cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serigala yang Terluka.
Cin Hai menatap kearah kakak nya dengan cermat, "kakak mau kemana?" tanya nya.
"Kakak mau melihat lihat tebing itu , barangkali ada goa tempat kita bermalam!" ujar Jiang Bi.
Cin Hai kembali duduk sambil menenteng panah nya, siap di lepas kan kapan saja.
Sedangkan Jiang Bi melangkah kearah tebing batu, sekitar seratus langkah dari sisi telaga kecil itu.
Setelah berjalan menyusuri tebing batu itu, dan melihat dengan teliti, ternyata tidak jauh dari tepi telaga itu, ada sebuah goa cukup besar, namun berada di tengah tebing, kira kira lima depa dari dasar lembah.
Untung ada sebatang pohon kecil yang tumbuh menjulang di mulut goa itu, sehingga Jiang Bi bisa masuk ke dalam goa itu, setelah memanjat pohon tadi.
Setelah dengan susah payah memanjat pohon kecil tadi, akhirnya Jiang Bi dapat mencapai pintu goa itu.
Ternyata ruangan dalam goa itu cukup panjang dan luas, serta agak rata dasar nya.
Dengan menambahkan sebatang kayu lagi, Jiang Bi buru buru membuat tangga keatas.
Setelah selesai, barulah Jiang Bi mencari kayu bakar yang banyak, ditumpuk di bawah tangga itu.
Setelah merasa cukup, Jiang Bi segera kembali ketempat adik nya tadi yang sedang menunggu daging serigala asap.
"Kak!, kenapa sangat lama?" tanya nya saat melihat sang kakak kembali.
"Yaah nama nya saja nyari tempat yang kita belum tahu tempat nya ada apa tidak, jadi nya ya agak lama dik!" sahut Jiang Bi sambil duduk di samping sang adik.
"Dapat kah tempat kita tidur malam ini kak?" tanya Cin Hai.
"Ada, tempat nya bagus!, kita selesaikan daging asap ini dulu. baru kita ketempat itu!" ujar Jiang Bi sambil memungut daging dari atas apar apar tempat mengasapi daging.
Setelah beberapa kali mengganti daging asap diatas apar apar itu, akhirnya seluruh daging itupun selesai diasapi semua nya.
Jiang Bi mengumpulkan semua nya diatas kulit serigala tadi, lalu di pikul nya di bahu nya menuju kearah tangga naik ke mulut goa tadi.
"Adik cepat naik terlebih dahulu, bila sudah sampai atas, adik tarik akar rotan itu!" ujar Jiang Bi pada Cin Hai.
Cin Hai segera naik keatas menuju ke mulut goa lewat tangga yang sudah dibuat Jiang Bi tadi.
Setelah sampai di mulut goa, Cin Hai segera menarik tali rotan yang di ikat kakak nya di dahan pohon yang tumbuh di mulut goa itu.
Mula mula Jiang Bi mengikat kulit serigala tadi, lalu mengikat daging serigala yang sudah diasapi tadi sedikit demi sedikit, terakhir, mereka menaikan kayu kayu bakar ke atas goa.
Setelah semua nya naik keatas, Jiang Bi pun segera naik ke atas juga.
Di dalam goa itu, dia mulai membuat api untuk mengasapi daging serigala itu kembali.
"Adik, tunggu daging kita ya, kakak mau mandi ke telaga dulu" ujar Jiang Bi sambil turun lewat tangga yang dia buat tadi.
"Kakak mau kemana lagi?" tanya Cin Hai.
"Kakak mau mandi dulu, kau kan sudah mandi tadi!" jawab Jiang Bi sambil turun kebawah.
Dibawah, Jiang Bi terlebih dahulu mengumpulkan daun daun palm untuk alas mereka tidur nanti malam, lalu di ikat dengan tali rotan tadi.
Setelah itu, barulah dia mengumpulkan rebung rebung bambu hutan yang langsung dia ikat.
Hari menjelang sore, ketika Jiang Bi mandi di telaga.
Setelah selesai mandi, barulah Jiang Bi naik keatas menuju mulut goa.
Sesampai nya diatas, ditarik nya ikatan daun daun palm dan rebung tadi.
Setelah selesai menata daun palm untuk alas tidur mereka, Jiang Bi meletakan rebung rebung kecil yang dia bawa tadi keatas api.
menjelang senja hari, Jiang Bi dan Cin Hai makan daging serigala dan rebung bakar yang dibawa Jiang Bi tadi.
"Adik sudah kenyang?" tanya Jiang Bi pada sang adik yang nampak tersandar di dinding goa.
