Ruby Alexandra harus bisa menerima kenyataan pahit saat diceraikan oleh Sean Fernandez, karna fitnah.
Pergi dengan membawa sejuta luka dan air mata, menjadikan seorang Ruby wanita tegar sekaligus single Mom hebat untuk putri kecilnya, Celia.
Akankah semua jalan berliku dan derai air mata yang ia rasa dapat tergantikan oleh secercah bahagia? Dan mampukah Ruby memaafkan Sean, saat waktu berhasil menyibak takdir yang selama ini sengaja ditutup rapat?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adzana Raisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diterima Bekerja
Di ruangan dingin nan senyap ini seorang gadis tengah menghadap sang atasan yang juga memiliki sikap sedingin ruangannya. Wira Wijaya, dialah seorang Manager di kafe & resto tempat Kiran bekerja. Jika tidak demi Ruby, Kiran tidak akan mau untuk masuk dan menghadap Wira di ruangannya ini.
"Kiran?" Wira menatap pada takename di seragam gadis yang kini berdiri di hadapan dengan kedua tangan saling menggengam. "Katakan, ada kepentingan apa hingga kau menghadapku? Apa kau sudah membuat kesalahan atau kau .."
"Tidak, maaf Tuan. Demi Tuhan saya tidak melakukan kesalahan dan saya juga tidak sedang mengajukan surat pengunduran diri. Saya datang untuk meminta bantuan, saudara saya sangat membutuhkan pekerjaan dan.."
"Lalu apa habungannya dengan saya?".
Kiran hanya bisa tergagap. Ucapannya bahkan belum selesai dan atasan kilernya ini sudah lebih dulu memotong.
"Saya sempat mendengar jika Asisten koki resign dan saya berfikir jika di resto ini pasti membutuhkan pegawai baru, maka dari itu saya mohon dengan sangat agar Tuan mengijinkan saudara saya untuk bisa bekerja di tempat ini, menggantikan Asisten koki yang resign." Tubuh Kiran sudah gemetar luar biasa. Terlebih saat Wira menatapnya begitu dingin.
Wira tersenyum sinis. Ucapan Kiran seperti angin lalu yang tak terlalu ingin ditanggapi. Toh, bukan orang sembarangan yang bisa bekerja di tempat ini. Mereka harus punya kemampuan yang mumpuni di bidangnya dan menjunjung tinggi nilai profesionalisme.
"Kau percaya diri sekali rupanya, aku bahkan dibuat penasaran oleh sosok saudaramu itu. Seahli apa dirinya hingga membuatmu rela memohon-mohon padaku seperti ini."
Kiran melan salivanya berat. Ia kembali mengengam kedua tangannya. Takut dan gelisah bercampur menjadi satu. Tapi demi Ruby dan juga mengakui kepintaran perempuan itu dalam urusan memasak, membuat Kiran tak akan mundur sebelum sang Manager mengatakan 'Iya'.
Huh, jangan bermimpi Kiran.
"Tuan, meski saudara saya tidak memiliki pengalaman khusus dibidang tata boga, tapi saya yakin jika saudara saya sudah menguasai dunia perdapuran dan juga cekatan dalam bekerja."
Di kursinya Wira berdecak. Hendak menolak namun pengunduran tiba-tiba Asisten koki membuatnya belum memiliki pengganti.
"Apa ucapanmu bisa dibuktikan kebenarannya?"
"Pasti, pasti, Tuan." Kiran menjawab lugas, tak ada keraguan sedikit pun.
Pria itu menghela nafas dalam. Setidaknya lihat orangnya beserta kemampuannya lebih dulu. Setelahnya..
"Baik, esok bawa saudaramu untuk datang dan menghadapku. Kita akan buktikan semua ucapanmu. Jika kemampuannya mumpuni, aku bisa saja mempertimbangkan, namun jika omonganmu hanya bualan belaka dan tak ada buktinya, maka dengan berat hati kau pun akan kutendang dari resto ini."
Tubuh Kiran membeku. Tak menyangka jika Wira bisa mengatakan hal yang sedemikian menyakitkan untuknya. Apakah dirinya sudah terlalu lancang hingga menciptakan kemurkaan ataukah..
"Aku rasa sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Keluar dari ruanganku dan kembali pada pekerjaanmu."
Kira sontak menganggukkan kepala meski berat. Ia lekas pergi meninggalkan ruang Manager sebelum ia benar-benar dipecat saat ini juga.
💗💗💗💗💗
Wira mengerutkan kening. Pandangannya tertuju pada perut seorang perempuan sedang berdiri di hadapannya.
Apa? Hamil?.
"Kiran! Apa maksud dari semua ini. Kau benar-benar ingin aku pecat rupanya!" Wira menghardik gadis bernama Kiran yang tubuhnya sudah bergetar hebat. Sementara perempuan yang disebut hamil tadi justru memasang wajah kebingungan.
