NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta CEO

Terjerat Cinta CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO
Popularitas:24.8k
Nilai: 5
Nama Author: ainaa

"Al..." Elen mengguncang bahu Al pelan saat bocah itu sedang bermain ponsel, "Pikirin cara buat nolak dong, Al. Mama gak mau nikah!" Adu Elen agak bersungut-sungut.

Al menggelengkan kepala, "Jangan gangguin Al, ma. Nanti afk." Sahut bocah itu tidak ingin diganggu.

"Ih kesel banget." Elen mendengus menatap kesal putranya lalu menoyornya pelan.

"Kan, Al udah bilang mama lihat nanti aja. Kalau pertemuannya lancar jadi nikah kalau enggak ya udah batal."

Ini baru awal dari kisah mama Elen yang dikejar secara brutal dan ugal-ugalan oleh Daddy Aksa, seorang CEO perusahaan. Dan juga masih ada dua remaja nakal bin ajaib bernama Calvin Chris Marin dan Arkana Ephraim Axelle yang akan merecoki hidup Elen dan Aksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Bab 15

Sampai di Perusahaan Aksa, Elen langsung dibimbing oleh staf Aksa yang bernama Dina. Perempuan dengan balutan pakaian formal itu sangat ramah pada Elen.

"Silahkan, Nona. Pak Aksa sudah menunggu di dalam." Ucap Dina pada Elen yang dibalas dengan anggukan kepala, lalu Dina membukakan pintu ruang kerja Aksa setelah mendapatkan sahutan dari pria itu.

Hal pertama yang Elen lihat begitu ia masuk ke dalam ruang kerja pria yang sudah melecehkan dirinya beberapa hari yang lalu adalah wajah serius Aksa tengah menunduk menatap berkas sambil memberikan coretan di sana.

"Eheem." Elen berdehem mengalihkan atensi Aksa untuk mengangkat kepala, menatap perempuan yang berdiri canggung di sana. Seulas senyum tipis nyaris tak terlihat terbit di wajah Aksa sambil dirinya yang bangkit keluar dari kursi kebesarannya. Berjalan ke arah sofa.

"Silahkan duduk!" Mengayunkan tangannya sopan, mempersilahkan Elen untuk duduk di sofa yang tersedia.

"Mau minum apa?" Tawar Aksa saat Elen sudah duduk. Perempuan itu menggeleng, "Terima kasih, tapi tidak perlu. Saya tidak akan lama, hanya perlu mengucapkan beberapa hal pada anda."

"Anda lagi." Ujar Aksa tidak suka, "Ada apa? Sudah menentukan jawaban kamu?"

Ck! Berdecak. Elen menatap Aksa serius, "Putra saya hari ini pulang dengan luka lagi di wajah tampannya, saya tidak akan basa-basi. Sejauh ini musuh putra saya di sekolahnya yang baru hanya putra anda. Tolo,-"

"Saya akan menegur Arka." Potong Aksa paham kemana arah pembicaraan Elen selanjutnya.

"Saya juga akan pastikan Arka tidak mengganggu Al lagi. Bagaimanapun mereka akan menjadi saudara." Imbuh Aksa datar.

Elen menaikkan sebelah alisnya bingung lalu teringat perkataan Aksa yang akan menikahinya.

"Saya menolak. Itu jawaban saya." Tegas Elen. Ia juga teringat saat Aksa memintanya untuk mempertimbangkan niat pria itu yang akan menikahinya.

Dan ucapan Elen membuat Aksa menghembuskan napas kasar, "Pertimbangkan dulu, jangan terburu-buru,-"

"Tidak perlu, saya sudah yakin dengan jawaban saya. Saya menolak. Anda tidak perlu menikahi saya. Apa yang terjadi di antara kita sore itu anggap saja kesalahan. Saya tidak akan mempermasalahkannya!" Seru Elen memotong ucapan Aksa. Ia lalu beranjak dari duduknya berniat pergi namun Aksa menahan pergelangan tangannya.

"Sore itu bukan kesalahan, Elen. Saya melakukannya dengan sadar." Ujar Aksa menatap Elen yang kini juga tengah menoleh padanya dengan kepala sedikit menunduk.

"Saya benar-benar menginginkan kamu." Imbuh Aksa serius.

Elen menghembuskan napas pelan sembari memejam sebentar, lalu menatap tajam Aksa.

"Kenapa tuan? Kenapa harus saya? Kenapa?? Saya berusaha menahan diri untuk tidak mencaci maki tindakan bejat anda, menerima perlakuan kurang ajar anda tanpa membuat keributan tetapi kenapa anda masih saja mengganggu saya? Kenapa?!" Sentak Elen di akhir kalimatnya. Diiringi buliran kristal bening yang sudah jatuh begitu saja dari pelupuk mata merembes ke pipi mulusnya.

