Arya, seorang pria yang memiliki istri yang sangat cantik dan juga memiliki seorang putera yang masih balita harus menelan pil pahit saat mengetahui sang istri dijodohkan oleh keluarganya dengan pria kaya raya.
Hal yang menyakitkannya, sang istri menerima perjodohan itu dan berniat melangsungkan pernikahan meskipun mereka belum sah bercerai.
Semua itu karena Arya dianggap pria miskin dan tak layak mendampingi Tafasya yang cantik dan memiliki body sempurna.
Akan tetapi, dibalik semua itu, ternyata Arya sedang menyembunyikan jati diri yang sebenarmya. Siapakah Arya,?
Bagaimana kisah selanjutnya, maka ikuti novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sesuatu
Arya menghubungi seseorang. Ia berada disebuah ruangan tersembunyi, dan pastinya masih disekitar kantor, dan tidak ada satupun yang menyadari keberadaannya.
Setelah merasa pekerjaannya selesai. Ia pergi meningalkan ruangan itu tanpa ada yang mencurigainya.
Pria itu berjalan menyusuri lorong kecil yang mana menghubungkan pada pintu darurat dan hanya ia serta papanya saja yang mengetahui tentang lorong tersebut.
Ia menuju sebuah mobil dan mengendarainya. Sesaat ia mengingat akan Tafasya yang mana saat tadi berada diruang yang seharusnya menjadi tempat sang papa untuk duduk disana. Namun seorang pria brengsek merampasnya dan bahkan mantan wanitanya juga ikut menjadi sekutu lawannya.
Haruskah ia sakit hati akan pengkhianatan wanitanya? Tak sabar kah ia menunggu sesuatu yang telah ia perjuangkan dan hampir menuju puncaknya, namun tersia-sia begitu saja.
Arya menghela nafasnya dengan berat. Ia menyetir mobilnya untuk menjemput orang-orang terkasihnya. Ia telah mencapai apa yang dijanjikannya pada mereka.
Mobil melaju menuju tepian hutan. Disana tempat ia menyembunyikan jati diri keluarganya dari incaran bahaya yang tidak pernah puas untuk menghancurkan keluarganya.
Ia memasuki jalanan setapak. Akan tetapi jantungnya mulai khawatir saat melihat adanya tiga buah tapak ban sepeda motor yang berbeda dan baru saja memasuki jalanan tersebut.
Pria itu mengehentikan mobilnya, lalu berbelok menemukan jalan lain, meskipun sedikit jauh, tetapi ini sungguh sangat mencurigakan baginya, sebab tidak ada yang pernah melewati jalanan ini sebelumnya kecuali dia sendiri.
Arya menambah kecepatan laju mobilnya. Hingga ia tiba dibagian barat meskipun dengan berbagai resiko dimana badan mobilnya harus tergores reranting pepohonan.
Ia turun dari mobil, lalu berjalan sejauh dua ratus meter untuk mencapai tempat tujuannya.
Arya mengendap-endap dibalik pohon dan mengintai kondisi sekitar rumah yang selama ini menjadi tempat tinggal kedua orangtuanya.
Setibanya didekat sebuah rumah usang. Ia mendapati enam orang berpakaian serba hitam sedang tampak mengawasi rumah yang ia jadikan persembunyian keluarganya.
Mereka membawa senjata api kaliber 44 dan mulai memeriksa kondisi rumah. Salah satunya mendobrak pintu dan masuk kedalamnya.
Arya menyelinap dibalik semak. Sangat mudah baginya untuk masuk kesana, sebab ini adalah daerah kekuasaannya, dan ia masuk melalui jendela yang telah rusak dan bahkan dindingnya sudah lapuk dan berlumut dibagian temboknya.
Ia bersembunyi dibalik lemari pakaian yang telah melapuk, lalu ia mendengar langkah seseorang menuju tempat persembunyiannya.
Ketika jarak mereka cukup dekat, Arya keluar dari persembunyiannya dan membekap mulut lawannya, lalu menghabisinya dengan sebuah pecahan kaca jendela yang ia temukan berserakan dilantai.
Ia menyingkirkan lawannya, lalu memasukkannya kedalam lemari usang tersebut, dan tak lupa mengambil senjata api milik pria itu, lalu kembali bersembunyi dibalik dinding pembatas saat mendengar satu langkah kembali memasuki rumah.
Ia tahu jika mereka adalah orang-orang suruhan yang menginginkan kematian keluarganya atau juga dirinya. Sebuah balok kayu yang tergeletak segera ia raih, lalu dengan gerakan cepat menyandarkan dirinya didinding dan terus memantau pergerakan lawannya melalui suara derap langkah sang lawan.
Langkah itu semakin dekat, dan ketika ia melihat sepatu berwana hitam memasuki lantai ruang tengah yang dipenuhi oleh debu, Arya sigap menghantamkan balok kayu itu, dan sialnya pria itu dapat mengelak, sehingga mengenai angin saja.
Menyadari orang yang mereka cari ada dihadapannya, maka lawannya itu menembakkan senjata apinya kepada Arya dan dengan sigap ia mengelak, lalu memberikan tendangan kepada pria bertubuh tinggi dengan perutnya sedikit membuncit.
Braaaak....
Pria itu terjungkal dilantai sembari meringis kesakitan.
