Setelah sekian lama dipertemukan kembali dia insan yang telah lama berpisah, berjalannya kisah mereka diiringi dengan berbagai macam rintangan yang mengharuskan mereka tetap bersama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gabijh1799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Beberapa bulan kemudian, penyakit yang berada di rumah sakit Jinan berlahan mulai menghilang dan juga para tenaga medis dan pasien juga dinyatakan negatif dari virus tersebut. Dan juga akhirnya Cindy telah menyelesaikan skripsinya dan menunggu waktu sidangnya dan untuk Jinan dia selalu menemani dan mengawasi Cindy secara diam-diam karena setelah kejadian sebelumnya mentor Cindy atau Ariel selalu mengajak kekasihnya itu pergi entah kemana yang membuat geram namun dia tidak punya pilihan.
Jinan sempat melaporkannya pada Joni selaku dosen pembimbing Cindy namun tidak menghasilkan apa-apa dan hanya tersisa Ariel yang dapat menjadi mentor karena beberapa orang sudah menjadi mentor teman Cindy yang lain.
Karena tidak punya pilihan lain maka dari itu Jinan selalu 'membuntuti' kemana Cindy pergi jika alat pelacak yang sebelumnya Jinan berikan tidak pada tujuan yang Cindy katakan dan juga pada saat Jinan libur atau sedang ada jam kosong rumah sakit.
Saat ini Jinan sedang di sebuah restoran persis diseberang restoran tempat Cindy dan mentornya itu makan siang. Jinan mengamatinya dengan seksama dan juga berpura-pura seperti orang lain agar Cindy dan mentornya tidak mencurigainya.
Saat selesai makan siang Jinan kembali 'membuntuti' mereka sampai di kantor Ariel dan dengan terpaksa Jinan memberhentikan mobilnya disana dan menunggu Cindy kuat dari kantornya.
Dan bertepatan dengan itu Cindy keluar dari kantor Ariel dan melihat mobil Jinan disana yang dipikirkannya Jinan sedang menjemput dirinya padahal sebaliknya, kemudian Cindy bergegas menuju mobil Jinan dan memasukinya.
"Gimana lancar?" Tanya Jinan pada saat Cindy sudah masuk ke dalam mobilnya

"Alhamdulillah nan, tadi pas makan siang pak Joni ngirim aku jadwal buat sidang besok" Cindy yang gembira dengan itu
"Kapan sidangnya?"
"Minggu depan nan"
"Ohh" Jinan hanya ber-oh riya
"Kamu kenapa?" Tanya Cindy yang merasakan ada hal yang tidak biasa pada Jinan
Jinan mengembuskan napas beratnya dan menjawab, "Gpp kok"
"Nan jangan boong, aku tau kamu lagi marah" Cindy mulai khawatir
"Cind boleh ngga sih mentor kamu itu aku cekek, gemes banget soalnya sama kelakuannya" akhirnya Jinan mengungkapkan kekesalannya
"Ya Allah nan jangan gitu nanti kalo cekek dia terus masuk penjara yang jagain aku siapa" balas Cindy mengelus pipi Jinan
"Kan ada Ayana" ketus Jinan namun masih menatap Cindy
"Ngga ah akhir-akhir ini dia ngeselin" balas Cindy dengan nada menggemaskan
"Kan ada Zee"
"Dia mah sibuk terus"
"Kan ada Gaby"
"Nan aku tau kamu kesel sama pak Ariel dan aku juga udah mulai ngga nyaman tapi demi aku bisa lulus nan jadi mau gimana lagi" ucap Cindy mengecup pipi Jinan
"Tapi Cind itu udah keterlaluan" kesal Jinan
"Iya nan aku tau, tapi aku tetep sama pendiriannya aku dan aku sayang sama kamu ngga ke yang lain" lanjut Cindy berpegang teguh pada pendiriannya
"Beneran?"
"Kamu ngga percaya sama aku?"
