Bagi seorang anak baik buruknya orang tua, mereka adalah dunianya. Mereka tumpuan hidup mereka. Sumber kasih sayang dan cinta. Akan, tetapi sengaja atau tidak, terkadang banyak orang tua yang tidak mampu berlaku adil kepada putra-putri mereka. Seperti halnya Allisya. Si bungsu yang kerap kali merasa tersisih. Anak yang selalu merasa dirinya diabaikan, dan anak yang selalu merasa tidak mendapatkan kasih sayang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"kringggg.... kringggg" Bel pulang sekolah berbunyi.
"Bay, kita jadi kan nongkrongnya sepulang sekolah" tanya Rian.
"Wahhh, gimana ya, nggak dulu deh "
"Jangan gitu bro, kan elu dah janji tadi, masak sekarang tiba tiba nggak jadi" ucap Rian
"Iya nih si Bayu, nggak seruh ah" ucap Bagas
"Yok lah Bay, ni si Sinta juga ikut katanya, sekalian mau bahas acara perpisahan sekolah yang diadain sama OSIS nanti" ucap Aldi.
"Ya udah deh, gas kan aja" ucap Bayu, meraih tasnya.
"Hufttt, sadar diri aja Mira" ucapnya kepada dirinya sendiri, karena tanpa ia sadari ia sudah menaruh harap kepada Bayu.
Mira berjalan gontai meninggalkan pekarangan sekolah.
"Hergghh, sudahlah miskin, bodoh, dekil, nggak cantik, nggak disayang sama orang tua lagi" desisnya kesal sambil menendang batu dengan keras.
"Awwwww" siapa sangka batu itu mengenai kepala seorang pria yang sedang berdiri di pinggir jalan.
"Hahhhh, mampus" ucap Mira ketika melihat seorang anak laki laki yang memakai seragam sekolah yang sama dengan dirinya tanpak kesakitan memegangi kepalanya.
"Maaf maaf, aku nggak sengaja, kamu nggak apa apa kan" tanya Mira, menghampiri pria itu, ia khawatir terjadi apa apa kepada pria itu karena ulang dirinya.
"Nggak apa apa kamu bilang?" tanya pria itu dengan sinis.
"Kamu nggak liat Pake mata Lo kalau saya kesakitan gini, masih nanya nggak apa apa?" Bentaknya, yang menciutkan nyali Mira.
"Emmhhh, maaf saya nggak sengaja" ucap Mira merasa takut, karena ia sadar dirinya bersalah.
"Enak aja cuman minta maaf, kamu harus tanggung jawab, kepala saya sakit nih"
"Waduhhh, tanggung jawab gimana nih maksudnya"
"Kamu harus ganti rugi, kamu harus bawa saya berobat kerumah sakit"
"Ya elahhhh, gitu doank ke rumah sakit, aku aja kadang jatuh sampai terjungkal jungkal nggak diobatin kok, nanti sembuh sendiri " ucap Mira spontan
"Eh, itu kan elu, bukan saya, pokoknya nggak mau tau kau harus tanggung jawab, enak aja udah nendang batu ke kepala orang nggak mau tanggung jawab"
Mira terdiam, kalau harus kerumah sakit ia tak punya biaya, bahkan uang yang ada di kantongnya saat ini pun hanya cukup untuk ongkosnya saja. Minta kepada orang tuanya itu hal yang mustahil, yang ada dia akan dimarahin habis habisan oleh ibunya.
"Kenapa diam?"
"Emmm, kamu ada BPJS kesehatan nggak? Kan kalau bertobatnya pakai BPJS bisa gratis" ucap Mira bernegosiasi, ia ingat dulu neneknya berobat kerumah sakit pakai BPJS, jadi nggak perlu bayar apa apa.
"Whatttt, eh sekalipun ada, gue nggak bakal gunain, gua mau elu yang bayarin, paham kagakk" bentak laki laki itu. "Tanggung jawab dikit Napa sih, pelit amat" desisnya.
"Tapi saya nggak ada uang, ini aja aku hanya ada uang 2000 buat ongkos pulang" ucap Mira mengeluarkan uang dua ribu yang sudah Kumal dari kantong bajunya.
Laki laki itu tersenyum tipis, namun tak disadari oleh Mira, sebab Mira langsung menunduk.
"Hemmmm, lu kelas berapa" ucap laki laki itu memandang Mira dari ujung sepatu sampai ujung jilbabnya, seperti sedang memindai siapa wanita di hadapannya ini.
