nikah. Mana tidak saling mengenal sebelumnya. Hanya beberapa kali pernah bertemu di dalam ruangan yang sama. ketika ada rapat di kantor.
"Oke, saya jelaskan lebih detail." Kata Shaka.
"Jadi begini,,,," Shaka mulai mengutarakan permasalahan yang sedang dia hadapi dan tujuannya mengajak Jihan menikah. Dengan dalih saling menguntungkan, Shaka membujuk Jihan supaya mau menerima tawarannya.
Diiming-imingi uang sebesar 500 juta dan di beri jaminan fasilitas serba ada selama menjadi istrinya, Shaka menawarkan pernikahan kontrak dengan Jihan selama 1 tahun. Hanya pernikahan di atas kertas untuk status di depan keluarga besar Shaka.
"Bagaimana.? Kamu setuju kan.?" Kata Shaka yakin. Sebab Jihan sedang dalam keadaan terdesak, dia butuh uang banyak dalam waktu singkat, Shaka sangat yakin kalau Jihan pasti mau menerima tawarannya.
Jihan terdiam beberapa saat, dia dilema. Antara menyelamatkan nyawa Mamanya dan mempermainkan pernikahan. Jelas Jihan sulit menentukan pilihan.
"Apa yang kamu pertimbangkan.? Menikah sama saya nggak akan rugi. 500 juta itu untuk kamu, bukan hutang. Kamu nggak perlu menggantinya walaupun kontrak pernikahan sudah selesai." Bujuk Shaka pantang menyerah. Kemampuan Shaka dalam mempromosikan diri tidak di ragukan lagi, dia biasa melakukannya ketika ingin menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar.
Jihan tambah bimbang. Secara logika memang benar apa yang dibilang oleh Shaka. Siapa yang tidak kenal Shaka, pewaris Samudra grup dengan total kekayaan ratusan triliun yang tidak akan habis 7 turunan, 7 tanjakan dan kelokan.
"Saya setuju Pak." Kata Jihan tanpa ragu. Setelah berperang dengan hati dan pikirannya, akhirnya Jihan mantap mengambil keputusan yang terbaik demi keselamatan orang tuanya.
Tentang masa depannya setelah menikah kontrak dengan Shaka, Jihan akan memikirkannya nanti. Yang penting Mamanya bisa segera di operasi.
"Tulis nomor rekeningmu." Shaka menyodorkan kertas dan pulpen pada Jihan.
"Uangnya akan saya kirimkan segera."
Jihan menerima kertas tersebut, dia membuka ponsel untuk menyalin nomor rekeningnya.
"Ini Pak,," Kertas itu dikembalikan pada Shaka.
Pria dengan setelan jas lengkap itu mengamati sekilas deretan angka pada kertas dan membaca nama lengkap Jihan yang tertera di sana.
Sekilas mereka berdua seperti sedang terlibat transaksi jual beli. Walaupun pada kenyataannya memang seperti itu.
"Sore setelah pulang kerja, temui saya disini. Ada surat perjanjian yang harus kamu tanda tangani." Kata Shaka dengan mata dan tangan yang fokus pada benda pipih ditangannya.
"Harus pakai surat perjanjian Pak.?" Tanya Jihan.
Shaka melirik sekilas, lalu kembali fokus dengan ponselnya. Jihan seharusnya sudah tau kalau hal semacam ini perlu surat perjanjian agar tidak ada yang melanggar peraturan dan menghindari kerugian.
"Tentu saja." Jawab Shaka santai.
Hening,,, Jihan tiba-tiba kembali dilema. Dia khawatir dengan isi surat perjanjian dari Shaka. Takut ada point yang tidak bisa dia sanggupi nantinya.
"Kamu berubah pikiran.?" Ujar Shaka seraya meletakkan ponsel mahalnya di atas meja. Karna Jihan bergeming setelah mengetahui ada surat perjanjian.
"Uangnya sudah saya kirim ke rekening kamu." Tuturnya lagi.
Tak lama, terdengar bunyi notifikasi di ponsel Jihan. Wanita itu buru-buru membuka ponselnya, seketika matanya membulat sempurna melihat deretan angka pada pesan notifikasi itu.
Uang sudah terlanjur masuk, Jihan membutuhkan uang itu dan dia tidak bisa mundur.
"Terimakasih banyak Pak Shaka." Ucap Jihan.
Shaka hanya mengangguk samar.
"Kamu bisa kembali ke mejamu, jangan berfikir untuk kabur setelah menerima uang itu. Kamu akan dapat masalah besar kalau sampai kabur." Walaupun ekspresinya datar, tapi nada bicara Shaka penuh ancaman.
Jihan mengangguk paham, tentu dia tidak akan berani main-main dengan pengusaha muda yang bisa melakukan apapun dengan kekayaan dan kekuasaannya.
...******...
Sampai di meja kerjanya, Jihan malah melamun.
Obrolan dengan Shaka beberapa menit lalu seperti mimpi. Niatnya cuma mau cari pinjaman, malah mau di jadikan istri kontrak.
Sempat merutuki kebodohannya karna menerima tawaran gila dari bosnya, tapi saat mengingat nominal uang di rekeningnya yang tiba-tiba menggendut, Jihan memilih pasrah. Karna nyawa Mamanya jauh lebih penting daripada masa depannya.
"Semoga keputusanku nggak salah." Lirih Jihan. Wanita muda itu lantas menyibukkan diri dengan menyelesaikan pekerjaannya agar pikirkan-pikiran aneh tidak muncul lagi dalam kepalanya.
Waktu terus berputar, tidak terasa sudah waktunya Jihan pulang. Beberapa rekannya sudah membereskan barang di meja kerja masing-masing dan bersiap untuk pulang. Tapi Jihan masih diam di tempat duduknya. Dia menunggu semua orang keluar dari ruangan, karna setelah ini Jihan harus pergi menemui Shaka di ruangannya.
"Belum siap-siap.?" Tanya Arda dari meja kerjanya yang berhadapan dengan Jihan, hanya di halang skat setinggi 50 cm dari atas meja.
"Kerjaanku belum selesai, tanggung sebentar lagi." Kata Jihan, lalu pura-pura sibuk dengan laptopnya.
"Mau di temenin.?" Tawar Arda seraya menatap wajah cantik Jihan yang alami.
Jihan menggeleng cepat.
"Nggak usah, Mas Arda duluan saja." Tolak Jihan halus.
"Santai saja, aku lagi free. Bosan kalau langsung pulang ke apartemen." Tuturnya.
Jihan tersenyum kikuk, dia kehabisan kata-kata untuk menolak tawaran Arda. Tidak mungkin juga kalau di usir paksa. Arda juga punya hak untuk tetap di ruangan itu.
Sejak mendengar kabar Arda putus dengan pacarnya, Jihan merasa Arda punya maksud tertentu karna akhir akhir ini sering mengajaknya bicara dan menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.