Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pastikan Kita Seirama
Magika dan Azzrafiq melangkahkan kaki mereka menuju kelas masing-masing.
"Kita ospeknya dimana sih? Aku lupa." Tanya Magika.
"Katanya sih di Banjaran, besok kita disuruh kumpul lagi di Aula." Jawab Azzrafiq seraya melihat charm bracelet yang Magika pakai di tangan kirinya, kali ini tema-nya lebih girly dibanding minggu lalu yang bertema Harry Potter.
Azzrafiq tipe orang yang selalu memperhatikan hal-hal kecil dari wanita yang disukainya, entah itu aksesoris atau aroma parfum yang dipakai.
"Sekarang tema gelangnya beda lagi ya." Seru Azzrafiq.
Magika melihat charm bracelet yang dipakainya."Iya nih, soalnya bosen kalo pake yang minggu lalu."
"Yang sekarang lebih girly ya charm nya."
"Iyaa betul banget, kok kamu bisa sadar sih kalo gelang yang aku pakai berbeda?"
"Kelihatan lebih mencolok aja, tapi tetap elegan." Terang Azzrafiq.
"Udah sampe kelas aku nih." Tukas Magika yang berhenti di depan pintu ruangan X-7.
"Minta kontak kamu Magika." Kata Azzrafiq seraya memberikan ponselnya.
Magika mengambilnya dan mengetik nomor providernya, dia tersenyum usil karena menuliskan kontaknya bukan dengan nama aslinya, dia menuliskan kontaknya dengan nama My Sweet Girlfriend, lalu dia menuliskan pesan dan mengirimkan ke nomornya, agar bisa menyimpan nomor Azzrafiq.
"Sini kita selfie dulu." Seru Magika sambil mengambil potret mereka berdua dengan ponsel Azzrafiq.
Azzrafiq reflek berpose ketika Magika mulai mengambil foto mereka berdua.
"Aku kira kamu bakalan nolak selfie bareng aku."
"Siapa yang berani nolak Magika?" Ucap Azzrafiq sambil menatap mata wanita yang ada di hadapannya.
"Ya ampun! Udah deh gak usah lihatin aku kayak gitu." Protes Magika.
Entah mengapa perut Magika terasa begitu menggelikan, seperti ada kupu-kupu yang siap terbang dari dalam sana. Azzrafiq selalu membuatnya tertawa dengan kata-kata manisnya.
Azzrafiq terkekeh."Pipi kamu merah, tapi itu manis banget sih, serius!"
Magika mencubit tangan Azzrafiq."Udah ya cukup, seneng banget godain aku, kirim ya fotonya lewat BBM."
"Kalo gitu sekalian minta pinnya." Pinta Azzrafiq seraya mengeluarkan handphone blackberry nya.
Saat tahun 2012 bbm belum ada di sistem Android maupun ios, jadi mereka memiliki dua ponsel hanya untuk sebuah blackberry messanger.
Magika kembali mengetikkan pinnya di ponsel Azzrafiq, dia melihat gantungan ponsel Azzrafiq yang tersisa talinya saja, sebegitu malasnya kah cowok ini sampai tak ingin melepaskannya?
Lalu Magika melepaskan charm braceletnya dari tangannya dan mengambil salah satu charm yang berbentuk scooter, Magika memasangkannya di gantungan ponsel Azzrafiq.

(Charm scooter dari gelang Magika)
"Ini biar gak kelihatan jomplang aja, geregetan aku lihat gantungan hp tapi talinya doang, mana kecil begini, sakit mata lihatnya. Kalo ada charm nya jadi kelihatan lebih Ok." Celetuk Magika.
Azzrafiq meraba charm yang diberikan Magika. "Makasih ya, keren sih ini bentuk scooter vespa, tadinya mau aku buang gantungannya karena tinggal talinya aja."
"Eh tapi gak apa-apa kan aku langsung pasang gini?"
"Santai aja lagian keren juga bentuknya."
Magika tersenyum usil. "Jangan dilepas ya, meskipun nanti kamu ganti hp, gantungannya harus tetep pake yang ini."
"I'm the man of my word, bisa aku pastiin charm ini bakalan terus ngegantung di hp aku meskipun ganti berkali-kali nantinya." Ucap Azzrafiq.
"Jiaaaahh sombong amat ganti berkali-kali hahaha, aku bercanda doang, terserah kamu aja sih masih mau dipake atau enggak, tapi aku minta jaga baik-baik aja ya, Azzrafiq."
"Siiiaapp, aku lanjut jalan ke kelas ya." Azzrafiq berpamitan.
"Bye Azzrafiq."
"Bye Magika."
----------------
Mata kuliah terakhir sudah selesai, Anggota HIMA kembali mengumpulkan peserta ospek di Aula, kini mereka menyuruh mahasiswa angkatan 2012 berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
Magika bertemu lagi dengan Azzrafiq yang telah datang lebih dulu, dia segera berlari ke arahnya, mereka berdua saling tos tangan. Tentu saja mereka tampak akrab karena sudah berkenalan tadi pagi.
