Masa lalu yang telah Ia lupakan kembali hadir dan mengusik kehidupannya. Seolah takdir mempermainkan mereka.
Mira, wanita cantik yang profesi sebagai seorang dokter telah berhasil keluar dari keterpurukannya dan membahagiakan anaknya seorang diri. Ia mampu melakukan semua itu tanpa adanya sosok Rangga, pria masa lalu yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya dan tiba-tiba pergi begitu saja. Menghilang bagai buih.
Disaat Mira tengah bahagia dengan kehidupannya, lagi-lagi pria itu tiba-tiba hadir dalam hidupnya. Takdir kembali mempertemukan mereka sebagai seorang dokter dan pasien.
Akankah Mira berada di sekitaran Rangga sebagai seorang dokter, yang akan menyembuhkannya? Ataukah memutuskan menjadi sosok wanita yang telah dicampakkan, dan membalas rasa sakitnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kunjungan Mira
Semakin hari Dewi terus mengakrabkan diri dengan Mira. Ia sering menanyakan tentang Shalat, karena Mira tak pernah lagi membawa putranya itu ke rumah sakit. Karena asisten rumah tangga yang selama ini mengasuhnya kini sudah kembali bekerja seperti dulu lagi.
“Dit … Aneh nggak sih jika ibu itu terus saja menanyakan Shaka dan terus membawa makanan ke ruanganku juga membelikan mainan untuk Shaka? Kira-kira kenapa, ya?” ucap Mira pada Dita.
“Mungkin karena kamu telah menyelamatkan nyawa orang yang disayanginya, seperti yang dikatakannya jika kamu telah menyelamatkan putranya. Semua orang pasti senang jika orang yang disayanginya itu bisa selamat dan tindak yang dilakukan padamu aku pikir adalah hal yang wajar, apalagi jika dia orang kaya,” ucap Dita membuat Mira pun hanya mengangguk membenarkannya. Ia juga memiliki orang yang disayangi, yaitu Shaka. Jika terjadi sesuatu padanya dan ada yang menyelamatkannya, tentu saya ini juga akan sangat berterima kasih kepada orang itu.
Walau selama beberapa hari ini Mira merasa curiga dengan sikap baik Dewi yang sangat baik padanya. Namun, Ia berusaha untuk mengabaikannya dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh Dita, jika itu hanyalah ungkapan terima kasih dari seorang ibu.
“Ya sudah, aku ingin memeriksa pasienku dulu,” ucap Dita membuat Mira pun mengangguk dan mereka mengambil jalur yang berbeda. Mira yang tadinya ingin kembali ke ruangannya menghentikan langkahnya, sudah dua minggu ini ia tak mendengar kabar dari Rangga. Mira merasa penasaran, apakah pria itu sudah baik-baik saja.
Dengan perlahan Mira melangkah menuju ke ruangan Rangga di rawat, awalnya ia ingin menanyakan kondisi Rangga pada Andre selaku dokter yang menanganinya. Namun, Ia memutuskan untuk melihatnya sendiri.
Begitu sudah akan sampai langkahnya terhenti saat melihat Dewi berjalan dengan Bayu Aji. Ia pun bersembunyi di balik tembok.
“Mas, aku ingin dokter Mira yang merawat putra kita. Lihatlah, sampai saat ini putra kita tak ada perkembangan apapun. Mungkin saja jika dokter Mira yang menanganinya anak kita bisa jauh lebih baik lagi. Minimal Rangga bisa sadar,” ucap Dewi dengan nada memohon.
“Dokter Andre juga dokter yang berpengalaman dan tak kalah hebatnya. Aku rasa kita harus sabar menunggu sampai anak kita sadar dulu dan tau pasti kondisinya.”
“Ayah … tak ada salahnya kita menjadi dokter Mira sebagai dokter pribadinya.”
“Aku sudah meminta dokter yang bernama Mira itu untuk menjadi dokter anak kita, tapi kamu tau sendirikan jika dia menolak,” ucap Bayu Aji yang merasa dokter Andre juga baik untuk putranya.
“Baiklah, jika memang itu yang ayah inginkan,” ucap Dewi pun akhirnya pasrah, mereka berdua baru saja dari ruangan Rangga membuat Mira pun kini baru menyadari jika Dewi adalah ibu dari Rangga. Ia mendengar dengan jelas percakapan mereka.
Apakah dia berterima kasih dengan membawakan semua makanan dan juga memberikan perhatian itu karena ia telah berhasil mengoperasi Rangga saat terakhir kali? Ataukah semua itu hanya triknya untuk membujuknya agar ia mau menerima tawaran darinya.
“Jadi, sampai saat ini Rangga belum sadar?” gumam Mira kemudian Ia pun melangkah menuju ke ruangan tersebut, ia masuk ke dalam ruangan tersebut dan melihat Rangga masih terbaring dengan alat-alat yang menempel di tubuhnya.
“Rangga. Apa kamu masih mengingatku?” ucap Mira begitu ia berdiri di samping Rangga. Mira tak tahu apakah Rangga mendengarnya atau tidak, ia hanya ingin melepaskan sesaknya.
“Apa kamu tahu, aku sangat berharap kamu tak sadarkan diri lagi. Mungkin ini adalah karma atas perbuatanmu padaku dan anakku di masa lalu. Kamu pria bhajhingant yang pernah aku kenal.
Mira menatap tangan Rangga yang tiba-tiba bergerak, ia memundurkan langkahnya saking terkejutnya.
“Apakah Rangka sebenarnya sudah sadar?” Mira memperhatikan mata pria itu dan matanya masih tertutup dengan rapat Ia pun langsung mengambil ponsel dan menelpon Andre. Mira menanyakan bagaimana sebenarnya kondisi Rangga saat ini.
Rangga masih dalam kondisi koma, sampai saat ini ia belum sadarkan diri. Jadi, kami belum bisa mengambil tindakan lanjutan akan kondisinya,” jelas Rangga membuat Mira pun menutup panggilannya dengan tatapan yang terus menuju menatap ke arah Rangga yang masih berbaring dan menutup mata.
Mira kembali menatap ke arah jari-jari tangan Rangga yang kembali bergerak. Sebagai seorang dokter, ia paham jika itu merupakan suatu tanda akan adanya peningkatan kondisi pasiennya koma. Dia mencoba mendekati Rangga, ia mengambil alat stetoskop nya dan mencoba memeriksa Rangga.
Saat ia sedang memeriksa kondisi Rangga, tiba-tiba mata Rangga terbuka membuat Mira pun langsung ingin pergi. Namun, Rangga mencegah tangannya.
“Mira … Maaf kan aku ….”
cerita nya baguz