cerita sampingan "Beginning and End", cerita dimulai dengan Kei dan Reina, pasangan berusia 19 tahun, yang menghabiskan waktu bersama di taman Grenery. Taman ini dipenuhi dengan pepohonan hijau dan bunga-bunga berwarna cerah, menciptakan suasana yang tenang namun penuh harapan. Momen ini sangat berarti bagi Kei, karena Reina baru saja menerima kabar bahwa dia akan pindah ke Osaka, jauh dari tempat mereka tinggal.
Saat mereka duduk di bangku taman, menikmati keindahan alam dan mengingat kenangan-kenangan indah yang telah mereka bagi, suasana tiba-tiba berubah. Pandangan mereka menjadi gelap, dan mereka dikelilingi oleh cahaya misterius berwarna ungu dan emas. Cahaya ini tampak hidup dan berbicara, membawa pesan yang tidak hanya akan mengubah hidup Kei dan Reina, tetapi juga menguji ikatan persahabatan mereka.
Pesan dari cahaya tersebut mungkin berkisar pada tema perubahan, perpisahan, dan harapan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 : Strategi Kei dan Reina.
Mentari pagi, dingin dan tajam, menusuk lembah yang dipenuhi pohon persik. Bunga-bunga persik, merah muda pucat dan putih susu, tampak seperti noda lembut di kanvas ketegangan yang mencekam lima sosok yang bersiap untuk pertempuran. Udara bergetar, bukan hanya karena suara dentuman keras Ji Long Qiang dan Guan Dao yang beradu – sebuah simfoni kematian yang menggema – tetapi juga karena ketegangan yang teramat sangat, yang terasa seperti pisau yang menusuk kulit. Kei, siluet hitam yang tegak, mengamati latihan brutal kedua jenderal itu dengan tatapan dingin, seperti elang yang mengintai mangsanya. Reina, rambut hitamnya seperti air terjun yang bergelombang, menggigit bibirnya hingga hampir berdarah, matanya yang pink menyala dengan api tekad yang bercampur kecemasan, sebuah badai yang terpendam di balik senyum tipisnya. Liu Bei, wajahnya diukir oleh bayangan keraguan dan tekad, mengamati semuanya dengan mata yang tajam dan pikiran yang berputar-putar. Zhang Fei dan Guan Yu, otot-otot mereka menegang, keringat membasahi tubuh mereka, melepaskan kekuatan mengerikan dari senjata mereka, sebuah pertunjukan kekuatan yang menggetarkan jiwa.
"Kei," suara Reina, meskipun lembut, bergetar dengan ketegangan yang tak tertahankan, "rencana selanjutnya?" Kata-katanya seperti panah yang terhunus, siap dilepaskan.
Kei, tanpa berkedip, menatap Reina sejenak, matanya yang gelap melembut sekejap sebelum kembali menjadi es yang membeku. "Zhang Bao hancur. Zhang Liang dan Zhang Jiao bersembunyi di belakang, terlindungi oleh benteng pertahanan yang kokoh. Para jenderal lainnya di garis depan… tetapi pertempuran besok." Suaranya, datar dan dingin, seperti vonis kematian.
Liu Bei, tangannya mengepal, mengutarakan idenya dengan suara yang bergetar dengan tekad. "Gabung dengan tiga jenderal Dinasti Han? Kekuatan gabungan kita akan menghancurkan mereka!" Suaranya penuh dengan keyakinan yang penuh resiko, namun ada sedikit keraguan di baliknya.
Reina tersenyum getir, sebuah gerakan yang menyembunyikan kegelisahan yang mendalam. "Ide bagus, Tuan Liu Bei, tetapi… ada sesuatu yang mengusikku." Ia mengayunkan kakinya dengan gelisah, sebuah gerakan yang mencerminkan pikirannya yang bergulat dengan kecemasan. Gerakannya, seperti biasanya, mencerminkan moodnya yang kompleks.
"Apa itu, Reina?" tanya Liu Bei, suaranya penuh dengan kekhawatiran.
Reina menarik napas dalam-dalam, matanya menatap bunga persik yang tampak begitu rapuh di tengah badai yang akan datang. "Sebelum pertempuran dengan Zhang Bao, kita menghancurkan kamp pertama. Ribuan mayat. Tapi… aku melihat kurir musuh melarikan diri…" Kata-katanya menggantung di udara, berat dan penuh arti. Ia menggigit bibir bawahnya lagi, sebuah kebiasaan yang menunjukkan kegundahannya.
Liu Bei mengangguk, mengerti. "Kau curiga Zhang Jiao akan memperkuat pertahanan belakang setelah menerima pesan?" Suaranya penuh dengan ketegangan.
"Ya," jawab Kei, suaranya masih datar, tetapi sekarang terasa seperti baja yang dingin dan keras. "Kepribadian Zhang Jiao… aku yakin dia akan melakukannya." Kei melirik Reina, sebuah ekspresi yang tak terbaca muncul di wajahnya yang dingin.
Liu Bei mengusap dagunya, pikirannya berpacu. "Aku setuju. Tapi Dinasti Han… sangat kuat. Zhang Jiao takkan hanya memperkuat belakang. Jebakan… Ballista… Serangan garis depan… bukan dari jenderalnya, tetapi jebakan maut!" Suaranya penuh dengan kepastian yang getir.
Kei mengangguk, tangannya mengepal erat. "Atau… beberapa jenderal akan memimpin dari dekat Ballista, sementara yang lain menjaga sayap atau tengah. Zhang Jiao sendiri… mungkin di utara." Kei tampak berpikir keras, matanya yang tajam mengamati setiap detail di sekitarnya.
