Sandra, gadis yang hidup sengsara di keluarga kaya Hartawan. Sejak kecil, ia diperlakukan kejam oleh orang tuanya, yang sering memukul, menyalahkannya, dan bahkan menjualnya kepada pria-pria tua demi uang agar memenuhi ambisi keuangan orang tuanya. Tanpa Sandra ketahui, ia bukan anak kandung keluarga Hartawan, melainkan hasil pertukaran bayi dengan bayi laki-laki mereka
Langit, yang dibesarkan dalam keluarga sederhana, bertemu Sandra tanpa mengetahui hubungan darah mereka. Ketika ia menyelidiki alasan perlakuan buruk keluarga Hartawan terhadap Sandra, ia menemukan kenyataan pahit tentang identitasnya. Kini, Langit harus memilih antara mengungkapkan kebenaran atau tetap bersama Sandra untuk melindunginya. Sementara Sandra, cinta pertamanya ternyata terikat oleh takdir yang rumit bersamanya.
#foreducation
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Littlesister, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulang Tahun
Di malam yang tenang, Sandra dan Damar sedang duduk di ruang keluarga. Sandra terlihat gugup, tetapi ia mencoba mengumpulkan keberanian untuk membuka pembicaraan tentang rencananya. Sementara itu, Damar sibuk dengan ponselnya, tetapi mengalihkan perhatian ketika melihat Sandra hendak bicara.
"Mas, aku mau ngomong sesuatu sama kamu." ucap Sandra
"Apa, Sayang? Kamu kelihatan serius banget." tanya Damar.
"Aku... aku mikir, mungkin kita bisa mulai ngerencanain kehamilan lagi. Kamu tahu, buat anak kedua kita." jelas Sandra.
Damar langsung terdiam, tatapannya berubah serius. Ia menghela napas panjang sebelum menjawab.
"Sayang, kita baru aja ngalamin hal berat kemarin. Kamu sendiri gimana, sih? Apa kamu udah bener-bener siap?" tanya Damar.
"Aku cuma... aku cuma pengen coba lagi, Mas. Aku ngerasa kosong sejak kejadian itu. Aku pengen memperbaiki semuanya." jawab Sandra.
Damar terlihat bimbang. Di satu sisi, ia merasakan penyesalan atas kejadian keguguran yang sengaja dirancang sebelumnya. Namun, di sisi lain, ia tetap merasa belum siap menjadi seorang ayah.
"Sayang, denger ya. Aku ngerti perasaan kamu, tapi kita nggak bisa buru-buru soal ini. Aku belum siap punya anak lagi, apalagi setelah semua yang udah terjadi." jelas Damar.
Melihat kesedihan di wajah Sandra, Damar mencoba menawarkan solusi lain. Ia berharap ini bisa membantu Sandra merasa lebih baik.
"Gimana kalau kita pergi bulan madu lagi? Tapi bukan untuk program hamil, ya. Cuma buat refreshing, cari ketenangan. Aku tahu kamu banyak mikir soal kejadian kemarin. Mungkin kita butuh waktu buat nge-reset semuanya." sambung Damar.
"Bulan madu? Kamu serius?" tanya Sandra.
"Iya. Kita bisa ke tempat yang tenang, jauh dari semua masalah. Aku nggak janji ini bakal menyelesaikan semuanya, tapi setidaknya kamu nggak ngerasa terlalu berat." jawab Damar.
Setelah pembicaraan itu, Damar duduk sendirian di ruang keluarga sambil memandangi langit-langit. Ia teringat kejadian pengguguran yang direncanakan keluarganya. Meski ia tidak siap menjadi ayah, melihat perubahan sikap Sandra membuatnya sedikit menyesal.
"Dulu gue kira semuanya bakal lebih mudah kalau kehamilan itu nggak ada. Tapi sekarang... Sandra udah nggak kayak dulu lagi. Dia dulu ceria, sekarang dia lebih sering diam. Apa gue salah?" batin Damar.
Namun, meskipun ada penyesalan, Damar tetap merasa keputusannya waktu itu adalah yang terbaik untuk dirinya sendiri. Ia belum siap menghadapi tanggung jawab besar sebagai seorang ayah, dan itu membuatnya terus bertahan dengan pilihannya.