"Eh lucu ya kita tos tangan kayak gini, gimana kalo setiap ketemu kita adu tos, tapi dimodif dikit deh biar keliatan udah akrab banget." Seru Magika.
"Boleh juga tuh, kita ciptain adu tos ala kita berdua." Kata Azzrafiq menyutujui ide Magika.
Azzrafiq yang memang sedang dimabuk asmara oleh Magika, ikut-ikut saja, semua keinginan wanita itu diturutinya, Magika dan Azzrafiq menciptakan tos tangan ala mereka ketika akan berjumpa lagi, beberapa gerakan tos tangan mereka peragakan layaknya Anjali dan Rahul di film kuch kuch hota hai.
"Nah gitu aja, biar gak makan durasi lama kalo salah satu diantara kita lagi buru-buru." Tukas Magika.
"Coba ulangi lagi." Pinta Azzrafiq mempraktikan adu tos yang baru saja mereka ciptakan.
Magika dan Azzrafiq menerapkannya lagi, mereka berdua tertawa ketika berhasil melakukan adu tos. Magika selalu tampak adanya, dia tidak jaim dekat dengan lelaki yang disukainya, berbeda dengan wanita lainnya yang selalu ingin terlihat sempurna di hadapan gebetan.
Kedekatan Magika dan Azzrafiq tentu saja menimbulkan kecurigaan dan kedengkian di mata wanita-wanita yang menyukai Azzrafiq, termasuk Alin yang sedari tadi memperhatikan kedekatan mereka berdua dari jauh.
"Oh ya, mana katanya mau dikirimin fotonya?" Gerutu Magika pada Azzrafiq sambil mengipasi dirinya.
"Kipasan gitu kayak ibu-ibu mau arisan aja." Sahut Azzrafiq sambil terkekeh.
"Gini ya jeng, saya baru aja mempraktikan adu tos dan lumayan berkeringat, kebetulan di sini tuh panas banget, padahal saya udah bayar kuliah mahal-mahal tapi fasilitas AC di sini tidak bisa dinikmati." Celetuk Magika dengan nada ibu-ibu komplek yang sedang bergosip.
"Saya juga mau dong jeng dikipasin, kebetulan lagi kepanasan." Ucap Azzrafiq dengan gaya ngondek.
Magika tertawa terpingkal-pingkal melihat sikap Azzrafiq yang tampak konyol, dia mengira lelaki setampan Azzrafiq tak akan mau bertingkah konyol demi menjaga image, tapi ternyata dugaannya salah.
"Parah banget lah kamu, hahaha, gak ada wibawanya banget, cewek-cewek yang suka sama kamu pasti bakalan langsung ngacir kalo gitu caranya mah." Ucap Magika sambil tertawa.
Azzrafiq ikut tertawa sambil memperhatikan sekitarnya."Baguslah kalo gitu, aku kirim dulu ya foto kita yang tadi pagi."
Magika baru menyadari teman-teman wanitanya yang menyukai Azzrafiq sedari tadi memperhatikannya dengan sinis, terutama pada saat dirinya tertawa karena lelaki itu.
"Ish kok cewek-cewek di sini pada sinis ngelihatin aku sih?" Tanya Magika.
Azzrafiq memperhatikan orang-orang yang ada di sekitarnya. "Cuekin aja, udah aku kirim fotonya ya."
Merasakan ponselnya bergetar, Magika segera mengeceknya, beberapa pesan muncul di notifikasi, dia membukanya dan melihat foto yang telah dikirimkan oleh Azzrafiq.
"Ya ampun gigi aku gede banget ya, kayak iklan pepsodent aja."
"Tetep cantik kok." Kata Azzrafiq seraya memperhatikan foto mereka berdua di ponselnya.
"Ya kamu ngomong kayak gitu biar akunya gak rewel." Sangka Magika.
Azzrafiq menatap Magika yang cemberut, dengan gemas dia mencubit hidung wanita itu."Seriusan Magikaku."
Magika terperangah mendengar ucapan Azzrafiq, namun dirinya tak ingin terlena dan terbawa perasaan.
"Ish malahan nyubit hidung, nanti bedak aku luntur." Gerutu Magika.
"Gak apa-apa tetep suka kok." Celetuk Azzrafiq.
Magika terkekeh sambil memukul Azzrafiq dengan kipas yang ada di tangannya."Jago banget ya buaya satu ini bikin aku jadi salting, norak nih lama-lama kayak si Maulana."
"Ya udah, kita selfie lagi aja berdua kalo kamu kurang puas, masih banyak waktu buat kita ketemu dan foto-foto." Ucap Azzrafiq seraya mengusap kepala Magika.
Sikap Azzafiq yang sangat manis ini tentu saja membuat jantung Magika kembali berdetak tak seirama. Tapi Magika berusaha menepis semua perasaan yang berlebih dalam hatinya, dia tidak ingin kegeeran, mungkin saja Azzrafiq bersikap seperti ini bukan hanya kepada dirinya saja, lagi pula Azzrafiq sudah memiliki kekasih.
