Hari hari SMA, adalah hari yang menyenangkan, Namun tidak dengan seorang Adelia Fitriani, masa SMA nya harus terenggut, karena hutang hutang orang tuanya, dia harus putus sekolah, dan itu menjadi awal penderitaan untuknya, akankah dia mendapatkan titik kebahagiannya lagi.
Disamping kesedihannya, ada Mahatur, yang selalu memberinya dukungan, begitupun dengan Meidina, yang sudah ia angap sebagai kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon latifahsv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musibah Rafli.
Siapa yang tau takdir, hanya tuhan yang tahu, sebaik baik perencana, tuhan yang paling baik perencanaan nya.
Benak siapa yang pernah berpikir, akan ada wabah virus berbahaya, yang menelan banyak korban, bahkan penyebaran nya dengan mudah, dan gejala seperti demam, semua orang punya rencana besar dimasa ini, tapi apa, tuhan sang pemilik takdir, tiba tiba ada hal yang membuat semua manusia harus jaga jarak, banyak pekerja dirumahkan, yah seperti saat ini, Lea dia dengan berbagai impian nya, bisa sekolah lagi, untuk 2 bukan kedepan, namun pada kenyataan nya, takdir berkata lain, saat ini, dia berhenti bekerja, karena kondisi lock down, yang terjadi dikota tersebut. Maraknya lonjakan covid 19,mengubur kembali mimpi Lea.
Sekarang dia jadi bimbang, untuk memulai sekolah lagi, ada beberapa alasan yang membuatnya bimbang, yang pertama keadaan berbatas, untuk tidak keluar kota, lalu bagaimana sekolahnya, seandainya pun iya sekokah dikota, pasti harus membawa beberapa persyaratan, dan semua persyaratan ada dirumah dia di kampung. Lalu bagaimana dia pulang, dan kalaupun sekarang dia ke kampung, pasti orang orang akan cenderung takut, pada kedatangannya, karena takut membawa virus, lalu apakah mimpinya kali ini harus terkubur lagi, untuk sekolah, entah lah kita lihat saja, seperti apa rencana tuhan kedepannya, yang pasti, gara gara peristiwa covid 19 ini, dia benar benar hilang harapan, tentang sekolah, karena semua orang yang sekolah pun di rumahkan, tidak ada siswa yang sekolah.
"Ini keadaan ko makin parah ya, ga ada solusi apa," ucap pa Beben, yang tampak jenuh dengan keadaan.
"Bener pa, ini bener bener dirumahkan semua," ucap bu Romlah, dengan sedih.
"Iya bu, Lea aja bingung, kayanya ga jadi lanjut sekolah, mana udah sebulan ga kerja lagi, ga ada titik terang," ucap Lea, dengan tatapan kosong.
"Kenapa harus ada kaya gini ya, kamu kalau ga lanjut sekolah sedih dong, kita aja ini ga bisa pulang nanti lebaran, bulan puasa udah 2 minggu lagi ini, bingung mau gimana, masa masih terkurung di rumah aja, bapak ga ada pemasukan lagi, uda ma kalaupun bapak maksa in nge sol, siapa yang mau nge sol, ornag aja pada takut keluar rumah, dan ketemu orang, kan ga tau siapa yang bawa virus," ucap pa Beben.
"Iya pa, duh ibu juga untung masih kerja, mana bingung lagi, ini hutang ibu belom lunas pa," ucap bu Romlah, meratapi hutangnya.
"Bu, pake aja tabungan Lea, kalau ga punya uang, Lea ga papa ga usah jadi sekokah, toh yang pada sekokah juga pada libur," ucap Lea sendu.
"Jangan na, itu tabungan kamu, buat sekolah, kalaupun sekolahnya ga jadi, udah itu hak kamu, ga perlu di ke ibu bapak in," ucap pa Beben, melarang Lea.
"Kalau ibu, sama bapak butuh, yaudah ga papa, mau gimana lagi," ucap Lea.
"Jangan, kamu kasian," ucap bu Romlah menolak, dia tidak ingin anaknya harus merelakan kerja kerasnya, siapa tau dalam 2 bulan kedepan keadaan membaik, dan Lea bisa sekolah lagi.
"Yaudah terserah mama, sama bapa, asal kalau ibu sama bapak butuh, jangan sungkan ya, buat ngomong ke Lea," ucap Lea.
"Iya na, pasti, " ucap pa Beben.
