NovelToon NovelToon
KARMA Pemilik Ajian Jaran Goyang

KARMA Pemilik Ajian Jaran Goyang

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Dikelilingi wanita cantik / Harem / Dendam Kesumat / Bullying dan Balas Dendam / Ilmu Kanuragan
Popularitas:95.5k
Nilai: 4.8
Nama Author: Siti H

SUN MATEK AJIKU SI JARAN GOYANG, TAK GOYANG ING TENGAH LATAR. UPET-UPETKU LAWE BENANG, PET SABETAKE GUNUNG GUGUR, PET SABETAKE LEMAH BANGKA, PET SABETAKE OMBAK GEDE SIREP, PET SABETAKE ATINE SI Wati BIN Sarno.... terdengar suara mantra dengan sangat sayup didalam sebuah rumah gubuk dikeheningan sebuah malam.

Adjie, seorang pemuda berusia 37 tahun yang terus melajang karena tidak menemukan satu wanita pun yang mau ia ajak menikah karena kemiskinannya merasa paling sial hidup di muka bumi.

Bahkan kerap kali ia mendapat bullyan dari teman sebaya bahkan para paruh baya karena ke jombloannya.

Dibalik itu semua, dalam diam ia menyimpan dendam pada setiap orang yang sudah merendahkannya dan akan membalaskannya pada suatu saat nanti.

Hingga suatu saat nasibnya berubah karena bertemu dengan seseorang yang memurunkan ajian Jaran Goyang dan membuat wanita mana saja yang ia kehendaki bertekuk lutut dan mengejarnya.

Bagaimana kelanjutan kisah Adjie yang berpetualang dengan banyak wanita...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Takut

Adjie tiba dirumah. Ia membawa dua porsi bakso yang kuahnya sudah hampir dingin.

Ia memasuki warung dan melihat Wati sedang menata barang dagangan agar terlihat rapih.

"Lagi apa, Sayang?" sapanya lembut, lalu mengecup pipi sang istri, sembari menyerahkan dua bungkus bakso yang dibelinya tadi. "Kuahnya sudah dingin, nanti dipanasin, ya?" pintanya, lalu menuju kamar mandi.

Seperti biasanya, ia membersihkan dirinya dan sesaat meringis kesakitan karena rasa nyeri dibagian sensitifnya. Ternyata ada luka lecet disana. Sarah terlalu brutal dalam melakukan oral yang sama sekali tak pernah ia fikirkan sebelumnya.

Ia mengakui jika wanita itu sangat liar dan memiliki variasi gaya yang berbeda, dan secara tidak langsung ia belajar dari wanita itu.

Akan tetapi, resikonya ia harus menerima anunya mengalami luka dan rasa nyeri yang teramat sangat.

Ia bergegas menyelesaikan ritual mandinya, sebab mengendus aroma kuah bakso yang menggugah selera dan membuat perutnya lapar.

Wati memang wanita yang dapat diandalkan, dan tentunya sangat membantu dirinya.

Wanita itu menghidangkan dua mangkok bakso diatas lantai beralaskan tikar yang mana karena mereka belum memiliki meja makan.

Adjie telah selesai dengan mandinya, dan menggunakan kaos oblong serta celana boxer saja. Hal itu memperlihatkan lengannya yang berotot yang semakin membuatnya terjerat cinta.

"Kang, buatin adik meja makan, ya. Biar enak letak makanan, gak dibawah seperti ini," ucap Wati sembari mengaduk kuah baksonya yang masih mengepulkan asap.

Adjie memandang wanita tersebut. Ia tahu sudah banyak mengkhianati wanita itu, tetapi rasa penasarannya akan banyaknya wanita, membuat ia ingin terus berkelana.

"Sabar, ya. Nanti akang buatin kalau ada waktu," jawabnya. Ia menyendok kuah bakso dan menyeruputnya. "Oh, iya. Beaok akang mau pulang kampung sebentar,"

"Uhuuuk," Wati tersedak. Ia menatap tak.percaya pada pria dihadapannya. "Kamu mau ngapain pulang kampung? Gak takut dimassa warga?" wanita itu mencoba mengingatkan atas keputusan suaminya yang terdengar konyol.

