Kim Woo-jin masih bertahan membaca komik romansa remaja karena tertarik pada karakter Shimizu Miyuki, teman masa kecil karakter utama laki-laki dalam cerita. Namun, seperti yang sering terjadi, teman masa kecil biasanya hanya berperan sebagai pemanis di awal kisah dan tidak terpilih sebagai kekasih hingga akhir cerita.
Fenomena ini sudah menjadi klise dalam komik bergenre 'Harem,' yang merujuk pada karakter utama laki-laki dan para gadis-gadis yang menyukainya. Sebuah pola yang, meski berulang, tetap berhasil menarik perhatian pembaca.
"Selalu sama seperti yang lain, hanya saja sifatnya sangat baik dan polos. Tapi menerima semuanya dengan senyuman saat ditolak, sungguh hebat sekali. Awal cerita mereka selalu bersama seperti tidak terpisahkan, tapi setelah SMA, banyak gadis yang mendekati Protagonis Sampah," gumam Kim Woo-jin.
(Penulis : Sudah lama ya nggak ketemu xixixi~ aku sibuk dan lupa password, baru inget dan dah lupa lanjutan cerita yang aku buat ... selamat membaca~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayang_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Baru dari Sebuah Kesalahan
Awal Baru dari Sebuah Kesalahan
"Ah..." Ren menghela napas, berusaha menenangkan diri, merasa gugup.
Miyuki di sisi lain, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ingin melepaskan pelukannya.
Miyuki yang sebelumnya merasa yakin dan percaya diri setelah membaca semua panduan di internet, justru merasa malu saat akhirnya memeluk Ren.
Saat mereka saling menatap, rasa ingin tahu memenuhi pikiran masing-masing. Detak jantung keduanya berdetak dengan tempo yang kebetulan sama, seolah-olah mengikuti irama yang sama.
(Ren-kun ga daisuki da yo.)
"Aku sangat menyukai Ren-kun," ucap Miyuki dengan tulus.
Ren terdiam sejenak, wajahnya memerah. Setelah beberapa detik, tersenyum tipis dan dengan suara yang sedikit bergetar.
(Ore mo... Miyuki-chan no koto ga daisuki da.)
"Aku juga sangat menyukai Miyuki-chan."
Miyuki semakin mendekat, jarak wajah mereka semakin dekat. Jika terjadi lebih jauh, bibir mereka pasti akan bersentuhan. Namun, entah bagaimana, Miyuki memilih untuk berhenti. Miyuki memutuskan untuk tidak melangkah lebih jauh.
Miyuki menjaga jarak dan duduk sambil menundukkan kepala, merasa malu dan tersipu. Ren melihatnya, tersenyum, lalu membelai rambut Miyuki.
Rasanya nyaman dan menenangkan bagi Miyuki, sensasi yang belum pernah dirasakannya, sentuhan yang menunjukkan kasih sayang.
"Ren-kun, aku serius dengan semua yang kukatakan. Terima kasih telah selalu ada di dekatku dan membantuku... Aku malu, tapi aku ingin bilang kalau aku menyukaimu, sungguh."
"Aku benar-benar kaget mendengarnya. Aku juga menyukaimu, Miyuki-chan."
"Sejak kapan?"
"Sejak pertama kali aku berbicara denganmu."
Menyukai terdiam sejenak dan menundukkan kepala. "Aku sering curhat tentang masalahku dengan Ryuji-kun. Jika Ren-kun menyukaiku sejak awal, aku pasti terlihat jahat. Pasti kamu tidak nyaman mendengar semua curhatku. Aku sudah jahat padamu..."
Ren tersenyum lembut. "Kamu tidak jahat. Kamu tidak tahu kalau aku menyukaimu. Tidak apa-apa, jangan merasa bersalah."
Miyuki berbicara dengan tegas, lalu mendekatkan jaraknya dengan Ren. "Kamu sudah baik padaku, sementara aku belum pernah melakukan hal yang sama, Ren-kun. Jadi, hanya ini yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa membalas semua dengan perasaanku. Maaf, ya. Maaf kalau aku tidak tahu kalau kamu suka padaku. Aku bodoh."
"Kamu menyukaiku hanya ingin membalas semua yang sudah kulakukan untukmu?" tanya Ren dengan nada tenang, menatap Miyuki.
"Hah... ah... itu... itu tidak! Aku salah bicara! Maksudku bukan begitu, tapi..." Miyuki tergagap, mencoba menjelaskan. "Tapi ya, ya... mungkin memang tidak sepenuhnya salah. Karena kamu baik padaku, aku jadi—" Kata-katanya terhenti. Mata Miyuki bergetar, menunjukkan kebingungan dan kegugupan. Cara dia berbicara seolah tidak tulus, seakan menyiratkan bahwa perasaannya terhadap Ren masih samar.
"Kamu hanya terbawa perasaan," balas Ren sambil tersenyum tipis, sikapnya tetap tenang.
Miyuki terengah-engah, merasa tidak mampu menjawab. "Ha... ah... ha..." Hanya napasnya yang terdengar di tengah keheningan.
Tiba-tiba, Ren berbicara dengan nada serius.
"Aku akan jujur padamu. Apa yang kulakukan selama ini... tidak sepenuhnya tulus. Aku mendengarkan semua curhatmu dan bersikap baik hanya karena aku ingin kamu menyukaiku," ungkapnya.
Miyuki menatap Ren dengan keraguan yang bercampur kaget setelah mendengar pengakuannya Ren.
"Kamu terbawa perasaan karena semuanya. Karena yang kulakukan, aku ulangi, aku sengaja. Semua ini sudah aku rencanakan," lanjut Ren.
Dalam benaknya, Ren berpikir, 'Aku tidak ingin kamu menyalahkan dirimu sendiri.'
"Semua yang kulakukan ini karena aku menyukaimu. Aku ingin kamu juga menyukaiku, aku membuat rencana seperti itu," jelas Ren lagi.
Miyuki tertunduk lesu, perasaannya campur aduk.
"Ren-kun..." ucap Miyuki pelan.
"Aku yang salah. Aku ingin minta maaf..." kata Ren, dengan nada penuh penyesalan.
Miyuki menatap Ren dengan lembut.
"Kamu menyukaiku, kan?"
Ren mengangguk. "Jujur saja, iya."
Miyuki tersenyum kecil, ada kesedihan di matanya.
"Kalau begitu, tidak apa-apa..."
Ren terdiam, bingung dengan ucapan Miyuki.
"Tidak apa-apa," lanjut Miyuki. "Kita sama-sama membuat kesalahan... mungkin, dari sini, kita bisa memulai sesuatu yang lebih tulus."