"Saya ada salah apa sama anda? Kenapa anda melakukan itu?" Isak tangis Elen pecah seketika. Bayangan sore yang merenggut kesuciannya kembali menghantui pikirannya. Bayang-bayang bagaimana Aksa memaksanya, bagaimana pria itu menikmati setiap jengkal tubuhnya begitu terasa menjijikkan baginya. Dia sungguh merasa kotor dan hina setiap kali ingatan Aksa menyetubuhinya datang di pikirannya. Jika kalian pikir Elen selama ini baik-baik saja. Oh, tentu tidak. Setiap tengah malam sejak apa yang Aksa lakukan padanya, Elen selalu terbangun dan menangis. Meratapi bagaimana ia kehilangan apa yang dia benar-benar jaga selama ini. Bahkan, mantan suaminya pun tidak mendapatkan itu. Tapi, Aksa yang orang asing dengan tidak tahu malu merampasnya begitu saja.

"Saya menginginkan kamu, Elen." Aksa beranjak dari duduknya, berdiri tepat di hadapan Elen dan membawa perempuan itu dalam pelukannya.

Awalnya Elen berontak namun Aksa mendekapnya erat, salah satu tangannya yang lain bahkan memberikan usapan di punggung Elen yang sedang menangis keras. Menolak pun sia-sia, Aksa mendakpanya erat.

"Cara saya memang salah, izinkan saya memperbaikinya dengan menikahi kamu, hm?" Aksa mengurai pelukannya dan menatap lekat pada perempuan yang masih menangis itu.

"Gak." Elen menggeleng tegas, lalu mengusap air matanya dan mundur sehingga tangan Aksa yang masih berada di punggungnya terhempas.

"Saya tidak mau. Saya tidak mau memiliki hubungan dengan orang yang sudah melecehkan saya."

"Elen..."

"Saya bilang nggak ya nggak." Ketusnya sedikit membentak.

Aksa mendengus dan maju mendekat seirama dengan Elen yang mundur, karena Aksa terus maju dan Elen terus mundur, punggung Elen mentok pada dinding. Hal itu langsung dimanfaatkan oleh Aksa yang mengunci tubuh Elen dengan dua tangan di kanan dan kiri. Tidak membiarkan Elen lepas dari pandangannya.

"Kamu lupa apa yang saya katakan, hmm?" Tanya Aksa sambil mengusap pipi Elen, "Saya tidak menerima penolakan, sayang. Kamu, bersedia atau tidak tetap akan saya nikahi!" Bisik Aksa tepat di sebelah telinga Elen sambil memberikan gigitan kecil di telinga Elen. Tidak hanya itu saja, Aksa menjatuhkan kepalanya di ceruk leher Nabila dan mengendus disana. Seolah pria itu tengah menikmati harum aroma tubuh Elen, sedetik kemudian Aksa mengecup ceruk leher Elen juga menyesapnya kecil. Yang kemudian membuat sekujur tubuh Elen meremang seketika.

Tidak bisa dibiarkan! Sadar, Elen. Sebelum terlambat. Dengan mengumpulkan kewarasannya Elen mendorong dada Aksa sekuat tenaga tapi ya agal sih. Aksa hanya sedikit kaget akan aksi penolakan Elen namun pria itu masih pada dengan posisi yang sama.

"Tolong jangan seperti ini." Pinta Elen gelisah, bagaimana tidak? Pria itu bermain-main dengan lidahnya di ceruk leher Elen. Memberikan rangsangan-rangsangan kecil di sana membuat Elen tidak fokus.

"Mau mengulang sore panas kita di sini atau menerima niat baik saya menikahi kamu?" Tanya Aksa dengan tubuh yang sudah menegak sambil mengusap lembut pipi perempuan itu. Menatap lembut pada manik mata Elen. Sebenarnya dibandingkan pertanyaan, apa yang Aksa ucapkan lebih seperti ancaman untuk Elen. Nyatanya bola mata Elen nyaris keluar mendengar intimidasi dari Aksa.

"Pilih yang mana, hm?" Ucap Aksa tidak sabar menunggu jawaban Elen sebab perempuan itu malah mematung linglung.

"Kamu jahat!" Dua kata lolos begitu saja dari bibir Elen dengan sorot mata penuh dendam sepertinya. Jahat! Memang sepertinya kata itu pantas untuk seorang Aksa yang berlaku seenak jidatnya pada Elen.

"Oke. Mau mengulang sore panas kita saja?" Aksa mulai kesal. Mengapa sulit sekali membuat Elen menurut padanya? Dia hanya ingin menikahi wanita itu, kenapa susah sekali?

"Jangan!" Lirih Elen, "Jangan lakukan lagi."

