Juara 2 YAAW 2024, kategori cinta manis.
Datang ke rumah sahabatnya malah membuat Jeni merasakan kekesalan yang luar biasa, karena ayah dari sahabatnya itu malah mengejar-ngejar dirinya dan meminta dirinya untuk menjadi istrinya.
"Menikahlah denganku, Jeni. Aku jamin kamu pasti akan bahagia."
"Idih! Nggak mau, Om. Jauh-jauh sana, aku masih suka yang muda!"
Akan seperti apa jadinya hubungan Jeni dan juga Josua?
Skuy pantengin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mabuk
Melihat kedatangan Jeni dan juga Juliette membuat Jingga merasa kesal dan juga marah, karena penampilan keduanya dirasa sangat luar biasa. Jeni dan juga Juliette terlihat begitu cantik sekali.
Bahkan, baju yang dikenakan oleh kedua wanita itu terlihat mahal. Bentuk tubuh keduanya juga terlihat begitu seksi, dia sebagai sang pemilik acara merasa terkalahkan.
Terlebih lagi saat diberikan kado ulang tahun dengan barang branded, sungguh Jingga merasa marah dan merasa terhina. Wanita itu langsung merencanakan niat jahat untuk membalas Juliette dan juga Jeni.
"Ayo kita kumpul, kita tiup lilinnya dulu," ujar Jingga setelah sekian lama menunggu teman-temannya datang dan sudah hadir semua.
Akhirnya acara inti pun dilaksanakan, semua teman yang datang nampak menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan mereka bersorak gembira ketika Jingga meniup lilin dan memotong kuenya.
Sebenarnya Jeni dan juga Juliette merasa aneh, kenapa pesta malam itu terlihat begitu bebas. Ke mana kedua orang tua dari Jingga tersebut, pikir mereka.
Namun, mereka tidak ingin memikirkan akan hal itu lagi ketika Jingga meminta semua orang yang hadir untuk menikmati makanan dan juga minuman yang sudah disediakan.
Jingga bahkan mengajak semua temannya untuk minum bersama sebagai tanda perayaan ulang tahunnya, tanpa Jeni dan Juliette duga, minuman keduanya sudah diganti dengan minuman yang mengandung alkohol tinggi.
Hal itu dia lakukan karena ingin mempermalukan kedua wanita cantik tersebut, dia merasa jika di sana hanya dia ratunya dan tidak ada orang yang boleh lebih cantik dari dirinya.
"Ini minuman apa sih, Jingga? Kenapa rasanya sangat aneh?" tanya Jeni setelah dia mencicipi sedikit minuman beralkohol tersebut.
"Ini minuman mahal, minuman yang biasa diminum oleh orang kaya. Udah minum aja, nggak usah ragu." Jingga tersenyum penuh tipu.
Jeni dan juga Juliette memang tidak pernah meminum minuman yang aneh, terlebih lagi dengan Juliette yang memang selalu dipantau dengan apa yang dia makan dan apa yang dikonsumsi oleh gadis itu.
Juliette berpikir jika minuman itu memang biasa diminum oleh orang-orang kaya, tetapi dirinya tidak boleh meminumnya. Pada akhirnya dia dan juga Jeni meminum-minuman tersebut sampai tandas.
"Ya ampun, kepala gue keleyengan," ujar Jeni seraya memijat kepalanya yang tiba-tiba saja terasa sakit.
"Kepala gue juga sakit," imbuh Juliette seraya memukul-mukul kepalanya.
Keduanya mulai bersikap aneh, bahkan pipi keduanya nampak memerah dengan tatapan mata yang berubah menjadi sayu. Keduanya juga nampak berkeringat dan tubuh mereka nampak oleng.
"Duh! Gue haus banget, bagi air putih dingin dong!" teriak Juliette.
Jingga tersenyum puas, pertunjukan akan segera dimulai, pikirnya. Wanita itu dengan cepat meminta seorang pelayan untuk membawakan dua gelas air putih, karena Jeni juga nampak terlihat kegerahan dan nampak memegangi tenggorokannya.
Tingkah Jeni dan juga Juliette dirasa sangat aneh, orang-orang yang hadir di sana mulai kasak-kusuk. Mereka mulai menggosipkan keduanya.
"Eh? Itu si Jeni sama si Juliette kenapa? Kenapa mereka jadi aneh gitu?"
"Nggak tahu, gue juga. Nggak tahu kenapa mereka bertingkah seperti itu, tapi mereka kaya mabok ya."
"Hooh! Kok mereka doang yang aneh setelah minum, apa mungkin mereka meminum minuman yang berbeda dengan kita."
"Bisa, jadi."
Setelah melihat Juliette dan juga Jeni yang nampak bersikap aneh, semua orang yang ada di sana nampak menolehkan wajahnya ke arah Jingga. Bukannya merasa takut, tetapi wanita itu malah tertawa dengan terbahak-bahak.
"Ini adalah salah satu pertunjukan dari gue," ujar Jingga.
Semua orang yang ada di sana nampak memperhatikan apa yang dilakukan oleh Juliette dan juga Jeni, karena mereka sesungguhnya tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Jingga.
Tidak lama kemudian, keduanya nampak kacau. Bahkan, keduanya nampak meracau dengan tidak jelas. Kedua gadis cantik itu kini mulai berdiri dan bergoyang semaunya saat mendengar alunan musik yang memang sengaja diputar oleh Jingga.
Keduanya benar-benar terlihat konyol, semua orang yang awalnya merasa kebingungan, kini langsung bersorak dan ada juga yang mengata-ngatai keduanya.
"Goyang terus, Jen!"
"Kurang heboh!"