"Kelas 3 Celcius" ucap Mira menatapnya sekilas lalu kembali menunduk.
"Ohhh, rumah lu di mana?" tanya ya lagi
"Maha Bunga"
"Hemmm, gini aja, kalau elu nggak mampu bayarin gua berobat ke rumah sakit, gimana kalau aku dan orang tuaku main kerumahmu saja, nanti aku akan minta ganti rugi ke orang tuamu, kan orang tuamu pasti mampu donk buat bawa saya berobat" ucap anak laki laki itu.
"Ehhh, jangan donk, saya bisa di marah sama ibu saya, lagian ibu saya nggak ada uang buat bawa kamu berobat kerumah sakit, biasanya kami pakai BPJS gratis yang nggak ada iurannya dari pemerintah." Mira nggak mau kalau laki laki dihadapannya ini sampai datang kerumah, bisa makin runyam urusannya.
"Hehh, dasar "desis anak laki laki itu kasar
"Kalau gitu sebagai gantinya elu harus jadi pacar pura pura gue selama 3 bulan" tawar anak laki laki itu.
"Hah, pacar pura pura? Nggak...., nggak..., saya nggak pacaran, dosa "
"Terus menurut Lo nendang batu ke kepala orang sampai orang itu kesakitan, dan Lo nggak bertanggungjawab itu bukan dosa gitu?"
"Iya, tapi kan..."
"Ok, bawa aku kerumah sakit sekarang, kalau nggak, aku dan orang tua gue yang datang ke rumah lo"
"Ada pilihan lain nggak, selain ke rumah sakit, kamu datang kerumah, dan pacaran pura pura."
"Ada." Sahut anak laki laki itu cepat
Mira menatap anak laki laki itu penuh harap, berharap pilihan kali ini adalah pilihan yang rasional untuk ia pilih.
" Apa"
"elu gue laporin ke guru BK, gue bakal bilang kalau elu ngelempar baru dengan sengaja ke kepal gue, sampai kepala gue bocor, terus orang tua elu bakal di panggil kesekolah dah"
"Lah, kan kepala elu kagak bocor" ucap Mira spontan
"Ya nggak perduli"
"Pilihan lain?"
"Hanya ada itu"
"Kerumah sakit dah, tapi Pake uangmu dulu, nanti aku nyicil" ucap Mira pasrah, rasanya hanya ini pilihan yang rasional. Untuk membayarnya ia akan mencari solusinya bersama kakaknya Lia.
"Enak aja, nggak bisa, harus pakai uang elu lah" ujar pria itu, melipatkan tangan di dadanya
"Sekarang gimana, elu mau jadi pacar pura pura gue, atau ke ruang BK?" Sambung pria itu mrmastikan
"Please, pacaran itu dosa, saya nggak pacaran" ucap Mira memohon. Mira memang tak menganut sistem pacar pacaran, sebab dirinya tahu pacaran itu dilarang. Dan jika ia mengerjakannya padahal ia telah tahu itu dilarang oleh Allah, maka sama saja ia sedang menantang Allah. Karena mengerjakan sesuatu yang jelas jelas ia tahu apa hukumnya.
"Emang siapa yang mau jadi pacar lu, gue aja bilang pura pura kan?"
"Nah, itu berarti nipu donk"
"Jadi mau beneran?"
"Saya nggak pacaran, please"
"Berarti, pura pura"
"Pura pura sama aja nipu, itu juga dosa "
"Aku nggak ada waktu buat bahas dosa sama elu ya, cepat putuskan, gua hitung dari 1 sampai 3, satu... Dua... Tiga..., Ok dah siap, apa pilihan Lo?"
"Cepet amat ngitungnya"
"Ya terserah gue lah, orang gue korbannya kan"
"Iya deh, pilihannya aku nggak mau tanggung jawab, kan aku nggak sengaja." Ucap Mira lalu pergi meninggalkan laki laki itu.
"Hehhh, sialan, liat aja nanti, elu nggak bakal bisa lepas dari gue" ucap laki laki itu, membiarkan Mira pergi begitu saja.
"Enak saja, orang aku nggak sengaja juga, lagian ku liat dia baik baik saja, nggak kenapa kenapa, tapi lagaknya minta tanggung jawab sampai segitunya. Manja banget cuman gitu aja minta kerumah sakit" gerutu Mira, sambil berjalan cepat menyebrangi jalanan menuju halte, tempat di mana ia biasa menunggu angkot.