Dunia Sakura atau kerap dipanggil Rara, hancur seketika saat video dia yang digerebek sedang tidur dengan bos nya tersebar. Tagar sleeping with my boss, langsung viral di dunia Maya.
Rara tak tahu kenapa malam itu dia bisa mabuk, padahal seingatnya tidak minum alkohol. Mungkinkah ada seseorang yang sengaja menjebaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
"Ra, kamu baik-baik saja?" Mama Rere khawatir saat Rara kembali ke mobil dalam keadaan menangis. Sebenarnya sejak tadi dia ingin menyusul masuk karena perasaannya gak enak, tapi dia masih menahan diri, nanti dulu. Sampai akhirnya, kesabarannya habis, dia hendak membuka pintu untuk keluar, namun bertepatan dengan itu, terlihat Rara keluar dari pagar kos-kosan.
"Mah," Rara langsung memeluk mamanya. Hatinya sakit sekali saat ini, seseorang yang sangat dia percaya, ternyata menusuknya dari belakang.
"Ada apa, Nak?" Mama Rere mengusap punggung Rara, berusaha menenangkan putrinya tersebut. "Kenapa kamu nangis? Cerita, Ra, jangan bikin Mama khawatir."
Rara melepas pelukannya, menyeka air mata sambil membuang nafas berat. "Nanti Rara akan cerita, tapi gak sekarang, Mah." Dia menyalakan mesin mobil lalu meninggalkan kosan Yuyun. Di tengah jalan, Rara membelokkan mobil ke sebuah apotek.
"Kamu sakit, Ra?" Mama Rere makin cemas.
"Rara mau beli test pack, Mah," Rara melepas seatbeltnya.
"Bukannya hari itu sudah pernah nitip sama Papa?"
"Rara ingin beli yang paling akurat. Ini masih belum satu bulan sejak kejadian itu, takutnya test pack biasa belum bisa mendeteksi kehamilan."
"Apa kamu sudah mulai merasakan tanda-tanda kehamilan?" Mama Rere menggenggam tangan Rara, tampak raut cemas di wajahnya. Setiap hari dia berdoa supaya putrinya tidak sampai hamil karena peristiwa itu. Cobaan Rara akan makin panjang lagi jika sampai dia hamil.
Setelah membenarkan masker, Rara keluar dari mobil. Ribet memang, sekarang kemana-mana harus menyembunyikan wajah. Dista, wanita itu telah merenggut kebebasannya.
Rara membeli sekaligus 5 test pack berbeda merek. Secepatnya, dia harus memastikan dirinya hamil atau tidak.
Sesampainya di rumah, tanpa bicara sepatah katapun, Rara langsung masuk ke dalam kamar. Hal itu membuat mamanya hanya bisa menghela nafas panjang. Ada banyak hal yang ingin dia tanyakan perihal tadi, tapi dia tak mau memaksa jika Rara belum mau cerita.
Keesokan harinya, setelah bangun tidur, Rara langsung mengcek urinnya. Tangisnya pecah saat test pack pertama, bertuliskan positif. Begitupun dengan test pack kedua dan ketiga, yang menunjukkan dua garis merah. Hanya test pack ke 4 dan 5 yang garis satu, mungkin belum bisa mendeteksi kehamilan yang terlalu dini. Total, ada 6 test pack, termasuk yang dibelikan Papa Romeo.
Tubuh Rara luruh ke lantai kamar mandi. Sambil menangis, dia menatap nanar 4 buah test pack yang menunjukkan hasil positif. Sebelah tangannya mengusap perut, dimana sedang tumbuh janin disana. Janin yang terjadi akibat...."Dista," gumam Rara dengan telapak tangan mengepal kuat. "Aku gak akan diam, Dis. Tunggu pembalasanku."
Dia kembali teringat obrolan dengan Yuyun kemarin.
"Sebenarnya, tujuan awal Dista memintaku mencampur vodka di minuman kamu, biar kamu mabuk. Dia pengen kamu terlihat buruk di depan Pak Jovan. Dia ingin Pak Jovan melihat kalau wanita yang sering dia puji, ternyata gak sebaik perkiraannya. Dia juga maksa aku, buat nyaranin kamu nebeng Deni pas pulang karena rumah kalian searah. Kita semua tahu Deni, otaknya mesum. Kira-kira apa yang akan dia lakukan pada wanita mabuk yang sedang bersamanya. Kamu bisa nebakkan, endingnya? Dista berharap, kamu dilecehkan oleh Deni."
Rara sampai menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Sungguh, dia tak habis fikir kenapa Dista sejahat itu padanya. Apa salahnya pada wanita itu, sampai berharap dirinya mendapatkan pelecehan?