Bukannya membantu keduanya agar tidak bersikap aneh, justru semua orang yang ada di sana malah menyoraki dan ada juga yang mencibir. Jingga terlihat sangat puas.
"Ini balasan dari gue, karena kalian sudah berani datang dan mengalahkan penampilan gue." Jingga tentunya mengatakan hal itu di dalam hatinya saja.
Di luar Josua ternyata tidak pulang, pria itu menunggu kedua gadis tersebut di dalam mobil dengan perasaan gelisah. Tidak lama kemudian pria itu melirik jam tangan mewah di tangan kirinya.
Ternyata kedua gadis cantik itu sudah satu jam lebih berada di dalam rumah Jingga, Josua yang tidak sabar akhirnya turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah tersebut.
Awalnya Joshua tidak diizinkan untuk masuk, tetapi setelah security itu memperhatikan orang yang ada di hadapannya yang ternyata adalah Josua Albert William, security yang bekerja di sana langsung mengizinkan Josua untuk masuk.
"Apa sih yang mereka lakukan? Kenapa begitu lama berada di dalam?" tanya Josua dengan perasaan campur aduk.
Pada saat pria itu masuk, dia nampak mengedarkan pandangannya dan mencari di mana tempat yang digunakan untuk perayaan pesta ulang tahun.
Josua terus saja melangkahkan kakinya mengikuti asal suara yang terdengar begitu riuh, hingga tidak lama kemudian dia sampai di taman belakang, karena memang ternyata pesta ulang tahun itu diadakan di dekat kolam renang.
"Di mana mereka?" tanya Josua karena merasa aneh tidak melihat keberadaan Jeni dan juga Juliette.
Hanya banyak anak-anak remaja yang sedang bersorak dan seolah sedang mengerumuni sesuatu, karena penasaran akhirnya Josua semakin mendekat ke arah kerumunan tersebut.
Wajah Joshua terlihat memerah karena marah, dia melihat Jeni dan juga Juliette nampak mabuk. Keduanya nampak meliuk-liukkan tubuhnya di depan banyak teman-temannya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?!" pekik Josua dengan marah.
Dia merasa marah dengan apa yang dia lihat, dia juga merasa marah karena melihat anak dan sahabatnya nampak mabuk sedangkan teman-temannya tidak. Josua langsung mencium hal yang aneh.
Sontak saja semua orang yang ada di sana langsung menolehkan wajahnya ke arah Josua ,bahkan Jingga langsung mematikan musik yang sejak tadi mengalun dengan begitu kencang di taman belakang tersebut.
Semua orang yang ada di sana tentunya merasa kaget saat melihat Josua, karena pria muda itu memang begitu dikenal. Pria itu dikenal sebagai seorang pengusaha yang sukses dan wajahnya memang sering wara-wiri di televisi dan juga majalah bisnis.
Tentunya satu hal yang sangat diketahui oleh Jingga, Josua adalah bos dari ayahnya. Jingga dengan cepat menghampiri Josua dan bertanya dengan begitu sopan.
"Ada apa, Tuan? Kenapa Tuan datang ke sini? Apakah Tuan ingin bertemu dengan ayah saya?" tanya Jingga.
Josua menatap Jingga dengan penuh kemarahan, lalu dia menghampiri Jeni dan juga Juliette. Pria itu langsung menuntun keduanya untuk segera keluar dari tempat itu.
"Tuan, anda mau ke mana?" tanya Jingga dengan heran karena pria itu malah menuntun Jeni dan juga Juliette untuk pergi dari kediaman ayahnya.
"Aku ingin membawa putriku dan juga temannya pulang," jawab Josua.
Deg!
Wajah Jingga tiba-tiba saja memucat mendengar apa yang dikatakan oleh Josua, karena jika pria itu berkata seperti itu, maka di antara dua gadis itu salah satunya adalah putrinya.
"Anda bisa minum dulu, Tuan. Duduklah dulu," ujar Jingga yang tiba-tiba saja merasakan akan adanya bahaya.
"Saya tidak ingin duduk dan juga tidak ingin minum, sekarang Saya ingin bertanya sama kamu. Sebenarnya apa yang terjadi dengan putri saya? Kenapa keduanya terlihat ada dalam pengaruh alkohol?"
Jingga langsung menundukkan kepalanya, wanita itu bahkan nampak memilin ujung rambutnya. Jingga nampak gelisah sekali, Josua langsung bisa menebak apa yang terjadi.
"Jika terbukti kamu yang melakukan hal yang tidak baik terhadap putriku dan juga temannya, maka bersiaplah untuk menjadi gembel. Karena ayah kamu akan segera saya pecat," ujar Josua dengan nada penuh ancaman.
"Tuan, saya mohon jangan. Ini hanya salah paham, kami hanya sedang bercanda saja."
"Bercanda? Hal seperti ini kamu bilang bercanda? Di mana otak kamu, hah?" tanya Josua dengan kesal.
"Maaf, Tuan. Tolong jangan pecat ayah saya, Tuan boleh menghukum saya,'' ujar Jingga dengan jantungnya yang terasa hendak copot.
Suasana di ruangan itu yang tadinya terasa riuh, kini berubah menjadi hening. Setiap orang seperti sedang mengheningkan cipta dan hanya menunduk, tidak ada yang berani bersuara sama sekali.
Sungguh semua orang yang ada di sana nampak tidak percaya jika ternyata kedua orang yang selalu dianggap cukup itu, adalah orang yang sangat berharga bagi Josua.
"Tuan, tolong maafkan saya."
Josua tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh Jingga, pria itu dengan cepat membawa putrinya dan juga Jeni untuk keluar dari dalam rumah tersebut.