EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan cerita ini di tempat lain, tolong laporkan🔥
Hari ulang tahunnya dan juga saudari kembarnya yang seharusnya menjadi hari bahagia mereka, justru berakhir duka. Berliana mengalami kecelakaan. Dan sebelum meninggal dunia, Berliana memberikan wasiat agar sang suami, Dion Ananta, menikahi kembarannya yakni Binar. Demi kedua buah hati mereka yang belum genap berumur satu tahun yakni Devina dan Disya.
Binar Mentari Mahendra terpaksa menikah dengan kakak iparnya demi kedua keponakannya yang sangat membutuhkan figur seorang ibu. Pernikahan yang membawa nestapa baginya karena hanya dianggap sebatas istri bayangan oleh suaminya.
Padahal di luar sana ada lelaki yang begitu mencintai Binar walaupun usianya lebih muda dua tahun darinya yakni Langit Gemintang Laksono. Satu-satunya orang yang mengetahui rahasia penyakit Binar.
Simak kisah mereka yang penuh intrik di dalamnya💋
Update Chapter : Setiap hari.
🍁Merupakan bagian dari Novel Bening☘️ONE YEAR
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 - Pulang
Alea pun bergegas mencari ibunya. Namun ternyata di rumahnya, Ayu sedang tak ada. Dan ia mendapat informasi dari art di rumahnya bahwa sang Mama sedang berada di rumah Bu RT untuk persiapan acara arisan.
Akhirnya ia pun terpaksa pergi ke kampusnya terlebih dahulu karena sudah hampir terlambat. Ia berencana memberitahukan pada ibunya sore hari sewaktu pulang dari kampus.
Bayu pun langsung pergi berdinas usai berbincang dengan Langit. Ia masih belum bisa memutuskan untuk mendukung Langit menjadi pendonor bagi Binar atau tidak.
Sedangkan Langit tengah beristirahat di kamarnya setelah perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan dari Bandung ke Malang. Otak dan raganya butuh rileks sejenak. Terutama pikirannya juga buntu mengenai solusi kondisi Binar pada akhirnya.
☘️☘️
Bandung.
Dion terpaksa cuti kembali hari ini dari aktivitasnya baik menjadi Dekan di kampus maupun perusahaannya. Karena Bik Ima tidak ada di rumah. Dan ia belum mendapat pengganti Bik Ima.
Urusan kampus sementara ia serahkan pada Reni dan kantor ada Prita yang menghandlenya selama ia cuti.
Terlebih sang istri belum pulang. Dan kabarnya pagi ini Binar akan pulang sesuai info dari pihak rumah sakit, kemarin. Alhasil ia menunggu istrinya di rumah. Lusa dirinya akan pergi ke Medan untuk seminar.
Devina sudah berada di sekolah. Dion sendiri yang mengurus kedua putrinya. Namun Disya masih di rumah karena belum sehat benar.
Tak berselang lama mobil Binar sudah masuk ke halaman rumahnya. Sebenarnya, Dokter Meta menyarankan agar Binar tetap opname di rumah sakit untuk beberapa hari tetapi Binar menolaknya dengan halus.
Ia ingin segera pulang karena sudah kepalang rindu dengan si kembar. Dirinya sengaja menonaktifkan ponselnya. Karena saat sakit dan tengah bersedih usai keguguran, membuat ia bingung berkata-kata. Dan yang pasti suaminya itu akan mencecarnya. Sehingga ia butuh kesiapan diri dahulu.
Ceklek...
Derit pintu rumah utama terbuka. Tak lupa Binar menguncinya kembali. Di saat tubuhnya belum berbalik, suara bariton dari suaminya sudah menyapanya.
"Masih inget sama rumah dan anak-anak!"
Deg...
"Aku pikir kamu sudah hilang ingatan dan lupa kalau punya suami dan dua putri," ucap Dion dengan nada dingin. Seketika menusuk hati Binar.
Tangan Binar yang memegang kunci rumah mendadak tremor. Ia berusaha tenang menyikapi kemarahan suaminya. Ia paham bahwa dirinya juga bersalah karena tak menghubungi secara langsung pada Dion.
Ia berusaha menghirup udara di sekitarnya sejenak. Lalu membalikkan badannya ke arah Dion berdiri. Keduanya saling memandang. Wajah Binar yang masih terlihat sedikit pucat tak digubris oleh Dion. Sebab kemarahan lelaki ini sudah berada di ubun-ubun pada istrinya.
Mimik wajah Dion pada Binar nyaris tak bersahabat. Dingin dan terlihat seperti gunung akan meletus.
"Maaf Kak kalau aku kemarin ada dinas luar jadi enggak pulang," ucap Binar dengan tenang.
"Kamu tahu Bin, kesalahan kamu apa saja?"
"Pertama, kamu enggak kasih kabar apa pun ke aku secara langsung. Sampai-sampai aku harus cari tahu sendiri dengan menghubungi ke rumah sakit yang ternyata kamu dinas luar karena ponselmu tak juga aktif. Kedua, Disya sakit demam dan terus cari kamu,"
"Apa seperti itu sikap seorang ibu dan istri yang baik?"
"Mendiang kakakmu saja kalau mau keluar rumah selalu izin suami. Bersama siapa, ke mana saja dan berapa lama. Semua disampaikan Berliana tanpa aku harus bertanya padanya. Apa lagi mendiang kakakmu itu enggak pernah bikin aku kebingungan begini. Rumah ditinggal seenak jidatnya, anak-anak ditelantarin dan paling parah kamu enggak izin suamimu ini. Semua karena kamu menomorsatukan pekerjaanmu itu!"
"Berapa sih gajimu sebagai dokter?"
"Aku masih sanggup buat gantiin semua uang kamu. Apa uang setiap bulan yang aku transfer buatmu masih kurang, Bin?" tanya Dion dengan terus mencecar dan memojokkan Binar tanpa jeda.
Membuat dada Binar semakin sesak. Matanya sudah berembun dengan air mata yang menutupi pandangannya. Sekali kedip pasti akan jatuh membasahi pipinya.
"Lebih baik kamu berhenti saja sebagai dokter! Atau kamu memang_" ucapan Dion seketika terpotong.
Bersambung...
🍁🍁🍁
BANTU LIKE SOBAT💋