"Percaya Cind tapi gemes aja sama kelakuan dia itu" kesal Jinan dengan mengepalkan tangannya
"Udah nan mungkin ini ujian untuk kita" ucap Cindy menenangkan Jinan
"Haahh ya udah deh, kita langsung pulang atau kamu kemana dulu?" Tanya Jinan
"Kamu laper ngga nan?" Cindy bertanya balik
"Lumayan sih"
"Ok deh kita cari makan dulu yah sekalian buat Ayana" ajak Cindy
"Boleh deh tapi kamu ya yang milih"
"Siap"
Jinan melajukan mobilnya ke tempat yang Cindy beritahu pada Jinan. Sebenarnya sosok Jinan itu tidak pernah marah ataupun membentak dirinya namun karena kejadian sebelumnya Jinan selalu menutupi emosinya dengan berdiam diri dan juga menyendiri yang menyebabkan Cindy kebingungan untuk menghadapi Jinan tetapi setelah itu mereka kembali bersama.
*
Di lain tempat, Frans sudah mengunjungi kantornya kembali untuk menemui Okta disana. Frans cukup gugup dan juga ketakutan dengan kasusnya yang dulu membuat masalah di kantornya.
Saat memasuki kantornya saja semua orang melihat padanya dengan tatapan tidak suka dan juga sinis yang membuatnya merasa bersalah dan takut.
Setelah sampai di depan ruangan direktur Frans menyiapkan dirinya untuk apapun keputusan Okta nantinya pada dirinya.
"Pagi pak" sapa Frans pada Okta
"Udah Frans ngga usah gitu santai aja" elak Okta yang tidak ingin dipanggil seperti itu
"Tapi ta..."
"Udah duduk aja" pinta Okta dan diikuti oleh Frans yang duduk di depannya
"Kalo Lo mau meminta maaf tentang kasus kemaren gw udah maafin dan si Zara udah di bawa kantor polisi" ucap Okta tentang kasus sebelumnya
"Iya ta"
"Tapi gw harus tegas sama Lo Frans walaupun Lo temen gw, jadi dari hasil rapat internal gw mau nurunin jabatan Lo jadi general manager" lanjut Okta tentang sanksi pada Frans
"Iya ta gpp gw siap untuk itu"
"Tapi..."
"Kenapa ta?"
"Gw kemaren usul Lo untuk jadi wakil direktur karena kinerja sebelum kasus ini bagus dan memenuhi target, jadi gw usul itu dan disetujui tapi dengan syarat" jawab Okta memberi kesempatan pada Frans
"Apa ta?"
"Lo balikan sama istri Lo" syarat Okta pada Frans
"Hahh" mendengar itu Frans terkejut
"Iya Lo kan pada saat itu berantem kan sama istri Lo" ucap Okta yang mengetahui Frans sedang ada masalah di keluarganya
"Lo tau dari mana?" Tanya Frans yang kebingungan kenapa Okta mengetahui tentang itu
"Lo lupa anak Lo sahabat anak gw?" Balas Okta dapat mengetahui tentang masalah Frans itu
"Iya sih"
"Itu syarat dari gw"
"Iya ta gw terima itu"
"Ok Frans Lo bisa kerja besok dan juga barangkali Lo mau ada yang diungkapin sama anak-anak gw udah siapin waktu buat mereka" ucap Okta berdiri dari duduknya dan menepuk pundak Frans
Frans menganggukkan kepalanya, "Iya ta makasih untuk itu"
"Sama-sama"
"Tapi ta..."
"Napa?"
"Lo jadi direktur lagi?" Tanya Frans apakah Okta akan kembali menjadi direktur
"Ngga gw udah pensiun kenapa jadi direktur lagi" jawab Okta yang masih pensiun setelah kasus itu
"Nanti gw kasih tau siapa pengganti gw sama Lo" lanjut Okta
Setelah itu Okta dan Frans berjabat tangan dan keluar dari ruangan direktur, pada saat mereka keluar ternyata para pegawai kantor sudah berkumpul atas permintaan Okta sebelumnya dan menunggu penjelasan dari Frans.
