Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13
"Ikut aku! " Ajak nya singkat dengan tatapan tajam.
Mereka pun berjalan beriringan menuju ke sebuah bangunan tua yang ada di sebelah selatan dan berhenti tepat di depan pintu yang cukup tinggi, khas model bangunan kompeni belanda.
"Benar kau dulu pawang ular?" Tanya nya serius.
"Betul pak" jawab nya sambil setengah menganggukkan kepala nya.
"Coba kau tangkap ular kobra yang masuk ke dalam" perintah nya sambil membukakan pintu yang terbuat dari kayu jati tebal bercat putih, tangan kirinya menyodorkan karung goni ke arah Prapto. Ia pun masuk ke dalam ruangan itu dengan hati-hati.
"Hey tunggu! Kalau sudah ketangkap, ketuk pintunya, aku tunggu disini!" Perintah nya
"Ya pak" jawab nya, kemudian melanjutkan langkah nya lagi masuk ke dalam ruangan itu.
Dia melangkah masuk lebih dalam dengan penuh waspada. Sesekali ia tengkurap di lantai untuk memeriksa kolong-kolong lemari dan sesekali mencoba menggeser lemari untuk mengecek bagian belakang nya, tapi hasil nya nihil juga. Kemudian dia melangkah lagi menuju pintu yang letak nya paling ujung di ruangan itu.
Ngiiit!
Ia membuka pintu itu yang ukuran nya lebih kecil dari pintu utama yang ada di depan.
"Gelap" gumam nya sambil tangan kirinya masih memegang daun pintu dan mendorong pintu itu lebih ke dalam. Dia menengok ke kanan kiri, mencoba mencari saklar lampu di tembok karena pencahayaan di ruangan itu sangat kurang.
Klik!
Akhirnya ia menemukan tombol saklar lampu, setelah sejenak ia meraba-raba dinding.
"banyak sekali tumpukan karung" Gumam nya
Prapto penasara dan membuka salah satu karung itu. Ternyata isinya biodata para napi yang sudah meninggal dan arsip data-data penjualan organ tubuh manusia. Sepertinya arsip-arsip itu sudah tidak di butuhkan lagi dan akan di lenyapkan.
Di tiap karung nya di tandai garis silang warna cat merah dan di bawah nya ada tulisan tangan "finish" menggunakan spidol hitam.
Saat ia sedang serius membaca arsip-arsip itu, dari arah belakang tanpa ia sadari seekor king kobra mengangkat badan nya di atas karung di belakang punggung nya persis, dengan leher mengembang untuk mengintimidasi mangsa nya dan siap menyerang.
Posisi kepala ular king kobra itu lebih tinggi dari ubun-ubun nya Prapto, dan sepasang matanya menatap tajam ke arah Prapto yang sedang serius membaca salah satu arsip tersebut.
Ketika ia selesai membaca arsip itu dan meluruskan kepala nya, tak sengaja ia melihat bayangan ular yang terpantul di tembok depan mata nya, yang sedang berdiri di belakang nya persis.
Ia berusaha tenang dan tidak membuat gerakan tiba-tiba. Dengan gerakan waspada, perlahan ia membalikkan badan nya dan tangan kirinya bergerak tak beraturan untuk mengalihkan pandangan ular kobra itu, sedangkan tangan kanan nya berusaha mencari ujung ekor ular tersebut.
Sesekali ular itu mencondongkan kepala nya ke depan berusaha mematuk Prapto, tapi dengan sigap tangan kanan Prapto begitu menemukan ujung ekor ular itu, langsung menggenggam erat dan menarik nya membawa ke tempat yang lebih lapang.
Dengan cepat tangan kanan nya mengangkat ular king kobra itu, kemudian memasukkan kepala nya ke karung yang sudah di persiapkan di atas lantai. Dengan cekatan kedua tangan nya mengikat erat lubang karung goni.