NovelToon NovelToon
Engkau Milikku

Engkau Milikku

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Mafia / Cinta setelah menikah / Selingkuh / Balas dendam pengganti
Popularitas:12.7k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

"Hanya aku yang boleh menyiksa dan membuatmu menderita. Hanya aku yang boleh mencintai dan memilikimu."_Sean Aznand.

Sonia Elliezza, rumah tangga yang dia idam-idamkan selama ini menjadi mimpi buruk untuknya, walaupun Sonia menikah dengan pria yang sangat dia cintai dan juga mencintainya.

Hanya karena kesalahan di masa lalu, membuat rumah tangga Sonia bersama dengan Sean Aznand menjadi sangat dingin dan menegangkan serta penuh dendam dan amarah yang tak terbantahkan.

Sean memberikan pilihan pahit pada Sonia di awal pernikahan mereka yaitu pergi atau bertahan. Pilihan apakah yang Sonia ambil?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cincin

Di dalam mobil Sean sebenarnya sangat cemas melihat Sonia begitu tapi dia berusaha untuk tetap terlihat tenang, Sonia hanya meringkuk menahan sakit di kepala, dia tidak menangis ataupun mengeluh.

Sean berbalik menjemput Sonia tadi karena dia melihat Sonia menangis di tepi jalan dengan keadaan yang terlihat lemah, itulah kenapa dia membuang egonya terlebih dahulu.

Saat sudah memasuki jalan utama, Sean dihadang macet total, dia mengumpat habis-habisan karena mobil tidak bergerak sama sekali, mau putar arah pun tidak bisa, itu adalah jalan satu-satunya menuju rumah sakit. Sean melihat ke bangku belakang, Sonia tampak tidak bergeming sedikitpun, matanya terpejam, darah tidak mengalir lagi dari kepalanya, hanya saja wajah Sonia terlihat begitu pucat.

"Son, kamu masih sadar nggak?" Sean mencoba membangunkan Sonia, Sonia hanya menganggukkan kepalanya menandakan kalau dia masih sadar.

"Aku akan coba cari bantuan dulu, kamu tunggu di sini ya." Kata Sean, dia berharap ada motor yang bisa dia pakai untuk membawa Sonia ke rumah sakit.

Sean keluar dari mobilnya dan melihat kondisi jalanan, sangat padat dan mobil memang tidak ada yang bisa bergerak, Sean meminta bantuan pada pengendara motor untuk membawa istrinya ke rumah sakit tapi tidak ada yang mau membantu. Sean yang sudah putus asa kembali memasuki mobilnya, sekarang dia tidak bisa lagi menyembunyikan wajah panik setelah melihat Sonia semakin lemah dan pucat.

"Sayang, ayo pindah ke bangku depan." Suara Sean jelas menunjukkan kekhawatiran. Sonia berusaha untuk bangun dan pindah ke depan, dia menyandarkan kepalanya, pandangan Sonia masih buram dan masih merasa mual.

Sean melihat ada apotik di seberang jalan, dia berlari ke sana dan membeli obat serta perlengkapan untuk mengobati luka.

Setelah mendapatkannya, Sean kembali bergegas ke mobil dan segera mengobati luka Sonia dan juga mengobati lukanya sendiri.

"Maafkan aku sayang, harusnya aku lebih bisa mengontrol hatiku tadi, bukan malah membuatmu celaka seperti ini." Sesal Sean pada Sonia.

"Nggak papa, aku baik-baik aja kok." Balas Sonia lemah.

"Baik-baik apanya, kamu tunggu di sini ya, aku coba cari kendaraan untuk bawa kamu ke rumah sakit dulu." Sean yang akan keluar dari mobilnya ditahan oleh Sonia yang memegang lengan kokohnya itu.

"Di sini aja, aku nggak papa kok, cuma pusing sama mual, habis minum obat pereda nyeri tadi aku udah mendingan."

"Nggak sayang, aku takut kamu kenapa-napa, tunggu aja di sini."

"Sean, aku mau pulang aja, aku nggak mau ke rumah sakit lagi." Sean hanya mengangguk dan menuruti maunya Sonia, dia tidak ingin mendebat sang istri karena saat ini istrinya sedang sakit dan sakitnya juga tersebab oleh Sean sendiri.