"Tuh Frans ditunggu sama mereka" ucap Okta menepuk pundak Frans
"I...iya ta"
Frans mengambil mikrofon dan menghembuskan nafas beratnya karena ini adalah kesalahannya dan dia harus bertanggungjawab, kemudian Frans menjelaskan semuanya pada para pegawai dan juga sandi yang dia ambil.
*
Setelah menyelesaikan makan siang, Jinan dan Cindy kembali ke apartemen mereka dan juga membawa makanan untuk Ayana yang entah terbesit di pikiran Jinan untuk membelikan makanan untuk adiknya itu.
Sesampainya disana, Jinan langsung ditodong oleh Ayana dengan tatapan tajam yang entah kenapa alasannya.
"Kamu kenapa ay?" Tanya Jinan yang kebingungan dengan itu
"Kakak jahat" kesal Ayana dan memukul Jinan
"Jahat?"
"Liat nih berat aku turun" Ayana menunjukkan foto hasil timbangan dirinya
"Ya bagus dong kan kamu kurusan ngga gendut" Jinan merasa tidak ada salahnya dengan itu
"Tapi kan aku model harus ideal, ini terlalu kurus" ucap Ayana memperagakan modelnya
"Terlalu kurus apaan masih sama aja kok" elak Jinan yang memang tidak ada bedanya
"Kenapa nan?" Tanya Cindy baru memasuki kamar Jinan
"Ngga tau nih anak ada-ada aja" jawab Jinan yang tidak habis pikir dengan adiknya itu
"Kenapa ay?" Tanya Cindy pada Ayana
"Ini kak, sejak kartu aku di pegang kak Jinan aku ngga bisa beli makanan" jawab Ayana melaporkan tentang itu
"Beneran nan?" Cindy berbalik bertanya pada Jinan
"Apaan, aku pegang kartu kamu biar kamu ngga boros" jawab Jinan yang memiliki niat baik
"Tapi kan aku ngga beli banyak" balas Ayana membenarkan dirinya
"Apaan itu di kamar tamu udah numpuk kayak gitu" kesal Jinan dengan menunjuk kamar tamunya
"Kan buat konten" Ayana membalasnya
"Udah udah kalian jangan berantem" Cindy meleraikan keduanya
"Sekarang ay, kakak kamu itu punya niat baik dan kamu juga seharusnya terima itu yah walaupun jadinya kayak gini tapi kalo kamu mau makanan atau minuman yang kamu pengin bilang kakak aja yah" Cindy memberi solusi pada Ayana
"Cind..." Ucap Jinan
"Hussh kamu diem" tegas Cindy

"Beneran kak Cindy?"
"Iya ay tapi jangan banyak-banyak yah keuangan kakak lagi mepet" bisik Cindy
"Iya kak gpp daripada sama nih orang pelit" balas Ayana meledek Jinan dan menjulurkan lidahnya
"Ehh ngelunjak yah" kesal Jinan
"Sekarang kamu nan, bisa ngga sih yang halus sama adik kamu sendiri apalagi dia cewe harus diperhatiin bukan dibentak" Cindy juga memberikan nasihat pada Jinan
"Tapi Cind kalo dia ngga digituin malah ngelunjak" elak Jinan yang memang Ayana seperti itu
"Makanya dia harus dikasih tau biar luluh" lanjut Cindy namun dengan nada tegas
Jinan menundukkan kepalanya, "Iya deh iya"
"Sekarang kalian maaf-an" pinta Cindy untuk keduanya
"Maafin kakak ya" Jinan meminta maaf dan memeluk Ayana
"Iya kak, aku juga minta maaf" Ayana membalas itu dan juga berpelukan dengan kakaknya
"Nah kan enak diliat, nih ay kakak kamu beliin makanan buat kamu" ucap Cindy memberikan bungkusan makanan yang baru mereka belikan untuk Ayana
"Wihhh makasih ya kak" ucap Ayana yang senang
"Iya sama-sama, jangan berantakan makannya"
"Iya ya"
Kemudian Ayana membawa bungkusan makanan itu menuju dapur untuk menyajikan makanan itu dan mereka berdua berjalan menuju ruang tamu.
