Balas Dendam seorang istri yang tersakiti.
Mentari tidak menyangka jika suami yang di cintainya selama ini ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Perlahan rasa cinta itu mulai hilang dan berubah menjadi kebencian. Balas dendam adalah jalan satu-satunya untuk membalaskan rasa sakit yang di rasakan oleh Mentari selama ini.
Di sisi lain, Jhonatan Alfarizzy pria berusia 31 tahun, laki-laki masa lalu Mentari datang kembali dalam kehidupannya. Laki-laki yang begitu mencintainya dan laki-laki yang rela melakukan apa pun untuk mendapatkan Mentari, perempuan yang sudah lima tahun pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Cerita ini tidak menarik, cerita yang membosankan dan bikin darah tinggi. Untuk yang penasaran, silahkan di baca ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belum saatnya
Jakarta, Indonesia
"Mas, semalam saat aku terbangun kok kamu tidak ada di dalam kamar? Aku pikir kamu pergi toilet, tapi pas aku cek ke toilet, kamu tidak ada juga." Ucap Mentari pura-pura tidak tahu kemana perginya Alex semalam.
Deg...
Seketika detak jantung Alex berpacu dengan sangat cepat, wajahnya terlihat sedikit pucat ketika Mentari menanyakan perihal kemana ia pergi semalam. Meskipun demikian, Alex tetap berusaha untuk tetap tenang agar Mentari tidak mencurigainya.
"Mas, kenapa kamu diam saja? Aku sedang bertanya, loh." Mentari kembali mengeluarkan suaranya, ia menatap suaminya menantikan sebuah jawaban apa yang akan di berikan oleh suaminya itu.
"Semalam aku pergi ke ruang kerja, karena ada beberapa hal yang harus aku periksa malam itu juga." Jawab Alex membuat Mentari tersenyum.
"Oh begitu, jadi kamu tidur semalaman di ruang kerja?"
"Iya, sayang. Aku tidak sengaja ketiduran." Jawab Alex dengan wajah tanpa dosanya membuat Mentari muak dan ingin sekali melempar piring di wajah suaminya.
"Berbohong pun kamu sama sekali tidak gugup. Sungguh luar biasa. Kamu layak mendapatkan Raja flm se Indonesia, Alex." Batin Mentari sambil mengoles mentega di atas rotinya. "Jangan tidur di ruang kerja lagi, itu tidak bagus untuk kesehatanmu, mas." Ucap Mentari tanpa menatap wajah suaminya.
"Iya sayang. Aku janji ini yang terakhir kalinya aku tidur di ruang kerja." Jawab Alex sambil memperlihatkan senyuman manisnya yang semakin membuat Mentari muak.
"Selamat pagi, Mentari. Selamat pagi Alex. Maaf gue bangun kesiangan jadi membuat kalian menunggu." Lisa terlihat begitu ceria, ia duduk di hadapan Mentari, dan juga Alex.
"Memangnya lo habis ngapain sampai bangun kesiangan begitu?" Tanya Mentari sambil menatap Lisa.
"Emm semalam tunangan gue telpon, katanya dia kangen sama gue. Akhirnya kita ngobrol sampai lupa waktu. Jadi gue bangun kesiangan deh." Jawab Lisa berbohong karena sebenarnya tunangannya sama sekali tidak menelponnya. "Pastinya itu bohong, gue tidak mungkin bilang kalau semalaman gue sama suami lo, bukan?" Batin Lisa sekilas memperlihatkan senyuman liciknya.
"Tunangan? Lo pikir gue akan percaya? Tidak, Lisa. Karena gue sudah tahu semuanya." Batin Mentari sambil mengepalkan satu tangannya di bawah meja. Mentari benar-benar merasa sangat muak dengan dua pengkhianat itu, namun ini belum saatnya ia membongkar perselngkuhan suami dan sahabat baiknya itu. Mentari ingin pasangan tidak tahu malu itu merasakan rasa sakit yang ia rasakan saat ini. Bahkan bila perlu mereka harus merasakannya lebih parah dari dirinya.
"Gue jadi penasaran, seperti apa sih tunangan, lo itu? Selama ini lo selalu bilang tunangan lo itu di luar negeri. Tapi waktu kemarin lo bilang, lo sedang bersama tunangan lo di hotel?" Tanya Mentari membuat Lisa terkejut. Sepertinya ia melupakan fakta bahwa tunangannya memang masih di luar negeri. Dan sialnya ia malah menggunakan nama tunangannya kemarin untuk membohongi Mentari.
"Sialan. Kenapa gue bisa lupa kalau Jhon masih di luar negeri? Argh bodoh lo, Lisa." Batin Lisa sambil menggenggam erat gelas minumannya.
"Kok lo malah melamun, Lis? Gue lagi bertanya, loh?" Mentari kembali berucap sambil menatap Lisa. Diam-diam ia tersenyum ketika melihat raut wajah Lisa yang begitu tegang. "Karena berhubung tunangan lo udah di Jakarta, lo harus kenalin gue sama dia. Gue sangat penasaran sama calon suami sahabat gue ini."
"Sayang. Sebaiknya kita selesaikan sarapan kita dulu, karena sebentar lagi aku harus berangkat kerja." Alex yang sedari tadi mendengar pembicaraan istri dan selingkuhannya pun mulai mengeluarkan suaranya. Setidaknya ia dapat menyelamatkan Lisa dari pertanyaan-pertanyaan istrinya itu.
"Iya, Tar. Alex benar, sebaiknya kita sarapan dulu, ok. Nanti gue pasti kenalin lo sama tunangan gue, kok." Ucap Lisa sebelum ia meneguk minumannya. Lisa merasa sedikit lega karena Alex sudah membantunya dari pertanyaan Mentari tadi. "Bertemu sama tunangan gue? Heh! Jangan bermimpi. Karena sampai kapanpun gue gak akan pernah mempertemukan lo dengan Jhon. Kecuali setelah gue menikah dan memiliki Jhon seutuhnya. Gue merasa sangat bersyukur karena dulu lo mengalami kecelakaan dan amnesia sehingga gue masih bisa berpura-pura menjadi sahabat terbaik lo, Mentari. Dengan begitu, gue bisa menghancurkan kehidupan lo secara perlahan." Batin Lisa sambil menggenggam erat gelas yang sudah kosong itu.
Bersambung.