Keesokan harinya, Damar duduk di sofa ruang tamu sambil membuka peta digital di ponselnya, mencoba membujuk Sandra untuk setuju kembali ke Bali.
"Sayang, gimana kalau kita ke Bali lagi? Aku yakin kali ini bakal lebih tenang." bujuk Damar.
Sandra, duduk di sebelahnya, terlihat ragu. Ia menggeleng pelan.
"Aku nggak bisa, Mas. Aku takut semua kenangan waktu itu bakal muncul lagi." ucap Sandra.
"Kalau Jogja gimana? Kita cari suasana baru. Aku yakin Jogja bisa bikin kita santai." tawar Damar.
Sandra akhirnya mengangguk, meskipun wajahnya masih sedikit ragu.
Beberapa hari sebelum mereka berangkat, Damar diam-diam menghubungi sebuah restoran ternama di Jogja untuk merancang kejutan ulang tahun Sandra.
"Saya ingin reservasi untuk dua orang, malam terakhir kami di Jogja. Oh, dan tolong siapkan kue ulang tahun, dekorasinya yang romantis, ya." ucap Damar di telepon
"Sandra bakal suka ini," Pikir Damar, ia memastikan semuanya berjalan lancar, ia tersenyum puas.
Sesampainya di Jogja, mereka tiba di sebuah warung legendaris di Jogja yang terkenal dengan gudegnya. Suasana ramai dengan aroma santan dan krecek yang menggoda. Sandra mencicipi gudeg sambil tersenyum.
"Enak banget, ya. Rasa manisnya pas." ucap Sandra
"Iya, ini makanan khas Jogja yang nggak ada tandingannya." balas Damar.
"Kayaknya di Jakarta, aku belum pernah nyoba rasa yang pas kayak gini. Mungkin karena di sini asal pembuatannya, jadi rasanya lebih pas dan memiliki rasa yang khas" sambung Sandra.
"Iya, kalau di Jakarta sudah banyak dimodifikasi bumbunya. Jadi cita rasanya sudah berbeda" jelas Damar.
Mereka makan dengan lahap, ditemani suara gamelan yang mengalun pelan di latar belakang. Suasana di pagi itu, sangat menyenangkan perpaduan antara rasa gudeg yang khas dengan alunan gamelan yang menambahkan kesan khas Jogja yang indah.
Pada hari kedua, mereka pergi ke Borobudur. Matahari pagi membuat suasana candi terlihat magis. Sandra memotret beberapa sudut, sementara Damar membantunya mengambil foto.
"Foto ini bakal jadi kenangan indah kita." ucap Damar.
"Ketika aku datang ke sini, aku selalu merasa kecil. Seperti... masalah yang kita alami nggak ada apa-apanya dibandingkan sejarah di tempat ini." ucap Sandra saat melihat detail candi yang terukir dengan indah.
"Benar, tempat ini ngingetin kita kalau hidup itu harus tetap berjalan. Seperti orang-orang dulu yang membangun candi ini meski pasti banyak tantangannya." jelas Damar.
"Kamu jadi filosofis banget, Mas. Kayaknya kamu mulai berubah ya?" goda Sandra.
"Aku berubah karena kamu, Sayang. Kamu bikin aku sadar kalau keluarga itu yang paling penting." ucap Damar.
Sandra tersenyum, meskipun matanya terlihat sedikit berkaca-kaca sambil berpose di depan candi. Setelah itu mereka mengelilingi Borobudur untuk melihat detail dari candi-candi yang ada di sana, tak lupa mereka mencoba jajanan yang dijual di sana.
Hari keempat di Jogja, mereka mencoba jajanan seperti wedang ronde, sate kere, dan bakpia di Alun-Alun Selatan. Suasana ramai dengan lampu-lampu warna-warni menambah kesan hangat.
"Ini yang aku suka dari Jogja. Makanannya sederhana, tapi bikin hati hangat."
"Kamu suka memandangi Langit sambil makan kayak gini ya?" tanya Damar.
"Iya, walaupun duduk di bawah dengan beralas rumput. Tapi suasana malam di alun-alun ini membuat suasana hati aku lebih tenang. Apalagi sambil makan dan ngobrol bareng kamu" jawab Sandra.
"Kamu tahu nggak, Sayang? Malioboro ini ngingetin aku sama hubungan kita. Selalu penuh warna, meski kadang rame banget sama masalah." jelas Damar.