"Kamu sama Ayana dari kecil kayak gitu?" Tanya Cindy memeluk Cindy dari samping
"Ngga sih tapi kalo emang lagi mood ribut ya gitu" jawab Jinan dan juga merangkul Cindy
"Ada-ada aja kamu nan, andai aku punya adik atau kakak" Cindy berandai-andai jika dia memiliki adik atau kakak
"Gpp Cind, Ayana bisa jadi adik kamu juga kok" Jinan mengelus kepala Cindy
"Iya nan tapi enak aja gitu ada yang nemenin"
"Ngga juga sih malah Ayana sering ganggu aku"
"Kan dia cewe kamu cowo nan, kalo cewe sama cewe sih pasti seru" kesal Cindy dan menatap mata Jinan
"Iya deh iya, nanti kan Ayana jadi adik ipar kamu jadi kalian bisa main bareng" ucap Jinan mengelus kepala Cindy
"Iya nan" Cindy mengeratkan pelukannya
Jinan mengembuskan napas beratnya, "Ngga kerasa yah kita udah mau setahun pacaran"
"Emang dari kapan?" Tanya Cindy mencoba apakah Jinan mengingatkan kapan mereka jadian
"Hayoo lupa yah pas itu langsung minta restu sama papah mamah kamu di kampung" jawab Jinan dan menoleh hidung Cindy
"Ehh iya hehehe lupa" kekeh Cindy
"Haduhh kamu yah Cind lemotnya" balas Jinan mengecup puncak kepala Cindy
"Gpp dong tapi kamu suka kan" Cindy menoel hidung Jinan

"Iya sayang tapi jangan sering-sering yah"
"Emang kenapa?"
"Gemes aja liat muka kamu pas lagi mikir" ucap Jinan dan mencubit pipi kekasihnya itu
"Ihh apaan sih nan" elak Cindy
"Hehehe" kekeh Jinan
Mereka berdua mengobrol tentang kegiatan mereka hari ini dan juga disusul oleh Ayana membawa makanannya menuju ruang tamu dan mereka mengobrol bersama.
*
Mendengar pengumuman itu membuat para pegawai kantor Okta mulai memprotes tentang sandi yang diberikan Okta pada Frans.
"Pak ngga bisa gitu dong, dia kan udah menggelapkan uang kantor" salah satu pegawai tidak setuju dengan keputusan Okta itu
"Saya tau tentang itu tapi ini bukan kesalahan dia" balas Okta
"Ngga bisa gitu dong pak"
"Ok sekarang kita voting saja pilihannya dua pak Frans keluar atau mengikuti sanksi yang diberikan, silahkan pilih" Okta memberikan pilihan pada para pegawainya
Para pegawai berdiskusi dan memulai berpikir jawaban yang tepat untuk voting nanti. Setelah berdiskusi para pegawai pun menyetujui untuk voting.
"Ok cukup sekarang kita voting, yang setuju pak Frans keluar silahkan angkat tangan"
Hampir separuh dari pegawai yang berkumpul mengangkat tangannya.
"Selanjutnya yang setuju pak Frans menerima sanksi yang saya berikan, silahkan angkat tangannya"
Dibalas juga dengan hampir dari pegawai disana mengangkat tangannya menjadikan hasil voting seri. Namun belum selesai mengangkat tangannya Okta mengangkat tangannya yang menunjukkan dia setuju bahwa dia memilih pilihan kedua atau Frans menerima sanksinya.
