Skylar Dan Sang Dosen

"Assalamualaikum!"

Suara Teon terdengar memecah keheningan di depan sebuah rumah mewah, entah sudah panggilan yang ke berapa. Pemuda rupawan itu tak lantas menyerah hingga...

"Waalaikumsalam,"

Akhirnya.

Panggilan sang pemuda mendapatkan jawaban dari penghuni rumah.

"Wah, Pak Teon! mari masuk," sambut Papa Lucas hangat, mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan yang lebih muda.

Teon tersenyum cerah, menyambut uluran tangan Papa Lucas.

Kedua pria berbeda usia itu lantas berjalan masuk ke dalam rumah sambil berbincang-bincang ringan.

"Apa yang membawa anda datang kemari?" tanya Papa Lucas setelah mempersilakan tamunya duduk.

Pria yang lebih muda mengangguk santun, "ah, saya ingin memberikan rangkuman materi ini untuk Skylar mengingat dia sudah dua kali pertemuan tidak masuk di kelas saya."

Bibir Papa Lucas ber-oh ria, wajahnya menjadi semakin berseri, "anda benar-benar seorang dosen yang pengertian."

Mendengar pujian itu, Teon tertawa kecil merasa Papa Lucas terlalu menyanjungnya.

"Kalau begitu saya akan memanggilnya tunggulah disini dan silakan cicipi camilan serta minumannya," pungkas Papa Lucas lalu berderap cepat menuju lantai dua, bermaksud memanggil Skylar.

Sang pemuda mengamati setiap sudut rumah itu, rumah yang indah meski memiliki dekorasi yang minimalis.

Tak lama, sosok yang menjadi tujuan Teon datang kemari muncul diikuti langkah sang Papa di belakangnya. Wajah gadis itu masih datar dengan sorot mata dingin seperti biasanya namun kali ini auranya terasa lebih muram.

Entah apa penyebabnya namun yang pasti Teon menjadi penasaran kenapa wajah sang gadis terlihat begitu tak bersahabat.

"Apa kabar?" tanya Teon tatkala sang gadis datang mendekat.

"Saya baik, terima kasih sudah repot-repot mau datang kemari," jawab sang gadis santun.

Teon menghela pendek, mengeluarkan buku tulis yang ia bawa dari tas, "saya membawa rangkuman materi, kamu tertinggal dua kali pertemuan sebentar lagi ujian."

Kedua alis Skylar terangkat kemudian bingung dengan sikap pemuda di depannya.

"Tugas yang saya kirim melalui email kemarin tidak salah 'kan, Pak?"

Diluar dugaan Skylar, Teon malah menganggapi ucapannya dengan tawa yang terdengar begitu menyebalkan di telinga si gadis. Uh, entahlah, bagi Skylar berurusan dengan Teon bukanlah sesuatu yang menarik apalagi menyenangkan.

"Saya belum mengeceknya, maaf."

Skylar mendecak, lelaki ini sungguh menyebalkan!

"Saya kemari hanya untuk meminjamkan buku ini, kamu pintar, saya yakin kamu bisa memahaminya secara mandiri," ucap Teon, mengedikan dagunya ke arah buku yang ia bawa tadi.

"Terima kasih atas perhatian anda, Pak, saya akan-"

"Tentu saja saya memberinya tidak secara cuma-cuma nona Wendelline Skylar," Teon memandang sang gadis dengan tatapan sulit terbaca membuat perasaan Skylar mendadak tidak nyaman.

...°°°...

Skylar mendecak sebal, tak tahu sudah yang keberapa kalinya. Ia benar-benar kesal karena sekarang harus berada satu mobil dengan Teon, dosen muda yang entah memiliki dendam kesumat apa oadanya hingga suka sekali membuat Skylar kesal. Sedangkan di sisi kanan mobil, Teon sibuk menyetir dengan wajah kalemnya berbanding terbalik dengan wajah tertekuk milik Skylar.

"Kita mau kemana? Kenapa anda menyuruh saya memakai baju batik begini?" sang gadis buka suara kemudian, gadis cantik yang mengenakan dress batik selutut dengan leher sabrina itu memandang Teon jengah.

Teon yang mendengar pertanyaan menuntut dari Skylar mendengus geli, "kondangan, tentu saja."

Mata Skylar terbelalak, sial!

Bagaimana mungkin ia datang ke acara pernikahan orang lain dengan penampilan seadanya begini?