Sean membuat posisi tidur Sonia lebih nyaman dengan menurunkan sandaran kursi mobil, tapi Sonia tidak mau.

"Biarin aja begini."

"Biar kamu nyaman tidurnya."

"Tidur di paha kamu boleh nggak?"

"Iya boleh." Sean mengambil sebuah bantal kecil yang ada di jok belakang lalu meletakkan di pahanya, Sonia meletakkan kepalanya dan tidur.

Sean mengusap lembut kepala Sonia, dia sangat menyesal sudah membuat Sonia seperti ini, macet pun masih belum usai, mobil hanya bisa bergerak sedikit-sedikit tapi lumayan juga daripada tadi yang tidak bisa bergerak sama sekali.

Sean memutuskan untuk membawa Sonia pulang, dia akan membiarkan Sonia istirahat di rumah. Sonia terlihat sangat lelap tidur di pangkuan Sean, bahkan terdengar dengkuran halusnya. Sebelah tangan Sean mengusap lembut kepala Sonia dan menggenggam tangannya.

"Gara-gara kau Vanno, aku jadi memarahi istriku, dasar sialan." Umpat Sean yang sakit hati pada Vanno.

Sean menyibakkan rambut Sonia yang menutupi wajah cantik istrinya itu, terlihat bekas merah akibat cengkramannya tadi di rahang Sonia karena kulit Sonia yang putih jadi sangat terlihat bekas tangannya Sean.

Sesampainya di rumah, Sean menggendong Sonia dan menidurkannya di kamar, Sean teringat dengan cincin yang dia ambil waktu itu dari lemari Sonia, dia mengambil cincin itu dan memasangkannya di jari manis Sonia sebelah kiri.

Kedua jari manis Sonia sudah terisi dengan cincin pemberian Sean, satu cincin pernikahan mereka dan satunya lagi cincin berlian kado dari Sean untuk Sonia.

...🕊🕊🕊...

Cahaya pagi memasuki kamar Sonia, Khadijah membuka gorden kamar dan membiarkan cahaya itu leluasa mengganggu tidur Sonia. Sonia mengerjapkan matanya dan berusaha bangun, kepalanya kembali terasa sangat pusing.

"Sudah siang nak, kebablasan kamu tidurnya." Sapa Khadijah saat melihat Sonia sudah bangun.

"Iya bu, lama banget ya berarti aku tidurnya."

"Ya lumayan, dari kemarin siang pas pulang sampai pagi ini kamu tidur."

"Jam berapa bu?" Sonia melirik jam dinding yang ada di kamarnya dan dia pun terkejut karena sekarang sudah jam 9 pagi.

"Hah? Aku kesiangan bu."

"Udah nggak papa, tuan berpesan tadi kalau kamu bangun, segera makan dan minum obat." Khadijah sudah membawakan semuanya untuk Sonia.

"Bu, Sean pergi dari tadi ya?"

"Iya." Khadijah menyuapi Sonia saat ini.

"Semalam dia tidur dimana?" Tanya Sonia penasaran.

"Ibu nggak liat nak, semalam tuan keluar tapi cuma sebentar dan pas pulang ibu liat dia masuk kamarnya."

"Hm ngapain ya dia keluar?"

"Ibu juga nggak tau." Sonia menghabiskan makanannya dan meminum obat, Khadijah keluar dan  membiarkan Sonia beristirahat.

Sonia mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Selesai mandi, Sonia keluar dengan handuk yang hanya menutupi dada hingga atas paha, lalu satu handuk lagi menutupi rambut basahnya.

"Loh kok di sini?" Tanya Sonia pada Sean yang sudah tiduran di atas kasurnya sambil memainkan ponsel dengan pakaian santai, bukan pakaian kerja.

"Kenapa memangnya? Aku ini suamimu, nggak perlu kaget begitu." Kata Sean.

"Tapi kata ibu kamu ke kantor, kok udah di sini? Kamu sakit?" Sean beranjak dari kasur dan mendekati Sonia yang masih berdiri menatapnya.

"Kepalaku masih pusing, nggak mood ke kantor."

