Di tahun 2145, dunia yang pernah subur berubah menjadi neraka yang tandus. Bumi telah menyerah pada keserakahan manusia, hancur oleh perang nuklir, perubahan iklim yang tak terkendali, dan bencana alam yang merajalela. Langit dipenuhi asap pekat, daratan terbelah oleh gempa, dan peradaban runtuh dalam kekacauan.
Di tengah kehancuran ini, seorang ilmuwan bernama Dr. Elara Wu berjuang untuk menyelamatkan sisa-sisa umat manusia. Dia menemukan petunjuk tentang sebuah koloni rahasia di planet lain, yang dibangun oleh kelompok elite sebelum kehancuran. Namun, akses ke koloni tersebut membutuhkan kunci berupa perangkat kuno yang tersembunyi di jantung kota yang sekarang menjadi reruntuhan.
Elara bergabung dengan Orion, seorang mantan tentara yang kehilangan keluarganya dalam perang terakhir. Bersama, mereka harus melawan kelompok anarkis yang memanfaatkan kekacauan, menghadapi cuaca ekstrem, dan menemukan kembali harapan di dunia yang hampir tanpa masa depan.
Apakah Elara dan Orion mampu m
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Perang Bayangan
Dunia di atas permukaan tidak menyadari apa yang sedang terjadi di bawah tanah. Elara, yang kini menjadi bagian dari kelompok Mata yang Terpejam, mulai memahami bahwa perjuangan mereka tidak hanya melawan Eden atau Jaringan Kematian, tetapi juga melawan sesuatu yang lebih besar—sebuah sistem yang telah mencengkeram dunia ini selama puluhan tahun.
Ruangan tempat mereka bersembunyi adalah sebuah bunker kuno yang tersembunyi di kedalaman reruntuhan kota. Bunker itu dipenuhi dengan teknologi yang tidak dikenal oleh dunia luar. Monitor-monitor besar menampilkan peta dunia, dengan titik-titik merah yang terus berkedip, menunjukkan lokasi-lokasi strategis yang menjadi target kelompok ini.
Elara berdiri di tengah ruangan, memperhatikan layar dengan tatapan penuh konsentrasi. Orion duduk di sebelahnya, masih memulihkan diri dari luka-lukanya. Tubuhnya terlihat lebih kuat, namun matanya menyiratkan kelelahan yang dalam.
“Eden mungkin telah menjatuhkan kita,” kata Elara dengan suara rendah namun penuh tekad, “tetapi mereka belum menang.”
Orion mengangguk. “Mereka pikir kita mati. Itu keuntungan terbesar kita sekarang.”
Seorang pria tua berambut putih mendekati mereka. Dia adalah Ardan, pemimpin Mata yang Terpejam, seorang mantan ilmuwan Eden yang membelot setelah melihat kejahatan yang dilakukan sistem tersebut. Dengan suara berat, dia berkata, “Mereka mungkin berpikir kita lemah, tetapi kita memiliki sesuatu yang mereka tidak miliki—kebenaran. Dan sekarang, waktunya kita melangkah ke depan.”
Elara mengangkat alis. “Apa rencanamu?”
Ardan menunjuk ke salah satu layar, yang menunjukkan peta kompleks Eden. “Kami telah menemukan inti pusat sistem mereka. Semua informasi, semua kontrol, semuanya ada di sana. Jika kita bisa menghancurkan itu, Eden akan runtuh.”
“Dan apa yang ada di dalamnya?” tanya Orion.
Ardan terdiam sejenak, kemudian berkata, “Di dalamnya ada proyek yang disebut Genesis. Ini adalah program yang dirancang untuk menciptakan manusia baru—manusia yang sepenuhnya dikendalikan oleh Eden. Jika proyek ini berhasil, tidak akan ada lagi kebebasan. Dunia akan menjadi milik mereka selamanya.”
Kata-kata itu membuat udara di ruangan terasa lebih berat. Elara mengepalkan tinjunya. “Lalu kita harus menghentikannya. Berapa banyak waktu yang kita miliki?”
“Kurang dari 72 jam,” jawab Ardan. “Setelah itu, Genesis akan diaktifkan, dan tidak ada jalan kembali.”
Persiapan dilakukan dengan cepat. Elara, Orion, dan tim kecil dari Mata yang Terpejam bergerak melalui terowongan bawah tanah yang mengarah ke kompleks Eden. Setiap langkah diiringi oleh ketegangan yang mencekam, karena mereka tahu bahwa kegagalan bukanlah pilihan.
“Apakah kau siap untuk ini?” tanya Orion pelan ketika mereka berjalan berdampingan.
Elara menoleh padanya, matanya penuh dengan determinasi. “Aku tidak tahu apakah aku siap. Tapi kita tidak punya pilihan, bukan?”
Orion tersenyum tipis. “Tidak, tidak ada pilihan.”
Ketika mereka mendekati pintu keluar terowongan, Ardan memberi isyarat untuk berhenti. “Di sini kita berpisah,” katanya. “Aku dan timku akan menciptakan gangguan di sisi barat. Itu akan menarik perhatian penjaga. Kalian berdua harus masuk ke dalam dan menghancurkan inti sistem.”
“Bagaimana kita menghancurkannya?” tanya Elara.