Suara tembakan itu terdengar membahana dan tentunya membuat keempat lainnya yang sedang berpencar terpaksa berlari menuju rumah tersebut dan memasukinya secara waspada.
Mereka tidak menemukan jejak kedua rekannya, semua terlihat lengang, namun tiba-tiba..,
Doooorr....
Sebuah tembakan tepat berada dipunggung salah dari mereka.
"Aaaarrgh....," sebuah erangan kesakitan mengiringi pria itu yang tersungkur dilantai berdebu.
Seketika ke tiga orang tersisa menembakkan senjatanya kepada Arya yang saat ini sedang memegang tubuh pria berperut buncit sebagai tameng untuknya.
Ia menjadikan tubuh tersebut sebagai pelindung dari tembakan para musuhnya.
Ketiganya semakin mendekat, dan ia melemparkan tubuh pria buncit itu kearah ketiga orang lawannya tersebut.
Mendapati ketiganya hilang konsentrasi, ia memilih melompat dari jendela dan membuatnya harus berlari kedalam hutan untuk memancing ketiga orang itu mengejarnya dan menjauhi rumah tersebut.
Benar saja, pancingannya berhasil, dan ketiganya mengejarnya memasuki hutan. Arya memanjat sebatang pohon dengan lincah. Saat salah satu pengejar berada tepat dibawahnya, ia melompat turun dan tepat jatuh dipundak lawannya, lalu dengan sigap ia mengunci leher lawan dan menembakkan senjata api tepat dikepala lawannya.
Pria itu jatuh terkapar ditanah yang penuh tumbuh rerumputan. Darah segar membasahi sekitarnya bersama dengan meregangnya nyawa pria tersebut.
Suara tembakan membuat dua orang tersisa mempercepat pergerakannya, lalu Arya kembali mengambil senjata pria yang sudah tak bernyawa itu untuk pertahanannya.
Tiba-tiba suara tembakan memberondong ke arahnya dan ia bergerak cepat berlari diantara pepohonan dan sang lawan terus menembakinya.
Braaaak.....
Kakinya tersangkut akar pohon dan ia tersungkur diatas tanah yang dipenuhi oleh dedaunan kering.
Lawannya berlari dengan kencang menghampirinya, dan mereka sudah tiba tepat dihadapannya.
Pria berpakaian hitam itu memandang dengan sorot mata penuh dendam dan kebencian. Kemudian ia mengarahkan ujung senjata apinya tepat dikening Arya dan ia menarik pelatuknya, siap untuk menembak.
Trataaaak...
Tak ada peluru yang keluar, dan ternyata ia kehabisan timah panas yang seharusnya sudah dapat melenyapkan targetnya.. Arya dengan sigap menjegal kaki lawannya dan hal itu mampu membuat pria berpakaian hitam itu terjatuh dan Arya bergegas bangkit memberikan tinjunya kepada pria tersebut.
Perlawanan terjadi. Pria itu menghindar, lalu memberikan tendangan diperut Arya dan membuat Arya terpental kebelakang.
Keduanya bangkit bersamaan, masih dengan sempoyongan dan berusaha untuk saling serang dan membalas.
Hingga akhirnya Arya mampu melumpuhkan pria dengan sebuah tinju yang telak diulu hati lawannya.
Saat bersamaan, lawannya yang tersisa satu menemukannya sedang menghabisi rekannya.
Pria itu menembakkan senjata apinya ke arah Arya. Ia tak ingin mati konyol, dan dengan sigap mengangkat tubuh lawannya yang sudah tewas menjadi tameng.
Pria itu kehabisan pelurunya. Lalu ia membuka sabuk ilat pinggangnya dan memutarkan bagian kepalanya keudara dan siap untuk menghajar Arya.
Ia tak ingin membuang waktu cukup lama, sebab ia harus secepatnya membawa keluarganya pergi meninggalkan tempat itu, karena mereka sudah terlacak.
Tanpa menunggu lama, Arya menembakkan senjata apinya tepat didada lawannya.
Dooor...
Satu tembakan meleset, dan saat pria melemparkan sabuk ikat pinggangnya, Arya kembali menembakkan senjata apinya, kali ini mengenai lengan pria tersebut, dan ikat pinggang itu terlepas dari tangan lawannya.
Cairan pekat keluar dari luka lengan di pria bertubuh kekar itu.
Ia belum menyerah, dan berjalan sempoyongan menghampiri Arya, dengan cepat ia melemparkan jasad lawannya yang sudah tidak lagi bergerak.
Ia menyambut kedatangan pria itu, lalu menyambut tinju yang dilayangkan oleh pria berpakaian hitam dengan telapak tangannya, lalu mencengkram erat dan menghujamkan sikunya tepat leher lawannya, dan..,
"Aaaaaaarrgh...," pria itu terpekik, dan sesaat ia membeliakkan kedua matanya dan Arya tak ingin berlama, ia memberikan satu pukulan lagi didada lawannya, hingga akhirnya pria berpakaian hitam itu ambruk ditanah yang ditumbuhi rerumputan.
Arya menatap jasad para pria yang mencoba menghabisinya. Ia bergerak mundur, lalu berlari menerobos hutan untuk kembali ke ruang bawah tanah yang mana ia akan membawa keluarganya pergi dari tempat itu.
ini pas banget, ini menunjukkan jika tafasya yg sekr bukanlah tafasya yg dulu
terima kasih thor