"Eh, ini Rafli nelpon, " ucap bu Romlah, melihat HP nya, yang tiba tiba berdering.
"Tumben, malem malem gini," ucap bu Romlah, saat memegang hpnya yang berdering.
"Angkat aja bu," ucap pa Beben, karena penasaran.
Bu Romlah pun lalu mengangkatnya.
"Assalamualaikum" ucap bu Romlah.
"Walaikumsalam, bu tolongin Rafli,"terdengar suara Rafli, di sebrang sana, yang tampak panik.
"Tolongin kenapa "ucap bu Romlah, dengan khawatir.
"Ada apa bu" ucap Lea dan juga pa Beben yang tampak panik, mendengar suara khawatir bu Romlah.
"Ini Rafli, nabrak mobil orang," ucap Rafli di sebrang sana, masih dengan suara panik.
"Innalillahi, ko bisa nak," ucap bu Romlah, dengan suara yang terdengar panik, takut terjadi sesuatu pada anaknya. sedangkan Lea, dan pa Beben, semakin panik, mendengar bu a Romlah, mengucapkan innalillahi.
"Rafli lagi ngebut, tiba tiba orangnya berhenti mendadak, jadinya nabrak," ucap Rafli, dengan suara bergetar.
"Terus sekarang gimana, kamu ga papa," ucap bu Romlah, mencoba tenang.
"Ga papa bu, cuman harus ganti rugi bu, soalnya mobilnya penyok," ucap Rafli, dengan hati hati.
"Berapa ganti ruginya," ucap bu Romlah, penasaran.
"10 jt bu, " ucap Rafli, dengan pelan, takut ibunya kaget.
"Astagfirullah, yaudah, kamu bilang nanti pasti ganti rugi, kasih no kamu sama orang itu, sekarang posisi dimana, langsung kesini aja," ucap bu Romlah, mencoba tenang, padahal hatinya bergejolak, kaget mendengar nominal yang disebutkan anaknya.
"Baik mah, ini juga, emang lagi mau ke kontrakan mama," ucap Rafli, jarak dia dengan kontrakan ibunya saat ini cukup dekat, karena memang niatnya malam ini ingin berkunjung, ke orang tuanya, namun takdir berkata lain, dia malah dapat peristiwa ini.
"Yaudah mama tunggu, kamu hati hati di jalannya," ucap bu Romlah, mengakhiri telponnya.
Sedangkan pa Beben dan Lea yang tadi mendengarkan tampak panik, dan kini mulai bertanya tanya.
"Ada apa bu, sama Rafli," ucap pa Beben, meminta penjelasan.
"Dia nabrak orang pa" ucap bu Romlah, menarik napasnya dalam dalam.
"Astagfirullah," ucap pa Beben dan Lea, benar benar kaget mendengar itu.
"Terus, kakak ga papa, ma," ucap Lea, dengan panik.
"Ga papa, cuman dipinta ganti rugi, " ucap bu Romlah dengan sendu.
"Berapa ma, ganti ruginya, " ucap pa Beben, penasaran.
"10 jt, pa, " ucap bu Romlah, menatap kosong.
"Astagfirullah, uang dari mana bu," ucap pa Beben dan Lea.
"Ibu juga ga tau, kita liat aja tunggu anaknya kesini," ucap bu Romlah, dia bingung jiga, karena dia tidak punya uang sebesar itu, ia hanya punya uang yng hanya cukup untuk 2 minggu kedepan, tidak ada tabungan, karena uang gajinya, dibayarkan untuk hutang selama ini.
"Ya Allah, ujian apa lagi ini," ucap pa Beben, dengan sedih.
"Hutang ke sodara sodara aja, belum lunas," ucap bu Romlah, dengan tatapan kosong.
"Bu, pa, pake uang Lea aja, kan ada 3jt," ucap Lea, mencoba memeberi solusi.
"Jangan, kasian kamu, itu hak kamu, buat kamu, lagian kurang ko," ucap bu Romlah, tak mau membebani Lea lagi.
"Bu, ga papa, dari pada ibu makin pusing, mau gimana lagi coba, ga papa pake uang Lea, buat tambah tambah," ucap Lea, dia ingin meringankan beban keluarganya.
"Ga usah, biar ibu sama bapak, pikirin lagi aja," ucap pa Beben, menolak.
"Iya, ini biar jadi urusan bapak, ibu, sama kak kamu," ucap bu Romlah, dia benar benar kasian jika Lea, harus selalu berkorban dalam masalah yang ada dikeluarga.