"Kamu cantik, tidak perlu khawatir," pungkas Teon diselingi tawa hangat setelah menebak apa yang dipikirkan oleh Skylar.

"Jadi anda meminjamkan buku rangkuman itu untuk memaksa saya menemani anda ke acara pernikahan orang lain? Sungguh licik," sinis Skylar yang langsung membuang pandangannya ke luar jendela.

"Saya tidak memaksa, saya 'kan memintanya tanpa melakukan kekerasan," sahut Teon cuek.

Lihat?

Bagaimana Skylar tidak merasa kesal?

Ternyata kebaikan Teon memang selalu memiliki udang di balik batu.

Gadis itu memilih bungkam, dia tidak mau beradu argumen dengan Teon karena tidak pernah membuahkan hasil seperti yang dia harapkan.

Sementara si pria memandang Skylar sekilas, memuji kecantikan gadis yang bagaikan dewi mitologi Yunani itu dalam diam.

"Semoga kamu segera menemukan laki-laki yang lebih baik," cicit Teon setibanya mereka di gedung lokasi acara.

"Bagaimana anda bisa tahu?" sergah Skylar.

Teon mengangkat kedua bahunya setelah turun dari mobil, "tentu saya tahu kalau kamu bukanlah wanita lemah yang mudah jatuh sakit begitu saja."

Skylar terhenyak mendengar perkataan Teon.

Bagaimana lelaki itu bisa tahu kalau yang sakit selama ini bukanlah fisik tetapi hatinya?

"Sudahlah, mari masuk," pungkas Teon lalu menggamit tangan sang gadis, membawanya turun dari mobil.

"Selama di gedung acara ini, anggaplah saya sebagai kekasihmu," bisik Teon.

Kedua mata Skylar kontan membulat seperti kelinci, "apa?"

"Kamu pikir untuk apa saya mengajakmu kemari?"

Dua detik berikutnya Skylar terkekeh geli, "oh, ternyata anda ini GGJ!"

Alis Teon mengerut bingung, "apa itu GGJ?"

"Ganteng ganteng jomblo, hahaha!"

Skylar tertawa terbahak-bahak karena berhasil meledek Teon hingga pria tampan itu hanya bisa tersenyum masam.

"Saya tidak akan menjadi bujang lapuk kok!"

"Yang benar? memangnya ada perempuan yang mau menjadi istri dari laki-laki menyebalkan seperti anda?" Skylar kembali meledek Teon, membuat lelaki itu mengerucutkan bibirnya seperti anak bebek.

"Tunggu dan lihat saja nanti," tantang Teon kemudian membawa tangan halus Skylar ke dalam genggamannya.

"Eh?"

"Hei, lihat! Teon si pangeran kampus sudah datang!" teriak salah satu teman laki-laki Teon menyambut kedatangan Teon dan Skylar, ah lebih tepatnya hanya Teon sih.

Teon tersenyum penuh menanggapi teman-temannya yang sudah mulai berkerumun, "bagaimana kabar kalian?"

"Baik dong!" sahut mereka bersamaan.

Teon mengeratkan genggamannya pada tangan Skylar berharap gadis itu mau membaur ke dalam pembicaraan, tetapi sang gadis malah menggeleng samar.

"Terus lo bawa siapa nih?" Rama, teman Teon semasa kuliah bertanya setelah menyadari eksistensi Skylar yang begitu jelita.

"Oh iya, cantik banget tuh, Teon!"

Ricuh kemudian, yang membuat Skylar hanya bisa tersenyum kaku menanggapi situasi itu.

Sementara Teon dengan sigap merangkul gadis cantik di sebelahnya itu dengan senyuman merekah sehangat serta cerah bak mentari pagi.

"Calon istriku, tentu saja," balas Teon penuh keyakinan yang sukses membuat Skylar melotot tak percaya.

"Widihh, beneran nih?" kali ini Galih menimpali.

"Iya, kami sedang merencanakan pernikahan mohon doa dari anda semua agar rencana baik ini lekas terlaksana," imbuh Skylar setelah mendapat tatapan tajam dari Teon.

Baiklah, dia harus berakting dengan baik kali ini.

"Dilihat dari sudut mana pun kalian nampak bukan seperti sepasang manusia," Ratna berdecak kagum memandangi wajah Skylar dan Teon bergantian.

"Jadi kapan kalian akan menikah?" pertanyaan dari Ririn sukses membuat Teon dan Skylar saling beradu pandang.