"Hmm, bedanya, di sini orang-orangnya ramah. Kalau masalah kita, kadang lebih ribet dari keramaian Malioboro ini." jawab Sandra.
"Ayo dong, jangan bawa-bawa masalah. Kita lagi honeymoon, kan? Fokus nikmatin waktu kita aja." balas Damar.
"Wah, ini enak banget! Kamu harus coba, Mas." kagum Sandra saat mencoba sate bakar gurita yang ia beli.
"Tuh kan, aku bilang Jogja bakal jadi tempat yang pas buat kita. Bukan cuma makanannya, tapi semua tempat di sini punya cerita." timpal Damar.
Damar sedikit senang, karena bisa membuat Sandra mulai kembali tersenyum seperti biasanya. Tidak seperti saat awal-awal Sandra mengalami keguguran, ia terlihat muram dan lebih pendiam.
Keesokan harinya, ia memutuskan mencoba pengalaman baru dengan naik delman untuk berkeliling Jogja. Mereka menyewa delman di kawasan Malioboro yang dihiasi lampu-lampu jalanan yang mulai menyala saat senja. Kuda delman dihias dengan aksesori warna-warni yang memberikan kesan tradisional, sementara suasana sekitar dipenuhi pedagang kaki lima, musik angklung, dan aroma khas makanan lokal.
"Mas, aku nggak nyangka naik delman bisa seromantis ini. Rasanya seperti kembali ke masa kecil." takjub Sandra
"Ini memang pengalaman yang beda, ya. Santai, nggak terburu-buru, dan kita bisa menikmati suasana Jogja." ucap Damar.
"Jogja itu punya pesonanya sendiri. Aku selalu suka vibes kota ini. Bikin hati tenang." sambung Sandra
"Ayo, kita ambil foto. Buat kenangan." ajak Damar.
Damar merangkul Sandra, memotret beberapa selfie dengan latar belakang lampu jalanan Malioboro dan suasana malam yang ramai.
"Kamu pasti mau upload ini ke Instagram lagi, kan?" sindir Sandra.
"Tentu dong, biar semua orang tahu kalau aku suami paling beruntung punya istri secantik kamu." Damar mengiyakan perkataan Sandra.
Malam terakhir di Jogja, mereka melanjutkan perjalanan sambil sesekali berbicara tentang rencana mereka di Jogja, mengamati keramaian sekitar, dan menikmati angin malam yang sejuk.
Mereka makan malam di sebuah restoran mewah dengan pemandangan kota Jogja. Damar mengenakan kemeja putih, sementara Sandra memakai dress putih yang anggun.
Saat mereka hampir selesai makan, tiba-tiba lampu diredupkan, dan pelayan membawa kue ulang tahun ke meja mereka. Di atas kue, lilin berbentuk angka usia Sandra menyala.
"Kamu serius, Mas?" tanya Sandra dengan mata berbinar.
"Tentu saja. Kamu pantas mendapatkan ini." jawab Damar.
Sandra meniup lilin, dan beberapa tamu di restoran ikut memberikan tepuk tangan. Damar mengambil foto momen itu dan mempostingnya di Instagram.
"Kamu tahu nggak, Sayang? Aku bersyukur setiap hari bisa punya kamu di hidupku. Selamat ulang tahun, Sandra." ucap Damar.
"Terima kasih, Mas. Aku nggak nyangka kamu merencanakan semua ini. Sederhana, tapi penuh makna." balas Sandra.
"Doa yang terbaik untuk kita, ya. Kita akan terus seperti ini, selamanya." sambung Damar.
Mereka berdua mengabadikan momen itu dengan foto yang kemudian diunggah Arman ke Instagram dengan caption:
"Selamat ulang tahun untuk istriku tercinta. Malam yang indah untuk wanita yang paling berarti di hidupku. Kamu adalah anugerah terbesarku"
Komentar di Postingan Damar :
"Selamat ulang tahun, Sandra! Kamu cantik banget malam ini, semoga semua harapanmu tercapai." tulis salah satu followers Damar.
"Bro, you’re the man! Surprise dinner-nya keren banget. Sandra beruntung punya suami kayak lo." tulis Dimas.
"Romantis banget, Mas Damar! Jadi inspirasi buat suami-suami lain. Happy birthday buat istrinya, ya." tulis yang lainnya.