"Ooh ya udah, kamu udah makan?" Tanya Sonia lagi.

"Belum, aku beliin kamu bakso tadi, tuh." Sean menunjuk ke arah meja yang sudah terhidang 2 mangkuk bakso jumbo kesukaan Sonia.

Mata Sonia seketika berbinar melihat bakso itu, padahal dia habis makan disuapi Khadijah. Sonia segera mendekati meja dan bersiap menyantap bakso itu. Sonia duduk di sofa dan membuat handuknya terangkat hampir menampakkan pangkal paha putih mulusnya, dada Sonia juga tidak tertutup sempurna dalam balutan handuk putih itu hingga bagian dada atas Sonia terekspos begitu saja yang membuat Sean gelisah.

"Seenggaknya pake baju dulu baru makan." Tegur Sean, dia takut tidak bisa mengendalikan diri melihat Sonia seperti itu.

"Oh iya aku lupa." Sonia berdiri lalu menuju lemari pakaian, dia mencari baju yang nyaman untuk hari ini. Sonia masih belum sadar kalau di jari manis kirinya ada cincin, saat akan menutup lemari, dia melihat cincin itu terpasang dan dengan refleks Sonia melentikkan jarinya.

Sean mendekati Sonia dan memeluk tubuh ramping istrinya yang masih mengenakan handuk.

"Kenapa berbohong padaku? Kau bilang cincin itu hilang tapi ternyata kau menyimpan dan tidak memakainya. Apa begitu benci kamu padaku Son, sampai apa yang aku berikan tak mau kamu pakai lagi?" Tanya Sean sambil meletakkan dagunya di pundak Sonia. Air mata Sonia menetes mengingat bagaimana dia bisa mendapatkan cincin itu kembali.

"Aku tidak bohong Sean, cincin ini memang hilang waktu itu, sampai aku lihat kalau Bu Nila memberikan cincin ini pada seorang gadis yang bernama Gladis." Jawab Sonia, Sean membalikkan tubuh Sonia hingga Sonia menghadap padanya.

"Gladis?" Sonia mengangguk.

"Kamu kenal dia?"

"Iya, dia itu teman masa kecilku, kami dibesarkan di lingkungan yang sama, orang tuanya itu dekat dengan kedua orang tuaku dulunya, tapi aku dan dia tidak memiliki hubungan apapun." Jelas Sean.

"Oh"

"Tolong ceritakan padaku apa yang terjadi?" Sonia duduk di pinggir kasur dan diikuti oleh Sean.

1
Lina ciello
gustii kembarr 3 gaess 😁
GuGuGaGa_90
first time aku baca novel, awal cerita aku dh naik angin.. /Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Lina ciello
oalahh
GuGuGaGa_90
Luar biasa
Vebi Gusriyeni: Terima kasih atas dukungannya 😊
total 1 replies
GuGuGaGa_90
jgn berubah Sean... teruskan dgn demam gilamu itu.
GuGuGaGa_90
aku harap, bila baca part last cerita ni Sonia meninggal...
GuGuGaGa_90
benar2 pasangan gila... mafia saja x seksa isteri mcm tu walaupun benci...
GuGuGaGa_90
mati je la sonia
GuGuGaGa_90
cinta itu gila
GuGuGaGa_90
Nikmati saja lah Sonia...
Sorry aku langsung emo... geram perangai perempuan mcm nie.
GuGuGaGa_90
ya nikmati saja lah
GuGuGaGa_90
padan muka
GuGuGaGa_90
pilihan yg "BODOH" ko dh disakiti knp nk bertahan.. smpi Sean dh angkat tangan kat muka ko.. pergi mampus la dgn cinta pertama... tolol
Lina ciello
yawes harus legowo krn kamu pernah nyiksa Sonia tanpa ampun 😒
Lina ciello
edannn 🤬😡
Lina ciello
iki Endro pedofil yakno
Lina ciello
sokorrr
Lina ciello
teneh porak poranda gek pertama x lgsg di trus2ke 🤣
Lina ciello
endroo demittt.. pantesann Sean koyo demittt wong turunane 😡
Lina ciello
walahhh kok jebul ibune😱😱😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!