"Kenyang kak, kakak kalau belum lapar, makan lah kak!" sahut Cin Hai menatap kearah sang kakak dengan rasa yang iba.
Setelah menyelesaikan makan nya, Jiang Bi mengambil bumbung bambu tempat air mereka, lalu meneguk beberapa tegukan air putih.
Cin Hai tersenyum pilu menatap kearah sang kakak, "kak!, apakah aku terlalu merepotkan kakak?" tanya nya.
Sejenak Jiang Bi menatap kearah Cin Hai, "kenapa adik berpikiran seperti itu?, kau kerabat kakak satu satu nya di Dunia ini, dan adik adalah satu satu nya alasan kakak untuk bertahan hidup, jangan lagi bertanya seperti itu, kakak tidak suka, adik adalah kesayangan kakak, kakak akan melindungi adik meskipun harus dengan tarikan nafas kakak yang terakhir, tidak ada hal yang paling membahagiakan, selain melihat adik tersenyum bahagia, tidak terus larut dalam kesedihan, kita memang harus bangkit dik, kita harus tegar, demi keadilan untuk kedua orang tua kita, utang darah, harus berbayar darah, dan utang nyawa, harus berbayar nyawa, makanya, mulai sekarang, ayo kita latihan dan berkultivasi dengan rajin" ucap Jiang Bi.
"Terimakasih kak, kakak memang satu satu nya keluarga ku yang paling menyayangi ku, aku sayang kakak, aku sedih bila melihat kakak kecapean berburu mencari makanan untuk kita, maafkan Cin Hai ya kak" ujar Cin Hai sambil memeluk tubuh sang kakak.
Hingga usia nya kini sudah enam tahun, Cin Hai masih merasa tempat teraman di Dunia ini cuma dada sang kakak.
Betapa di dada itu, semua keresahan hati nya akan sirna, seluruh ketakutan dan kegundahan akan hilang seketika.
Malam mulai turun menyelimuti lembah itu, dan di ufuk timur, terlihat semburat merah cahaya rembulan mulai muncul menemani.
Jauh di dalam rapat nya hutan, terdengar suara lolongan panjang serigala bersahut sahutan.
Seperti meratapi mati nya salah seekor saudara mereka siang kemarin.
Lolongan serigala itu mula mula hanya se ekor saja, lalu terdengar sahutan dari barat hutan, timur hutan dan selatan hutan.
Kini lolongan serigala itu saling bersahut sahutan di seantero hutan, seakan malam ini adalah malam ratapan di tengah tengah hutan itu.
Ketika bulan purnama memancarkan cahaya nya kedasar lembah, nampak sembilan pasang mata biru memancar terkena cahaya bulan.
Kesembilan pasang mata itu seakan tahu jika diatas tebing ada dua manusia sedang bersembunyi di dalam lobang goa.
Kedua kakak beradik itu terpaku melihat di bawah, sekelompok serigala sedang bergerombol di dasar tangga.
Salah seekor serigala itu mencoba naik keatas tangga, tapi tubuh mereka dirancang bukan untuk memanjat, sehingga bagai manapun upaya mereka untuk naik, tetap saja mereka gagal.
Akhirnya karena mencoba beberapa kali tetapi gagal, sembilan ekor serigala itu berdiam di bawah tangga.
Malam terus berlalu, hingga pagi pun datang juga pada akhirnya.
Sekelompok serigala itu nampak masih berada di bawah tangga menuju ke mulut goa, menunggu dengan sabar.
Beberapa ekor nampak berkeliaran di sekitar telaga.
Seekor Alva nya nampak duduk menyendiri di bawah pohon, tidak jauh dari tangga, sementara yang lain nya, tiduran di bawah tangga.
Mungkin karena merasa kesal karena tidak bisa turun kebawah, si kecil Cin Hai segera mengambil busur panah nya, mengendap endap perlahan ke mulut goa itu.
Sebelum bertindak, Cin Hai menatap kearah sang kakak yang masih tertidur pulas.
Ditarik nya tali panah nya kuat kuat, dan diarahkan nya pada Alva yang sedang tiduran di bawah pohon.
"Tras!" .......
Sebatang anak panah melesat cepat menuju kearah serigala itu.
"Crak!" ......
Anak panah itu menancap tepat di mata kanan sang serigala Alva itu.
Serigala itu melolong panjang lari kearah hutan sambil menabrak bebatuan dan batang batang pohon.
Para serigala yang lain, melihat pimpinan mereka tiba tiba lari, mereka pun ikut lari menyusul sang pimpinan kedalam hutan.
...****************...
/Good//Good//Good//Good/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/