"Cuma sebentar, kok. Mau ambil uang penjualan tanah warisan Bapak. Rencananya mau akang pindahkan kemari, agar kita tidak ngontrak lagi," jelasnya.

Wati mengerutkan keningnya. Bagaimana mungkin tanah warisan itu bisa terjual, jika surat-suratnya pasti ikut hangus terbakar saat kejadian waktu itu.

"Kamu tenang saja. Kang Sofyan yang urus semuanya, dan ia ada kenalan orang dikantor lurah, catatan untuk salinannya masih ada dikantor, maka dapat diperbaharui," ucapnya dengan tenang.

Wati menatap suaminya. Ada rasa kekhawatiran jika sampai suaminya diamuk warga karena nekad kembali ke desa.

"Aku takut kamu nanti kenapa-napa," ucapnya dengan gelisah.

"Jangan khawatir. Akang langsung menuju ke kantor lurah dan nanti akang pakai motor kamu yang baru agar tidak mereka kenali, dan pastinya helm membantu menyembunyikan wajah akang," ia meyakinkan wanitanya jika ia akan baik-baik saja.

"Tapi Janji jangan lama-lama, ya," pinta Wati dengan wajah penuh harap.

Adjie mengangguk kepalanya. Lalu menyuapkan sisa baksonya.

******

Adjie menyusuri jalanan desa. Ia melihat kanan dan kirinya yang masih sama saat ia tinggalkan, tidak ada perubahan yang signifikan. Jalanan masih berbatu, dan penerangan yang sama sekali tidak ada, selain dari rumah warga.

Rasa rindu menyeruak dihatinya saat mengenang masa kecilnya dan juga tanah kelahirannya yang mana ia dibesarkan hingga 37 tahun lamanya.

Semua kenangan itu tak dapat lekang dari ingatannya, semua masih tersimpan rapih diingatannya.

Ia menuju kantor lurah tempat janji bertemu dengan Sofyan yang sudah mendapatkan pembeli untuk tanahnya.

Meski harganya tidak terlalu wah, setidaknya dapat membantu untuk membangun rumahnya yang mana ukuran tanahnya jauh lebih kecil dibanding tanah warisan dari orangtuanya.

Setibanya dikantor. Ia disambut oleh Sofyan dan juga pria yang akan membeli tanah miliknya. Ternyata pria itu adalah seorang pria paruh baya dan terkenal banyak uang. Bahkan ia sudah memiliki tiga orang istri, dan didesa ia terkenal sebagai julukan 'Tuan Takur'.

"Kamu tinggal tanda tangan saja, Ji. Semuanya sudah diurus," jawab Sofyan pada sahabatnya itu.

Meskipun ia sebenarnya ada rasa kesal pada Adjie. Tetapi ia mencoba membantu untuk penjualan tanah itu, karena bagaimanapun itu adalah hak miliknya.

"Makasih ya, Kang," jawab Adjie.

"Sudahlah, yang penting kamu hidup yang bener, jangan lagi berbuat yang aneh-aneh," pesannya. Lalu mereka memasuki kantor dan akan melakukan penandatanganan pada surat tersebut.

****

Terimakasih ya, Kang. Ini sebagai imbalannya. Anggap saja ungkapan terimaksihku padamu," ucapnya, lalu memberikan sejumlah uang untuk sahabatnya itu.

"Terima kasih ya, Djie," balas Sofyan. Lalu menerima uang pemberian dari Adjie.

Tak berselang lama, Adjie berpamitan dan akan kembali ke kota.

Ia kembali menyusuri jalanan dan perutnya merasa lapar. Ia terpaksa singgah disebuah warung untuk melepaskan rasa laparnya.

Ia memesan seporsi bakso dan nuga segelas teh manis. Tas pemberian dari Sarah sangat berguna baginya untuk menyimpan uang yang dimilikinya.

Saat bersamaan, seorang wanita berhenti didepan warung dan juga ingin membeli bakso.