"Kok bapak angkat tangan" salah satu pegawai melihat Okta mengangkat tangannya
"Saya juga harus ikut voting karena saya juga karyawan disini" Okta membela dirinya
"Ngga bisa gitu dong pak" protes pegawai disana
"Saya tetap karyawan disini walaupun jabatan saya bukan direktur lagi" balas Okta
"Ok Frans para pegawai setuju kalo kamu menerima sanksi itu dan mulai besok kamu bisa lanjut bekerja" ucap Okta bersalaman dengan Frans
"Tapi pak..."
"Kamu ikut saya ke kantor" pinta Okta pada salah satu pegawainya
Orang yang selalu memojokkan Frans masuk ke dalam ruangan Okta dan Frans turun dari panggung kecil disana dan tanpa diduga ternyata sebagian pegawai disana menyambutnya dengan baik.
"Selamat yah pak, bapak bekerja kembali" ucap selamat para pegawai yang mendukung Frans melanjutkan pekerjaannya
"Iya pak, saya ngga heran bapak dipercaya kembali oleh pak Okta" ucap salah satu pegawai bersalaman dengan Okta
Beberapa orang juga ada yang tidak suka dengan kembalinya Frans.
"Pasti dia nyogok pak Okta" sinis salah satu pegawai yang tidak suka dengan kembalinya Frans
"Itu mah kedok dia aja padahal uangnya dimakan sendiri" balas dari mereka disana
Namun Frans tidak mempedulikan kata-kata orang itu dan dia kembali menuju rumahnya untuk menyiapkan dirinya agar keesokan harinya dia dapat bekerja dengan baik.
*
Malam harinya, Jinan tidak bisa tertidur karena selalu memikirkan Cindy.
"Gimana yah yakinin mamah aku bingung, Pah tolong aku buat bujuk mamah yah, papah tau kan aku suka dan sayang sama Cindy" batin Jinan memikirkan betapa sulitnya meminta restu pada mamahnya
"Ya Allah luluhkan hati ibu hamba ya Allah agar hamba mendapatkan restu darinya" Jinan berdoa dalam hatinya
Merasakan Jinan belum tidur, Cindy yang berada di sampingnya memeluk erat Jinan.
"Kenapa oppa?"

"Ehh kebangun yah, gpp kok sayang" Jinan yang tersadar Cindy terbangun
"Beneran gpp? Kok kamu kayak gelisah gitu" ucap Cindy mengelus pipi Jinan
"Gpp sayang, yuk lanjut tidur lagi" balas Jinan dengan mengecup tangan Cindy
"Iya oppa, selamat tidur yah" Cindy mengecup pipi dan bibir Jinan
"Selamat tidur juga Hapsariku" balas Jinan dengan mengecup kening Cindy namun cukup lama
Sebenarnya Cindy tau kenapa Jinan tidak bisa tidur yang mungkin karena mamahnya Jinan itu dan beberapa hambatan yang akan mereka hadapi.
Sejak kejadian itu Cindy sering meminta Jinan untuk menemaninya tidur dan juga tidur bersamanya namun mereka tidak melakukan hal macam-macam karena memang mereka tidak punya niat seperti itu, dan untuk Ayana sering tidur di kamar Cindy jadi mereka tidak akan terganggu dengan Ayana.
***
Alhamdulillah akhirnya author bisa update cerita ini lagi nih, maaf yah yang nunggu update cerita 'with you' kemungkinan akan lama update karena sulit mencari inspirasinya dan memang salah author juga sih nyari topik cerita yang sulit buat author sendiri...
Tapi gpp buat tantangan author menulis cerita itu tapi mohon bersabar yah karena memang author belum menemukan inspirasi untuk itu...
Gimana nih kabar kalian semua? Semoga sehat semua yah, author sekarang lagi sibuk nih sama deadline sama ada usaha sampingan jadi maaf ya update ceritanya ngga seintens dulu tapi insyaallah author akan usahakan update...
Semoga kalian diberikan kelancaran rezeki dan pekerjaan kalian yah, diberikan kesehatan dan juga keselamatan juga...
Semoga kalian suka part kali ini dan jangan lupa untuk vote, komentar, dan share ya...
Thanks for reading...