Elen masih trauma akan kenangan kelam sore itu. Dia tidak akan kuat jika harus merasakannya lagi. Nggak! Jangan sampai Aksa memperkosanya lagi!

"Jadi?"

Elen diam. Dia nggak mau mengulang sore itu. Juga tidak mau menikah dengan Aksa. Menyesal. Kata itu langsung menyelimuti pikiran nya saat ini. Seharusnya dia tidak datang menemui pria itu. Jika, tadi ia tidak gegabah mendatangi pria itu. Ia tidak akan dihadapkan dengan pilihan sulit seperti sekarang.

"Sa, sorry. Gue kira lo sendiri." Suara Brian mengalihkan perhatian keduanya. Sahabat sekaligus asisten Aksa itu entah kapan datangnya tapi sudah berdiri di pintu masuk dengan salah tingkah. Mungkin tidak enak sudah memergoki Aksa dan Elen dalam posisi yang sangat dekat. Hal itu dimanfaatkan oleh Elen untuk melengos mengusap sisa air mata di wajahnya.

"Silahkan lanjutkan, anggap aja gue nggak masuk." Brian buru-buru membalik tubuhnya hendak pergi dari sana namun ditahan oleh suara Aksa. Membuat Brian tidak jadi membalik tubuhnya.

"Kenapa, Bri?" Tanya Aksa. Dia masih tetap mengunci Elen yang terpojok di dindingnya ya, hanya bahu nya saja yang menoleh menatap Brian.

"Itu, Arka tawuran lagi. Sekarang di kantor polisi." Ucap Brian mengabarkan sambil menatap Aksa.

Huh. Aksa mendengus.

"Minta Ervan untuk mengurus Arka." Ucap Aksa datar.

"Oke." Lalu Brian melesat keluar dari ruangan Aksa secepat mungkin. Dan, Aksa kembali fokus pada wanitanya. Cie ileh wanitanya, padahal belum resmi.

Di saat yang bersamaan. Ponsel Elen yang berada di dalam tasnya berdering. Karena tasnya masih melekat di tubuhnya Elen jadi bisa dengan mudah mengambil ponselnya sementara Aksa diam melirik Elen yang sudah mengangkat panggilan telepon di ponsel perempuan itu.

"Iya, sayang. Mama bentar lagi pulang, ada apa?"

Tanya Elen lembut pada si penelepon yang tidak lain adalah Al.

"Ma, bantuin Al. Bang Siba masuk kantor polisi tapi nggak bisa ngasih tahu Bu panti sementara polisi mau walinya Bang Siba datang. Mama aja, ya?"

"Kantor polisi? Memang Siba kenapa?"

"Baku hantam sama Lucas."

Elen langsung menghela napas berat sebelum menjawab permintaan Al.

"Baku hantam terus kalian itu, heran mama, Al." Gerutu Elen.

"Jadi, mama bakalan bantuin 'kan? Mama mau 'kan jadi walinya Bang Siba?" Itu bukan pertanyaan tapi lebih terdengar rengekan di kuping Elen.

"Iya, mama jalan kesana sekarang." Elen mendengus lalu menutup teleponnya. Dan, menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas.

"Kenapa? Al kena masalah?" tanya Aksa datar.

"Minggir dulu bisa, kan?" Elen mendorong Aksa dan pria itu tidak lagi mengunci tubuhnya dengan dua tangan kekarnya. Elen merapikan rambutnya lalu menghembuskan napas dan menatap Aksa.

"Ada masalah sama, Al?" Aksa bertanya lagi dengan salah satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celana terlihat santai. Padahal beberapa saat yang lalu baru saja memberikan ancaman pada Elen.

"Saya mau ke kantor polisi sekarang, bisa nggak anda nggak menghalangi jalan saya?" Ketus Elen meskipun sudah tidak mengunci tubuh Elen tapi Aksa berdiri menghalangi jalan Elen setiap Elen bergeser pria itu ikut bergeser seakan tidak membiarkan Elen pergi darinya.

"Berarti kamu memilih pilihan kedua, menikah dengan saya?"

Elen melotot tajam.

"Kenapa? Kalau saya biarkan kamu ke kantor polisi sekarang, kita tidak jadi mengulang sore panas kita itu berarti kamu memilih untuk saya nikahi, Elen." Tekan Aksa menatap lekat Elen, "Jangan kamu kira saya akan membiarkan kamu pergi begitu saja sebelum memutuskan."

"Egois banget, kamu." Elen memijit pelipisnya pening.

"Nikah sama saya, oke?" Elen diam. Tidak menjawab karena bingung, melihat sikap nekat pria itu sepertinya dia memang tidak akan bebas dari sana jika tidak memilih pilihan kedua.