"Ma-maaf, Tu-tuan. Bu-bukan maksud saya demikian, tetapi sa-saudara saya memang sedang sangat membutuhkan pekerjaan ini demi calon anak yang dikandung." Kiran bahkan menangis mengucapnya. Kepalanya pun tertunduk dalam. Sementara Ruby memandang Kiran dengan mata berkaca-kaca. Tak mengira jika sejauh ini gadis manis itu berniat mencarikannya pekerjaan.
Sedari awal saat Kiran mengatakan jika di Resto tempatnya bekerja sedang membutuhkan pekerja, ia pun antusias ingin mencoba. Dan berakhirlah di tempat ini. Ruby sendiri tidak mengira jika reaksi atasan Kiran akan seperti ini begitu melihat dirinya.
Wira terhenyak. Untuk beberapa saat pria itu terdiam. Bingung hendak memberi reaksi semacam apa.
Hamil dan sangat membutuhkan pekerjaan terlebih dibubuhi air mata.
Sungguh Wira mengutuk situasi seperti ini. Disaat dirinya enggan menerima tapi juga sulit menolak.
"Baik, aku akan memberimu satu kesempatan. Tunjukan cara kerjamu dengan baik sebelum aku memutuskan berhak atau tidaknya kau bekerja di tempat ini."
"Baik, terimakasih Tuan." Kiran cepat menjawab.
"Aku tidak bicara padamu tapi pada saudaramu."
Ruby menelan salivanya susah payah sebelum menjawab, "Baik, tuan."
"Aku harap kau tidak akan menyia-nyiakan satu kesempatan ini." Wira bangkit, melangkah keluar ruangan disusul Kiran dan Ruby untuk menuju dapur resto.
💗💗💗💗💗
Mario, seorang chef keturunan itali menatap penuh tanya saat Wira membawa dua orang wanita ke dalam dapur. Satu gadis yang mengenakan seragam khusus pelayan resto bisa pria itu kenali, tetapi siapa satu perempuan lain yang berada di antara mereka.
"Mario," panggil Wira.
"Ya, Tuan."
"Aku membawa seorang kandidat sebagai penganti Karina untuk menjadi asistenmu. Aku hanya memberinya kesempatan padanya untuk menunjukan kemampuan dalam mendampingimu bekerja. Dan saat ini aku memberi kalian waktu untuk mempersiapkan satu menu masakan sebagai uji tes kelayakan. Mario, kau juga bisa membimbingnya. Memberi arahan yang benar, hingga dia tidak kebingungan."
Mario menatap pada Ruby kembali. Pria itu tersadar jika perempuan ini adalah calon asisten barunya, andai diterima.
"Baik, Tuan."
Wira memberi tempat untuk Mario dan Ruby dari para karyawan lain. Kemudian memberi satu menu yang nantinya akan dihidangkan oleh mario dan tentunya dengan bantuan Ruby.
Ketika Mario menyebut beberapa bahan sayuran dan juga daging, maka Ruby pun sigap mencari barang disebutkan dalam ruangan pendingin khusus. Tangan Ruby pun dengan cekatan mengupas, memotong bahkan mencincang bahan sesuai ukuran yang diperintahkan. Dari kejauhan Wira menatap pergerakan Ruby dalam diam, namun tersimpan juga rasa ngilu saat perut perempuan hamil itu bergerak seiring langkah kaki yang bergerak kesana kemari demi menemukan sesuatu yang dicari.
Tak berbeda jauh, Mario pun merasakan hal yang serupa. Saat berkutat dengan wajan dan spatula, ekor matanya masih sempat melirik pergerakan Ruby yang berada di sampingnya. Perempuan itu begitu cekatan saat bekerja. Tatapannya fokus hanya saja terbatasi dengan perutnya yang mulai membesar.
Mario cukup menyayangkan. Untuk apa dirinya diberikan seorang asisten dengan keadaan berbadan dua seperti ini. Selain kurang lincah, ia takut jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan seperti terpeleset atau kecelakaan lain.
"Kau bilang saudaramu ini tidak punya keahliaan khusus dalam bidang seperti ini. Tapi kenapa terlihat cukup mahir seperti ini?".
Karin yang berdiri di belakang Wira, terkesiap. Namun bibir tipisnya mengulum senyum.
"Saudaraku memang tidak memiliki ilmu khusus, namun sebagai seorang perempuan sekaligus Istri, saudaraku memiliki hobi memasak, hingga lambat laun membuatnya mahir seperti ini."
Wira pun tersenyum tipis. Ia masih menunggu masakan itu selesai sekaligus mengamati upergerakan Ruby.
"Tuan, spagehetti bolognese sudah siap." Ucapan Mario membuyarkan lamunan Wira. Tanpa rasa ragu pria itu pun berucap, "Baiklah, aku menerimamu untuk bekerja di tempat ini. Selamat bergabung. Berjuanglah bersama kami di Ruby resto & caffe.".
Ruby tersenyum begitu pun dengan Kiran yang justru jauh lebih heboh. Disela senyumnya Ruby justru gagal fokus selepas mendengar nama Resto tempat dirinya akan bekerja kini.
Apa, Ruby Resto & caffe? Kenapa namanya mirip denganku?.
tbc.
la ini malahan JD bencana gr2 percaya Sama mamaknya