Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!
Bermaksud menolong seorang pria dari sebuah penjebakan, Hanna justru menjadi korban pelampiasan hingga membuahkan benih kehidupan baru dalam rahimnya.
Fitnah dan ancaman dari ibu dan kakak tirinya membuat Hanna memutuskan untuk pergi tanpa mengungkap keadaan dirinya yang tengah berbadan dua dan menyembunyikan fakta tentang anak kembarnya.
"Kenapa kau sembunyikan mereka dariku selama ini?" ~ Evan
"Kau tidak akan menginginkan seorang anak dari wanita murahan sepertiku, karena itulah aku menyembunyikan mereka." ~ Hanna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2
Terbaring dengan tubuh remuk, mata Hanna telah sembab karena menangis sepanjang malam. Boleh jadi ia menyesal telah berusaha menolong laki-laki itu.
Hanna melirik evan yang masih tertidur pulas. Meskipun tidak memiliki perasaan khusus, tak dapat dipungkiri ia memiliki kekaguman terhadap sosok Evan yang memiliki wajah tampan rupawan. Tak heran jika dirinya dieluh-eluhkan para gadis. Namun, pagi ini semua kekaguman itu telah berubah menjadi rasa benci.
Hanna bangkit dan meraih pakaiannya yang teronggok di lantai. Bahkan sisa kegiatan semalam masih menyisakan rasa perih.
Setelah mengenakan pakaian, ia menatap penuh kebencian terhadap Evan. Ia juga tahu seberapa tidak sukanya Evan terhadap dirinya. Selama ini, Evan tidak pernah bersikap baik kepada Hanna karena Cleo selalu mampu membuat Hanna terlihat buruk di mata semua orang. Tetapi Hanna tidak pernah mempedulikan apapun penilaian orang.
“Aku akan melupakan kejadian malam ini dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Aku tidak mau terlibat masalah apapun dengan orang kaya sepertimu. Lagi pula, kau hanya akan melemparkan sejumlah uang padaku sebagai kompensasi agar aku tutup mulut atas kejadian ini.”
Setelah memastikan tidak ada barang miliknya yang tertinggal di sana, ia melangkah pergi meninggalkan Evan seorang diri.
****
Dengan langkah tertatih, Hanna memasuki sebuah rumah. Namun, langkahnya seketika terhenti ketika berada di ruang tamu.
Ayah, ibu tiri dan juga kakak tirinya, Cleo, ada di sana dan menatap penuh kemarahan. Ibu Flora, yang merupakan ibu tiri Hanna langsung berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Hanna. Ia lemparkan beberapa lembar foto milik Hanna yang tengah tertidur dalam pelukan seorang pria yang wajahnya disamarkan.
"Jadi seperti ini kelakuanmu selama ini? Aku benar-benar tidak menyangka. Ayah, lihatlah kelakuan anakmu di luar sana. Jadi selama ini benar yang dikatakan Cleo, dia menjual tubuhnya pada pria-pria kaya?" Tatapan wanita itu menyiratkan api permusuhan.
Detik itu juga, sebuah tamparan keras ia hadiahkan di pipi Hanna. Namun Hanna sama sekali tak bereaksi, walaupun bekas tamparan dari ibu tirinya meninggalkan rasa perih.
Ia telah menduga, bahwa Cleo sudah mencuci otak keluarganya, terlihat dari senyum sinis di wajah kakak tirinya itu.
"Apa begini saja? Ayo pukuli aku sepuas hatimu!" ucap Hanna dengan ekspresi menantang. "Memang ini kan yang kau inginkan? Memukuliku sampai mati."
Mendengar nada bicara Hanna, sang ayah pun mendekat. Dengan penuh kemarahan, pria paruh baya itu lantas memberi tiga tamparan beruntun ke wajah putri kandungnya.
Plak! Plak! Plak!
"Pergi dari kehidupan kami! Kau hanya seorang gadis tidak punya harga diri yang rela menjual tubuhmu pada seorang pria kaya. Kau bukan anakku lagi!"
Hanna mengusap wajahnya yang terasa kebas. Bukan dari tamparan yang membuatnya merasa sakit. Namun ketidakpercayaan keluarga, apalagi ayahnya sendiri.
"Baiklah ... Kalau itu keinginanmu. Tapi lihat saja, suatu hari kau akan menyesal. Terus saja mempercayai anak kebanggaan kalian itu." Ia menatap sinis terhadap Cleo.
"Cukup! Kau malah mau melemparkan kesalahanmu pada putriku. Aku sudah dengar semuanya dari Cleo. Kau mau menuduh Cleo yang bukan-bukan. Begitu kan?"
Tangan Ibu Flora terangkat. Ingin menampar Hanna lagi, namun gadis itu mencengkramnya kuat-kuat sehingga lengan ibu tirinya menggantung di udara.
"Jangan coba menyentuhku! Aku sudah lelah selama ini menghadapi kalian. Dan kau Ayah ... lupakan bahwa kau punya anak perempuan bernama Hanna!"
Setelah mengucapkan kalimatnya, Hanna menghempas tangan ibu tirinya dengan kasar, menatap mereka satu-persatu dengan penuh kebencian. Lalu melangkah pergi meninggalkan rumah itu tanpa membawa apapun.
"Pergi dari sini dan jangan pernah kembali lagi!" teriak Ibu Flora saat menatap Hanna dari balik pintu.
Hanna tak begitu peduli dan melangkah tanpa menoleh sedikit pun. Ia yang merupakan anak dari istri ke dua sang ayah sudah sering kali menerima perlakuan buruk dari ibu dan kakak tirinya. Sementara ayahnya bagaikan boneka yang akan menuruti apapun perkataan istri dan anak pertamanya.
Diusir dari rumah bukanlah sesuatu yang aneh baginya. Karena memang inilah yang diharapkan Ibu Flora dan Cleo, yaitu melihat Hanna pergi dari kehidupan mereka selamanya.
******
Hai semua, selamat datang di karya baruku.
Ada yang masih ingat dengan julukan "Keong Kembar" ?
Ya, ini adalah cerita Evan, bungsu kembar dari keluarga Azkara.
Jangan lupa add favorit ya, biar dapat notif kalau Babang Evan si Keong lucknut ini update.
Terima kasih.
Love love sekebun