"Wah, keren banget Damar, suami idaman. Istri cantik, suami romantis. Bener-bener couple goals." tulis Teman Damar.
"Happy birthday, Sandra. Kamu glowing banget, dress-nya juga cantik. Bangga banget lihat kamu sekarang." tulis Gina.
"Selamat ulang tahun, Sandra. Semoga bahagia selalu. Kamu luar biasa, tetap jadi sosok yang kuat ya." tulis Leo
"Selamat ulang tahun, Sandra. Semoga semakin sukses dan bahagia ke depannya." tulis Raffi.
Langit yang berada di Kanada mengetahui ulang tahun Sandra melalui Instagram. Ia pun menghubungi teman-temannya di grup chat untuk bertanya hadiah apa yang cocok diberikan kepada Sandra.
"Hey guys, gue lihat di Instagram, Sandra ulang tahun ya? Kira-kira kalau gue mau kasih hadiah, apa yang cocok buat dia?" tanya Langit.
"Ngit, gue rasa nggak usah deh kasih hadiah. Bukannya nggak boleh, tapi lo tahu sendiri hubungan Sandra sama Damar. Hadiah dari lo bisa jadi masalah baru." jawab Gina.
"Iya, Ngit. Gue tahu lo cuma mau bikin Sandra senang, tapi Damar mungkin bakal salah paham. Lo cukup kasih ucapan aja, itu udah cukup kok." sambung Raffi.
"Setuju. Sandra udah punya masalah cukup banyak, kita nggak perlu nambah drama." timpal Leo.
Langit pun setuju dengan nasihat teman-temannya kemudian ia mengucapkan selamat kepada Sandra, tetapi diam-diam ia sudah merencanakan sesuatu. Tanpa sepengetahuan mereka, Langit memesan sepasang flatshoes cantik untuk hadiah sederhana namun penuh makna, karena ia tahu Sandra suka dengan sepatu yang nyaman untuk aktivitas sehari-harinya.
"Happy birthday, Sandra. Wishing you all the happiness in the world. You look beautiful as always." tulis Langit.
Di balik ucapan selamat yang ia tulis, hati Langit terasa berat. Dalam pikirannya, ia masih mengingat saat-saat bersama Sandra di masa lalu.
"Dia terlihat bahagia... Tapi kenapa hati ini rasanya tidak bisa ikut lega?" batin Langit.
Namun, ia memutuskan untuk tetap fokus pada misinya. Hadiah flatshoes yang akan ia kirimkan menjadi ungkapan terakhir yang ia harap bisa menyemangati Sandra tanpa mengganggu kebahagiaan yang Sandra dan Damar tampilkan di dunia maya.
Sandra membaca komentar satu per satu sambil tersenyum. Namun, pandangannya berhenti lebih lama di komentar Langit. Dalam hatinya, ia merasakan sedikit kehangatan sekaligus kerinduan terhadap sosok yang dulu selalu ada untuknya.
"Langit... kenapa komentarnya selalu sederhana, tapi terasa tulus?" gumam Sandra.
Namun, ia segera mengalihkan perhatian kembali ke Damar, yang sedang mengedit foto-foto lain untuk diunggah. Suasana Jogja yang magis menjadi saksi hubungan mereka yang terus berubah, baik ke arah yang manis maupun pahit.
Di Kanada, setelah Langit melihat postingan ulang tahun Sandra di Instagram. Ia tersenyum kecil melihat Sandra yang tampak bahagia, meskipun hatinya terasa sesak.
Ia berjalan ke sebuah toko sepatu ternama dan mulai memilih flatshoes. Pilihannya jatuh pada sepasang sepatu berwarna nude dengan desain sederhana namun elegan.
"Dia pasti suka ini." gumam Langit.
Setelah membayar, ia mengirimkan sepatu itu ke alamat Sandra di Indonesia, berharap hadiah itu bisa membuat Sandra bahagia, meskipun ia tahu hadiah ini berpotensi memicu konflik.
Misal.
"Aw, rasanya nyeri sekali. Walaupun ini bukan yang pertama kali, tetap saja rasanya sakit. Dia terlalu kasar di atas ranjang," ucap Sandra bla bla bla.
mmpir juga ke ceritaku yg "Terpaksa dijodohkan dengan seorang dosen"
tolong mampir lah ke beberapa novel aku
misal nya istri kecil tuan mafia