Ardan mengeluarkan sebuah perangkat kecil berbentuk seperti tabung. “Ini adalah EMP portabel. Letakkan ini di inti sistem, dan itu akan menghapus semua data mereka. Tapi kalian hanya akan punya waktu lima menit untuk keluar sebelum seluruh tempat itu meledak.”
Elara mengambil perangkat itu dengan hati-hati, menyadari betapa pentingnya misi ini. “Kami tidak akan mengecewakanmu.”
Ardan menepuk bahu mereka dengan lembut. “Berhati-hatilah. Dunia bergantung pada kalian.”
---
Masuk ke dalam kompleks Eden bukanlah tugas yang mudah. Sistem keamanan mereka sangat canggih, dengan sensor gerakan, kamera, dan patroli bersenjata lengkap. Namun, Elara dan Orion berhasil menyelinap melalui celah-celah keamanan dengan bantuan peta yang diberikan oleh Ardan.
Saat mereka mendekati inti sistem, ketegangan semakin meningkat. Mereka tahu bahwa satu kesalahan kecil saja bisa berakibat fatal.
“Berapa jauh lagi?” tanya Orion dengan suara pelan.
Elara memeriksa peta holografik di tangannya. “Dua lorong lagi. Kita hampir sampai.”
Namun, ketika mereka berbelok di sudut, mereka dihadang oleh sekelompok penjaga bersenjata lengkap. Tembakan pertama dilepaskan, dan Elara serta Orion dengan cepat berlindung di balik dinding beton.
“Plan B?” Orion bertanya sambil mengisi ulang senjatanya.
Elara mengangguk. “Plan B.”
Mereka melompat keluar dari perlindungan mereka, melepaskan tembakan dengan presisi yang mematikan. Satu per satu penjaga jatuh, tetapi jumlah mereka terus bertambah. Suara tembakan bergema melalui koridor, memperingatkan semua penjaga lain di kompleks tersebut.
“Kita tidak akan bisa bertahan lama di sini!” teriak Orion.
“Terus maju!” jawab Elara.
Dengan keberanian yang luar biasa, mereka berhasil melewati penjaga-penjaga tersebut dan mencapai pintu besar yang mengarah ke inti sistem. Elara dengan cepat menggunakan perangkat peretas yang diberikan oleh Ardan untuk membuka pintu, sementara Orion berjaga di belakangnya, menahan gelombang penjaga yang terus datang.
Ketika pintu akhirnya terbuka, mereka masuk ke dalam ruangan besar yang dipenuhi dengan server-server raksasa dan kabel-kabel yang bersinar. Di tengah ruangan, sebuah bola energi besar melayang, memancarkan cahaya biru yang menyilaukan. Itu adalah inti sistem.
“Elara, cepat!” teriak Orion.
Elara berlari ke arah inti, mengeluarkan perangkat EMP dari tasnya. Namun, sebelum dia bisa memasangnya, sebuah suara dingin terdengar dari balik ruangan.
“Kalian pikir bisa menghancurkan ini begitu saja?”
Mereka berdua menoleh, dan melihat seorang pria berdiri di ambang pintu. Dia mengenakan armor canggih yang tampak seperti bagian dari teknologi Eden, dengan mata yang bersinar merah.
“Siapa kau?” tanya Elara, suaranya penuh kemarahan.
“Aku adalah penjaga terakhir. Dan kalian... akan mati di sini.”
Pria itu bergerak dengan kecepatan yang tidak wajar, menyerang mereka dengan senjata energi yang mematikan. Pertarungan pun dimulai, dan Elara serta Orion harus mengerahkan semua kemampuan mereka untuk bertahan.
Namun, waktu terus berjalan. Elara tahu bahwa mereka harus memasang EMP sebelum semuanya terlambat.
“Orion, tahan dia!” teriaknya.
Orion mengangguk, meskipun dia tahu bahwa tugas itu mungkin akan membunuhnya. Dia menghadapi penjaga itu dengan keberanian yang luar biasa, memberikan Elara waktu yang dia butuhkan untuk menyelesaikan tugasnya.
Dengan tangan yang gemetar, Elara memasang EMP di inti sistem dan mengaktifkannya. “Kita hanya punya lima menit!” teriaknya.
Namun, ketika dia menoleh, dia melihat Orion jatuh ke tanah, terluka parah.
“Orion!”
Dia berlari ke arahnya, mencoba membawanya keluar dari ruangan. Tetapi penjaga itu masih berdiri, meskipun terluka, dan bersiap untuk menyerang mereka lagi.
Elara tahu bahwa mereka tidak akan bisa keluar bersama. Dengan air mata yang mengalir, dia menatap Orion.
“Kau harus pergi,” bisik Orion dengan suara lemah. “Aku akan menahannya di sini.”
“Tidak! Aku tidak akan meninggalkanmu!”
“Tugasmu lebih penting daripada aku. Selamatkan dunia ini, Elara. Itu satu-satunya cara kita bisa menang.”
Dengan hati yang berat, Elara meninggalkan Orion dan berlari keluar dari ruangan, sementara ledakan mulai mengguncang kompleks tersebut.
Di belakangnya, suara pertempuran terakhir Orion bergema, sebelum semuanya tenggelam dalam kegelapan.