"Nanti kita bicarakan lagi, oke?" Bujuk Elen. Tapi, Aksa menggeleng.

"Mengulang sore itu atau menikah?"

Hih. Elen menghentakkan kaki kesal.

"Nikah, nikah. Oke, fine. Kalau kamu bisa mendapatkan persetujuan dari Al kita nikah. Kalau enggak ya nggak!" Putus Elen mengalah. Ia masih punya Al dalam benaknya. Nabila sangat yakin Al pasti akan menolak permintaan Aksa. Dia bisa bebas lewat "Oke."

"Yaudah minggir!" Seru Elen.

"Kita ke kantor polisi bareng." Bukannya minggir, Aksa malah menarik tangan Elen dan menggandeng nya melangkah keluar dari ruang kerjanya.

"Jangan ribut!" Peringat Aksa saat Elen akan melepaskan genggaman tangan pria itu yang disambut dengan dengusan kecil.

Di depan ruang kerja Aksa, mereka bertemu Brian yang sepertinya mencarinya.

"Itu, Arka maunya lo yang datang, Sa." ucap Brian saat mereka sama-sama berhenti dan berhadapan.

"Oke, ini gue juga mau kesana." Balas Aksa dan Brian mengangguk. Sesaat fokus Brian beralih pada dua tangan yang saling bertaut berpegangan dengan Elen yang merengut. Menandakan perempuan itu terpaksa. Sedangkan Brian langsung tersenyum tipis. Bersamaan dengan Aksa dan Elen yang masuk ke dalam.

"Saya tidak mau naik mobil kamu." Ucap Elen begitu mereka sampai di basement.

"Nurut sama saya. Jangan ribut."

"Nggak mau. Nanti Al lihat kita bareng, saya nggak mau."

"Kenapa, nanti juga kita nikah setiap hari Al lihat kita bareng. Apa masalahnya?" Tanya Aksa cuek sambil membuka pintu mobil untuk Elen.

"Percaya diri banget kalo Al bakalan ngizinin kamu nikahin saya." Cibir Elen tapi menurut masuk ke dalam mobil Aksa.

"Tidak ada yang tidak bisa saya lakukan, Elen. Termasuk meminta izin Al. Bukan hal yang sulit, saya pastikan itu." Ucap Aksa lalu menutup pintu dan berjalan memutar dan masuk ke mobil lewat pintu lain.

1
Dizzah Afkar
godddd
ceritanya seruuu,,,suka sukaaa👍
Kusii Yaati
gmn sih sa main sruduk aja hadehhh🤦🤦🤦
Dizzah Afkar
mesem mesem q nyaaa😅😁😁
etina_
semangat terus karyanya sukses selalu
etina_
otor mending si Aksa manggil aku kamu atau ga pake nama kesayangan aja dari pada saya gitu kaya kaku
ainaa: proses ya temen²🥰
total 1 replies
Dizzah Afkar
alllllll
arkaaaaaaa
😁😅👍
Dizzah Afkar
linaaaa,jangan jadoli kompor loooo,,nanti ujung ujungnyaaaa ada si bagassss,,awas Lo Lina 😤
Dizzah Afkar
ayo bang Aksa gas polll,,,guwe suka gaya loooo👍👌👌👌👌
Dizzah Afkar
heleh si Zaki pake bawa mama segala,,,,si Bagas juga apaan siiiiiii kayak ulat bulu looooo.....pusinggggggg pembinornya beterbangan cuiiiiii🤣😤
Dizzah Afkar
helehhhh si zakiii pake bawa mamanya,,ini juga si bagassss kayak ulat bulu Lo,,,,pusing pusinggggg pembinor hus hus😁😤
Dizzah Afkar
lanjut thoorr,,,
suka suka👍
Melati Putri
lanjut thor, berasa kurang bacanya.
suka kali lah pokoknya
Dizzah Afkar
wahhh,,apa pembinornya akan tambah lagi ya,,,,
bang aksaaaa nikahnya yang grecepppppppppp,,,haduhhh kok gemes q sama si bagassssss🤪
Dizzah Afkar
haduuuu mblibetttt,,linaaaa Lo cari masalahhhhhh,,,elennnn kamu mbok Yo yang tegas sama Bagas,oj ngomong ya ya aja kalo diajakkkk,,,,hadeeeeeeee🤣
Lannnn🙈
Lina ko tega ya
Dizzah Afkar
ayo Thor up lagi
elen kamu yang tegas dong ke Bagas,,haduuuuuu buat masalah aja kamu Len lennn
Melati Putri
lanjut thor
Dizzah Afkar
Luar biasa
Dizzah Afkar
bagus,,,suka suka critanya
GK bikin bosen👍
anggita
like👍+☝hadiah iklan. terus berkarya tulis, moga novelnya sukses.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!