"Jadi, kamu mencampur vodka di air mineralku juga?" Sebenarnya pas kembali dari toilet, Rara merasa jika airnya agak aneh rasanya, tapi dia fikir, bukan rasanya yang aneh, tapi indra penciumannya. Beberapa orang minum alkohol disana, jadi room itu tercium pekat bau alkohol. Dia fikir, pusing yang dia rasakan juga efek aroma alkohol di room itu.
"Iya, Ra, tapi hanya sedikit karena aku ragu. Jujur, aku juga berat untuk melakukan itu," Yuyun terus saja menangis. "Makanya kamu bilang, tenggorokan kamu terasa panas saat kita keluar dari room."
"Kalau memang kamu ragu, kenapa kamu ngasih lagi aku minuman saat kita di luar?" bentak Rara yang kembali emosi. Dia merasa jika Yuyun hanya sedang membela diri, agar terlihat tak terlalu bersalah.
"Awalnya, aku ingin membuang minuman tersebut sesampainya di luar. Tapi Dista akan marah dan menyebar videoku jika tahu aku tak menjalankan perintahnya, gak bikin kamu sampai mabuk."
"Egois kamu, Yun. Kamu hanya mikirin diri kamu sendiri," Rara menekan dada Yuyun dengan telunjuknya. Nafanya memburu, ingin sekali dia menampar dan menjambak-jambak rambut Yuyun. Demi menjaga nama baiknya, teman sendiri di korbankan.
"Maafin aku, Ra, maaf," Yuyun menangis sesenggukan. "Aku maksa kamu nganterin Pak Jovan, biar kamu gak pulang sama Deni. Aku fikir, kamu jauh lebih aman bersama Pak Jovan daripada bersama Deni, tapi ternyata," Yuyun menunduk sambil terus menangis. "Maafkan aku, Ra. Tapi demi Tuhan, aku gak jebak kamu dan Pak Jovan. Aku gak mikir jauh kalau kamu bakalan sampai tidur dengan Pak Jovan."
"Apa ini artinya, peristiwa Dista datang pagi-pagi dan nemuin aku tidur dengan Pak Jovan, adalah real, gak masuk dalam rencananya? Dan kaget yang di tunjukkan, benar-benar kaget yang sesungguhnya?"
Yuyun mengangguk. "Dia fikir, kamu akan berakhir tidur dengan Deni, atau paling enggak, dilecehkan Deni. Orang super mesum kayak Deni, pasti akan ngambil kesempatan dalam kesempitan. Lihat kamu mabuk, gak mungkin dia diam saja. Entah itu cuma pegang-pegang, mengambil foto bagian sensitif kamu, atau yang paling parah, meniduri kamu. Saat karaokean, Deni beberapa kali maksa kamu minum kan? Otaknya memang seperti itu, pasti punya rencana enggak-enggak. Makanya aku berusaha agar gak sampai, kamu pulang dengan Deni."
Rara masih tak habis fikir, apa yang membuat Dista tega melakukan ini padanya.
"Aku sudah memikirkan alasan kalau nantinya Dista nanya kenapa kamu pulang dengan Pak Jovan, bukan dengan Deni. Aku akan bilang kalau Pak Jovan maksa kamu nganter dia, dan sebagai bawahan, aku gak bisa nentang."
"Tapi kenapa Dista ngelakuin ini ke aku, Yun? Rasa-rasanya, hubungan kami baik-baik saja. Bahkan sebelum kita ke karaoke, Dista sempat WA aku, bilang buat jagain Pak Jovan, biar gak nakal."
"Dista cemburu sama kamu, Ra. Pak Jovan sering sekali muji kamu yang katanya cantik, cerdas dan cekatan. Pun dengan orang tua Dista, yang sering banding-bandingkan kamu dengannya." Rara baru tahu jika orang tua Dista sering membandingkan dirinya dengan anak mereka. "Mulai dari kamu yang jadi asisten dosen. Lulus dengan cepat dan IPK 3,9. Tahu sendirikan, IPK Dista berapa, bahkan gak sampai 3,00. Dista bilang, muak selalu dibanding-bandingkan sama kamu. Juga muak mendengar semua orang muji kamu."
"Tapi itu semua gak bisa dijadikan alasan dia menjebakku, Yun."
Rara yg jadi korban g perlu capek buat balas dendam
jangan mimpi kamu Dista nyuruh Fano balas dendam ke Rara secara Fano cinta mati ke Rara ,karena Fano tau Rara itu wanita istimewa beda kelas sama kamu yg wanita gampangan cepat buka SE Lang kang an 🤮🤮👊👊
gimana dgn ancaman Fino, bakalan Dista nurutin gk nih.
Fino sayang banget sama Rara, maka nya dia gk mau nyakiti Rara dan kamu jadi sasarannya Dista
Fino kan gamon sama Rara, dia gak bakal bisa nyakitin Rara jadinya dilampiasin ke elu, Dis