Harus di garis bawahi Magika, Azzrafiq udah punya cewek. Batin Magika.
"Eh kalian malahan asyik berdua, mentang-mentang udah saling kenal, sapa dong anggota kelompok satu yang lainnya." Tegur Maulana.
Magika dan Azzrafiq saling bertatapan, mereka baru menyadari dari tadi memang asyik berdua saja, lalu mereka coba berbaur dengan anggota lainnya, tinggal satu orang lagi yang belum berkumpul dengan mereka, tiba-tiba datang seorang wanita yang berkacamata, rambutnya pendek sebahu dan berponi dengan suara yang melengking menyapa anggota kelompok satu.
"Hai semuanya perkenalkan, aku Acha." Seru wanita berkacamata yang memperkenalkan dirinya dengan penuh keceriaan dan membuat suasana menjadi lebih berwarna.
Seketika semuanya terdiam mendengar suara Acha yang nyaring, namun tak lama, mereka yang penasaran ingin tahu siapa Acha Tapioka, akhirnya pada tertawa, ketika mengetahui sosoknya.
Acha mengadu pada Maulana seraya mengerucutkan bibirnya. "Ish, kenapa sih orang yang pertama kali ketemu Acha, pasti pada ketawa?"
"Soalnya nama kamu unik." Seru Magika.
"Jadi gampang diinget orang nantinya Cha." Ujar Daphnie.
"Kenapa sih harus tapioka namanya?" Tanya Maulana usil.
Acha menghela nafas dan menjelaskannya dengan pasrah. "Karena ortu aku punya usaha tepung, jadinya begini deh."
"Oh pantes, totalitas banget ya Cha." Tukas Azzrafiq.
Daphnie melirik Magika dan Azzrafiq bergantian, lalu tersenyum miring dan mengejek keduanya. "Ciyeee ada yang udah akrab, cocok banget kalian kalo dilihat-lihat."
"Doain Daph, semoga kita jadian." Celetuk Azzrafiq seraya mengerlingkan matanya pada Magika.
"Siaaaapp, kalo yang ini sih aku setuju banget, banget, banget." Ucap Daphnie lalu melirik pada Magika."Gee masa iya sih kamu gak naksir Azzrafiq."
"Ya doain aja Daph, semoga naksirnya bisa nyusul." Tukas Magika yang melayani celetukkan Azzrafiq.
Daphnie tertawa mendengar pernyataan Magika yang sama konyolnya dengan Azzrafiq."Yakali balapan, kalian udah fix jodoh ini."
"Aamiin.." Seru Magika dan Azzrafiq berbarengan.
Magika dan Azzrafiq saling bertatapan lalu tertawa, mereka tak menyangka akan mengucapkan kata yang sama.
"Ciyeeee aamiin yang paling keras nih ye." Ejek Daphnie.
"Oh ya teman-teman, kita langsung aja vote buat ketua kelompok." Ujar Maulana.
Lalu mereka melakukan voting untuk menentukan Ketua kelompok. Terpilihlah Maulana yang menjadi ketua kelompok satu. Maulana segera mengerjakan tugasnya sebagai ketua kelompok. dia menginstruksi anggota kelompoknya untuk membuat yel-yel.
Mereka melakukan diskusi untuk menentukan yel-yel seperti apa yang bagus untuk kelompoknya. Berbagai yel-yel telah di suarakan, tapi belum ada yang terpilih oleh Maulana.
"Fiq bantuin, tadi aja asyik-asyik ketawa sekarang malah bengong." Cibir Maulana memecahkan lamunan Azzrafiq.
Azzrafiq menoleh pada Maulana. "Mau yang kayak gimana lagi? Hampir semua ide yel-yel lo tolak. Jangan bilang yel-yel ala militer."
"Bagusnya sih kayak militer." Tutur Maulana berasa diingatkan. "Kalo lagu Indonesia Raya aja gimana?"
"Duh, salah ngomong gue." Gumam Azzrafiq.
"Yel-yel kan harusnya yang seru-seruan, kalo nyanyi lagu Indonesia Raya harus momen sakral yang berbau nasionalisme." Ujar Acha.
"Ya makanya itu kita sebagai Mahasiswa harus menunjukkan jiwa nasionalisme kita dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya." Tukas Maulana kukuh.
"Ini yel-yel loh Maul, yang singkat, padat dan yang pasti seru aja sih." Protes Magika geregetan.
"Wiih Magika tahu nama panggilan aku." Seru Maulana senang.
"Gini nih, kalo ketua kelompoknya yang gagal masuk militer, ambisinya gak kecapai jadinya pelampiasannya ke kita." Celetuk Daphnie yang memang sudah sangat mengenal Maulana karena mereka teman satu SMA.
Maulana yang mendengar protes anggota kelompoknya, hanya tersenyum sambil menggaruk-garukkan kepalanya yang plontos.