"Benar," Liu Bei setuju, suaranya menegang. Ia menatap Kei dan Reina, sebuah senyum tipis, penuh dengan perhitungan yang cermat, muncul di wajahnya. "Bagaimana menurut kalian, Dewa Ashura dan Dewi Ashinamaru?"
Ashura, melalui Kei, menjawab dengan suara berat yang menggema seperti guntur, "Prediksi kalian berdua… tepat. Termasuk posisi Zhang Liang."
Ashinamaru, melalui Reina, menambahkan, suaranya halus tetapi tegas, seperti bisikan ancaman, "Namun… sejarah telah berubah karena Kei dan Reina menghancurkan kamp musuh." Reina menatap Kei dengan penuh kasih sayang, sebuah ekspresi yang lembut di tengah badai yang akan datang.
Liu Bei terdiam sejenak, pikirannya bekerja dengan kecepatan kilat. "Semua jenderal Zhang Jiao di belakang… semua sumber daya terbaik di belakang… meninggalkan rakyat jelata di depan…" Suaranya seperti baja yang terhunus.
"Benar," Ashura mengkonfirmasi.
Reina, dengan mata yang menyala-nyala, melompat kecil, kegembiraan dan semangat yang tak terkendali tampak di wajahnya. "Aku punya ide!" Ia memutar-putar rambutnya dengan jari-jari yang gemetar, sebuah gerakan yang menunjukkan kegembiraan yang bercampur dengan kecemasan. "Walaupun garis depan lemah, mereka tetap merepotkan, ditambah Ballista. Kita manfaatkan teleportasi Ashura dan Ashinamaru!" Reina tampak sangat bersemangat, namun tetap menjaga kewaspadaannya.
Kei, dengan tenang dan dingin, menghitung. "Lebih dari enam… mungkin sembilan Ballista. Kita hancurkan Ballista untuk memudahkan Dinasti Han. Liu Bei dan aku ke barat, Reina, Zhang Fei, dan Guan Yu ke timur. Setelah itu… kita bergabung dengan Dinasti Han dan menyerang utara, menuju Zhang Jiao!" Suaranya, dingin dan tegas, seperti perintah yang tak terbantahkan. Kei menatap Reina, sebuah ekspresi yang menunjukkan kepercayaan dan kasih sayang.
Reina mengangguk, matanya berbinar-binar, namun ada kilauan ketakutan yang samar di dalamnya. "Saat tiga jenderal Han melawan para jenderal Zhang Jiao… kita menerobos ke benteng! Aku akan menghadapi para pemanah, memanfaatkan kecepatan Ashinamaru. Kei dan Guan Yu menyerang Zhang Jiao, Liu Bei dan Zhang Fei menghentikan Zhang Liang. Kita serang bersama-sama!" Suaranya penuh dengan tekad yang membara, namun ada sedikit getaran ketakutan di baliknya.
Liu Bei bertepuk tangan, kagum. "Strategi kalian… luar biasa! Tetapi… apa maksud kekuatan jati diri Ashura dan Ashinamaru?"
Ashura menjelaskan kekuatannya, suaranya berat dan penuh dengan aura kegelapan. "Sedangkan aku.... hahaha... semakin banyak anak ini membunuh orang dan semakin banyak darah yang membanjiri dua pedang nya... darah itu akan berubah menjadi aura kegelapan dan dapat memperkuat kan berbagai skil gelombang kejut yang akan di keluar kan oleh Kei... namun efek samping nya, kegelapan yang ada di dua pedang Kei akan menghilang dan memaksa nya untuk membunuh orang lagi... tetapi semakin lama Kei menahan untuk tidak mengeluarkan gelombang kejut... sayap dan tanduk iblis Kei akan muncul Dan pedang nya akan di selimuti aura kegelapan, yang membuat pedang Kei semakin ringan dan memanjang seiring waktu..." Kei tampak sedikit tidak nyaman dengan penjelasan tersebut, namun tetap tenang.
Ashinamaru, melalui Reina, menjelaskan kekuatannya dengan suara ceria namun tegas. "Di saat Reina memberi kan semangat kepada kalian berempat. kalian akan mendapatkan efek samping nya, yaitu pertahanan lebih kuat dua kali lipat, energi bertambah dua kali lipat dan kekuatan dua kali lipat, dan efek samping bagi Reina... semakin semangat orang yang telah di berikan kekuatan oleh Reina, maka kecepatan bertarung Reina akan semakin bertambah. serta katana Reina akan berubah menjadi katana cahaya dan sayap Reina akan muncul..." Reina tersenyum lembut kepada Kei saat Ashinamaru menjelaskan kekuatannya, sebuah ekspresi penuh kasih sayang dan kepercayaan.
Liu Bei tercengang. "Kekuatan kalian sangat besar! Kemenangan pasti akan kita raih!" Suaranya penuh dengan kekaguman dan harapan.
Ashura, melalui Kei, mengingatkan, "Jangan meremehkan Zhang Jiao. Dia memiliki kekuatan magis, hanya untuk prajurit yang telah mati. Hancurkan empat wadah raksasa yang menampung jiwa-jiwa itu. Hanya Guan Dao Guan Yu yang bisa menghasilkan getaran yang cukup kuat." Kei mengangguk, menerima peringatan tersebut dengan serius.
Liu Bei mengangguk, matanya berbinar-binar. Ia memanggil Zhang Fei dan Guan Yu, dan menjelaskan strategi tersebut. Di bawah langit yang cerah dan di antara keindahan pohon persik, lima sosok itu bersiap menghadapi pertempuran yang akan menentukan nasib mereka. Aroma bunga persik, manis dan harum, bercampur dengan aroma darah dan keringat yang akan segera menetes, menciptakan kontras yang dramatis antara keindahan dan kekejaman.