Saat ia tiba didepan pintu warung, pandangannya tertuju pada seorang pria yang sedang menyantap bakso dengan begitu lahap.

Ketika ia mengenali pria itu. Deguban dijantungnya memburu dan rasa takut menyergap hatinya.

Ia bergegas memutar tubuhnya dan kemudian kembali ke motornya, lalu melaju dengan kencang.

Ia tak lain adalah Cintya. Rasa takut bercampur benci menjadi satu.

Bahkan ia sangat jijik saat ketika mengingat tubuhnya pernah dijamah oleh pria sialan itu.

"Kenapa ia kembali ke desa? Dasar sialan! Aku membencinya!" gumamnya dengan penuh kebencian.

Niatnya ingin membeli bakso karena mengidam, langsung berubah menjadi kenyang.

Sesaat ia menghentikan motornya."Tunggu? Aku sedang mengandung, lalu siapa ayah anak ini? Bukankah waktu itu kang Adjie ikut tanam benih?" ia terlihat berfikir dengan sangat keras. Apalagi jarak antara malam pertama dan juga buka segel dengan Adjie hanya berjarak sekitar beberapa hari saja. Bahkan Adjie sempat tanam benih sebelum pesta dimulai.

"Sial! Jika saja benih ini milik kang Adjie, maka aku harus merahasiakannya dari Kang Rama," ia terlihat sangat panik.

Sesaat ia merasa bergidik dan jinik jika membayangkan saat-saat masa itu. Lalu ia kembali mengendarai motornya dan bergegas pergi.

Sementara itu, Adjie telah selesai dengan makannya. Ia melanjutkan perjalanannya untuk pulang, dan ia akan membangun sebuah rumah untuk Wati.

Setibanya dirumah, hari sudah sangat gelap, dan tak lupa membelikan sebuah cincin emas untuk wanitanya.

"Akang sudah pulang," sambut wanita itu dengan perasaan campur aduk. Sungguh ia sangat mengkhawatirkan suaminya. Ia takut jika didesa akan mendapatkan masalah besar.

"Iya, Sayang. Kamu pasti khawatir, ya?" jawabnya

Wati menganggukkan kepalanya dan mendekap Adjie dengan penuh kerinduan.

"Akang ada seauatu untukmu," ucapnya dengan senyum sumringah.

1
Yulay Yuli
kapok ga tuh si Ajie😂
Yulay Yuli
iya bener thour, kan org jaman dulu kl nyiram depan rmh pake air got. biar jauh dari teluh
Chuu
terimakasih sarannya
Chuu
mirip kisah nyata
Arieee
hih serem 🫣🫣🫣🫣👍👍👍👍👍👍👍👍
Hana Nisa Nisa
seremmmmm
Hana Nisa Nisa
serem
Ia Asiah
berarti bnr xa author ada mantra ajian jaran gocang sprti xg di skip di atas azian nxa...waahh kren author
Hana Nisa Nisa
nyimak
V3
knp Tamat nya menggantung bgni yaa , kak ❓🤔
pindah judul nya dg bab cerita yg nanggung dan gantung
V3
kira-kira nti anu nya Adjie yg td habis di anuin sama setan nya istri kang bakso jd belatungan jg gak yaa ❓❓
HartOhar
👍
bagas muhammad
beli apa pun atas nama istri nya.
bagas muhammad
jelek thor
bagas muhammad
masih kalah sama gasiang tangkurak.
bagas muhammad
👍👍👍👍👍
⚔️Đɇ₩₳ ₳₴₥₳ɽ₳🏹🪈
ini yang paling menakutkan, pelet
⚔️Đɇ₩₳ ₳₴₥₳ɽ₳🏹🪈
itu mulut perempuan,
⚔️Đɇ₩₳ ₳₴₥₳ɽ₳🏹🪈
rupanya Adjie mejig kurang bagus
yamink oi
uwalah kang ajie kang ajie
Ai Emy Ningrum: oohh 🤭
yamink oi: sukurin....
total 5 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!